BERGENDAAL, CAFE KELAS DUNIA DI TANAH GAYO

image: bergendaal.blogspot.com
image: bergendaal.blogspot.com

Bergendaal:
Café Kelas Dunia di Tanah Gayo
Oleh: Said Muniruddin

Jika anda pergi ke Takengon, jangan lupa singgah di Simpang Teritit, Kabupaten Bener Meriah. Sekitar 30 menit sebelum kota Takengon, disebelah kiri jalan, terdapat sebuah café bernama “Bergendaal Koffie”. Pengunjung perdana akan terkejut dengan situasi café ini. Berbeda dengan tampilan umumnya warung kopi di Aceh, Bergendaal lebih mirip dengan Starbuck, restoran kopi terkenal Amerika. 

Dalam layout ruangan kombinasi nuansa klasik dan modern, tersedia aneka sajian kopi. Mulai dari espresso, machiato, conppana, americano, cappucino, café late, café mocha, black cofféé, white cofféé, dan luwak. Menariknya, semua kopi ini diolah dari kopi Gayo. Disajikan dalam beragam ukuran, mulai dari gelas besar sampai kepada sloki-sloki kecil. Rasa kopinya dahsyat. Sulton misalnya –salah satu peneliti dan penikmat kopi dari SMERU Institute, “belum pernah saya merasakan kopi seenak ini, dan langsung dari pusat produksinya!”

Tidak hanya menyajikan minuman kopi yang dibuat dengan mesin-mesin canggih buatan luar negeri, Bergendal juga memproduksi kemasan bubuk kopi pilihan. Disain bungkusannya sangat bagus. Dikemas dalam beragam paket, dengan dominasi warna merah dikombinasikan dengan ornamen pendukung, membuat packing Bergendal Koffie sangat eyes cathcing. Disamping mengumpulkan Rp 400-500 ribu/hari dari minuman kopi, bisnis ini meraup Rp 1-2 juta/hari dari penjualan bubuk. Meskipun belum mengekspor produknya, pesanan dalam dan luar negeri seperti Singapore dan Korea mulai ada.

Sejak berdiri tahun 2007, keberadaan Bergendaal sudah beberapa kali diliput oleh media nasional. Pada 2007, Trans7 menyiarkannya dalam acara “Koki Cilik”. TransTV mengeksposnya dalam topik “Reportase” dan “Jelajah”. Tahun 2011 ini, koran Kompas juga ikut menuliskan tentang Juara Festival Kopi 2007 Aceh ini.

Ditemui di Bergendaal Koffie Simpang Teritit Bener Meneriah (21/11/2011) oleh Said Muniruddin dari Aceh Economic Review (AER), manajernya Hendry Saradiwa (28 tahun) menceritakan tentang usaha keluarga mereka.

Apa arti “Bergendal”? Artinya “Gunung dan Lembah”. Diambil dari bahasa Belanda, “Bergend” artinya “gunung”, dan “Al” artinya “Lembah”. Di Simpang Teritit ini ada desa bernama Bergendal, yang diberikan oleh Belanda. Sejarah kopi Arabica Gayo pun tidak terlepas dari sejarah ekspansi perkebunan Belanda ke Aceh Tengah.

Bagaimana awal dari Bisnis ini? Tanah Gayo merupakan penghasil kopi terbaik di dunia. Produksinya melimpah. Tetapi biji kopi keluar dari Gayo begitu saja, dijual mentah-mentah, tanpa kita pernah tau bagaimana cita rasa sesungguhnya. Maka perlu revolusi pengolahan dari biji kopi menjadi kopi siap saji. Maka terpikir oleh kami, bagaimana caranya kita memiliki dua produk unggulan. Pertama, kita menjual biji dan bubuk kopi yang sudah diroasting dalam kemasan berkualitas. Kedua, di Tanah Gayo ini juga harus ada tempat minum kopi berkaliber internasional.

Lalu bagaimana mimpi ini diwujudkan? Ini merupakan bisnis keluarga yang saat ini memiliki 8 tenaga kerja. Bapak saya berperan dalam pengolahan dari buah kopi glondongan menjadi biji kopi yang sudah tergongseng. Suplai biji kopi pilihan kami dapatkan dari 10 petani lokal. Untuk penggongsengan kami beli 2 alat roasting dari Taiwan. Saya sendiri bertanggungjawab dalam penyajiannya. Untuk ini saya pernah mengikuti training cara meracik kopi di Jakarta, dan dari jaringan ini juga saya membeli mesin pembuat kopi siap saji dari German.

Siapa konsumen kopi anda? Pertama, kami mendirikan kafe disini untuk memberikan penyajian kopi bagi pengunjung dari luar daerah. Malu sekali rasanya, ketika turis datang ke Gayo, hanya menemukan biji kopi mentah tapi tidak menemukan tempat minum kopi yang bertaraf internasional. Padahal disinilah pusat kopi. Jadi, sasaran utama kami adalah pendatang. Tapi karena wisata Tanah Gayo belum begitu maju, kami berencana untuk melakukan franchise ke provinsi, bahkan ke nasional. Saat ini kami sudah ada cabangnya di BRI Takengon. Mereka menyediakan tempat, listrik dan air, dengan mendapat 15% dari hasil penjulan bulanan. Kami berharap akan lebih banyak institusi lainnya yang mau bekerja sama seperti ini, sehingga bisnis ini terus berkembang dan menyerap lebih banyak tenaga kerja.

 Bagaimana dengan promosi kopi anda? Untuk tingkat nasional, kami telah mencobanya dengan mengikuti berbagai pameran seperti di Jakarta Convention Center, Jogya Expo Center, Bandung Super Mall, dan lain-lain. Promosi paling efektif selama ini adalah melalui berita mulut ke mulut dari orang-orang yang pernah kesini. Dari mereka juga kami banyak mendapat pesanan ulang bubuk kopi melalui telpon.*****

(Artikel/wawancara ini pernah terpublikasi di majalah Aceh Economic Review edisi IV tahun 2011).

Next Post

MAHASISWA AKUNTANSI UNSYIAH KE UiTM

Thu Jun 14 , 2012
BANDA […]

Kajian Lainnya