ASIA, NYAWANYA AMERIKA

Asian-American
image: brownpoliticalreview.org

Asia, Nyawanya Amerika!
Oleh Said Muniruddin

“Pekerjaan.” Adalah 4 kata yang kini menghantui Amerika. Dengan tingkat pengangguran yang kini pada 2011 mencapai 9 persen, kata ini sangat mengguncang para individu dan keluarga-keluarga di Amerika yang sedang berjuang mencari pekerjaan. Belum lagi para politisi dan pembuat kebijakan yang panik menanggapi tuntutan warganya untuk memberi mereka pekerjaan.

Dan hari ini, tidak ada wilayah di dunia ini yang mendapat perhatian lebih dalam konteks lapangan kerja ini, selain Asia. “Pekerjaan-pekerjaan telah dirampas orang Asia”, adalah slogan yang sedang diteriakkan oleh para politisi dan media di Amerika. Namun isu ini tidaklah seburuk yang dibayangkan. Karena pada saat yang sama, fakta lain juga memperlihatkan bagaimana perdagangan dan investasi dengan Asia menciptakan lapangan kerja bagi warga Amerika.

Benar bahwa sebagian pekerjaan disejumlah sektor telah berpindah ke Asia. Diawali dengan tekstil dan industri pakaian paska tahun 1945, sampai kepada alat elektronik yang lebih murah, industri baja sampai kepada perkapalan. Pengontrakan pekerjaan pun mulai marak terjadi. Diluar itu, beberapa interaksi Amerika dengan Asia dalam konteks perdagangan, investasi dalam dan luar negeri, mahasiswa asing di universitas amerika, turistik, dan imigrasi telah menciptakan ratusan ribu pekerjaan bagi warga Amerika.

Selama dua abad hubungan Amerika-Asia, awalnya Asia lebih dipersepsikan sebagai sebuah peluang daripada sebagai pesaing ekonomi. Dengan pengecualian periode sesaat kebangkitan Jepang pada era 1980-an, yang saat itu kebangkitannya tak bisa dibendung. Kini, persepsi Asia sebagai peluang ekonomi mulai hilang, terganti dengan persepsi Asia sebagai penantang kedigjayaan ekonomi Amerika. Tidak hanya Asia dianggap pesaing berat dalam perdagangan barang-barang saja, tapi malah dalam semua jenis bisnis yang menghasilkan keuntungan.

Ketakutan Amerika dapat kita dipahami. Dengan pertumbuhan ekonomi Cina, India, Korea Selatan, Vietnam, Malaysia dan lainnya, dikaitkan dengan ketahanan negara-negara ini dalam menghadapi krisis global 2008, membuat Amerika mulai ragu dengan manfaat globalisasi. Awalnya globalisasi diyakini bisa menguntungkan Amerika, tapi kini dipercaya malah menjadi alat ekspansi ekonomi Asia ke Amerika. Ketakutan Amerika juga diperkuat oleh beban utang yang menumpuk. Alhasil, perdagangan dengan Asia mulai dilihat sebagai sesuatu yang berpengaruh negatif bagi prospek kerja warga Amerika. Maka kini muncul isu dikalangan internal Amerika sendiri bahwa, upaya-upaya memperketat visa bagi imigran, cara-cara artifisial untuk menjaga kestabilan mata uang atau sub-kontrak pekerjaan misalnya, hanyalah trik-trik pemerintah Amerika untuk memegang kendali ekonomi mereka atas Asia yang tersisa seujung kuku lagi.

Namun secara keseluruhan fakta memperlihatkan bahwa persaingan ekonomi Amerika dengan Asia tidak sengeri yang dipersepsikan. Karena pada saat yang sama, hubungan Amerika dengan Asia justru memperlihatkan manfaat ekonomi yang cukup signifikan. Majalah YaleGlobal (Juni 2011) misalnya, menyebutkan bahwa ekspor barang dan jasa Amerika ke Asia tahun 2009 bernilai $414 milyar, melebihi jumlah ke Uni Eropa atau ke Kanada atau ke Meksiko. Sekarang, nilai perdagangan semakin meningkat. Diprediksi, sekitar 850,000 lapangan pekerjaan di Amerika lahir dari bisnis ekspor ke Asia, hampir sepertiga dari seluruh pekerjaan dari kegiatan ekspor Amerika.

Bagaimanapun, meningkatnya defisit perdagangan adalah fakta tersendiri dalam perdagangan barang dengan Asia, namun tidak demikian halnya dengan sektor jasa.

Bahkan diluar dari bentuk hubungan tradisional berbentuk perdagangan barang,  keberadaan Asia bagi kelangsungan ekonomi Amerika masih nyata. Salah satu sektor industri jasa Amerika yang terbesar adalah pendidikan. Sekitar 70,000 mahasiswa Asing kini sedang menimba ilmu di Amerika. Dari jumlah ini, 50% berasal dari Asia. Dan rata-rata pertumbuhannya meningkat sampai 25% dalam satu dekade belakangan ini.

Meskipun susah mengukur manfaat sosial dari pertukaran tersebut, Institute of International Education (IIE) memprediksi bahwa mahasiswa dari Asia memberi kontribusi tahunan sekitar $9 milyar terhadap ekonomi Amerika. Banyak diantara mahasiswa ini menetap di Amerika, lalu menjadi enterprener, menciptakan lapangan kerja baru yang menyerap tenaga kerja Amerika. Silicon Valley misalnya, terkenal sebagai perusahaan para pengusaha kelahiran Asia-berpendidikan Amerika. Perusahaan ini memiliki cabang diseluruh Amerika.

Selanjutnya, aspek menguntungkan dari interaksi Amerika dengan Asia adalah imigran. Saat ini, seperempat dari warga Amerika kelahiran luar Amerika, berasal dari Asia. Hampir 10 juta dari 38 Juta penduduk Amerika lahir di luar Amerika berasal dari Asia. Dan mereka ini memberikan kontribusi dalam menghidupkan ekonomi, budaya dan politik Amerika. Sejumlah studi empiris dan analitis menunjukkan bagaimana orang Asia dan Asia berkebangsaan Amerika mewarnai perusahaan-perusahaan teknologi infomatika dan computer di Amerika, yang menyerap banyak sekali pekerja.

Study oleh Profesor Vivek Wadhwa dari Duke University misalnya, “dari seperempat perusahaan sains dan teknologi Amerika yang didirikan pada periode 1995-2005, CEO atau pakar teknologinya berasal dari luar Amerika.” Perusahaan-perusahaan ini ditemukan telah menghasilkan pendapatan lebih dari $52 milyar dan mempekerjakan 450,000 orang Amerika. Imigran dari India, Cina, Taiwan dan Jepang merupakan orang-orang terdepan dalam mendirikan perusahaan-perusahaan ini.

Eksistensi dan peran Asia dalam menghidupkan ekonomi Amerika akan terus berlanjut dimasa depan. Asia masih akan terus mewarnai aktifitas dagang, budaya, dan diplomasi di Amerika. Interaksi dengan Asia inilah yang disebut-sebut menjadi nyawa bagi perekonomian Amerika. Seperti dikatakan oleh Satu Limaye (2011), direktur East-West Center di Washington, “Asia matters for Amerika”, Amerika sangat tergantung kepada Asia.*****

(Artikel ini pernah terpublikasi di majalah Aceh Economic Review edisi II tahun 2011).

Next Post

WHEN THE COLD AIR KISSES MY FACE

Thu Aug 4 , 2011
WHEN […]

Kajian Lainnya