UNTUK MELAYANI MU, KAMI MAMPU!

UNTUK MELAYANIMU, KAMI MAMPU!
Oleh Said Muniruddin

Menjelang hari-hari kewafatannya, al-imam as-Sayyid Khumaeni al-Musawi pemimpin besar Revolusi Islam Iran masih memaksakan dirinya untuk sholat sambil berdiri, dengan dipapah oleh anaknya Sayyid Ahmad al-Musawi. Padahal, saat itu Khumaini sedang sakit keras. Menurut fiqh, orang sakit yang tidak mampu berdiri dibolehkan shalat sambil duduk bahkan berbaring. Tetapi Khumaini memilih tidak melakukan itu.

Ketika ditanya oleh anaknya, mengapa ia tidak sholat saja sambil berbaring, sang imam menjawab, “Aku malu menghadap Dia dalam keadaan terlihat sakit. Dalam urusan menyembah-Nya aku harus menunjukkan bahwa aku kuat. Iya aku sedang sakit untuk urusan negara, tetapi aku tidak boleh sakit dalam urusan melayani-Nya.” Anda bisa melihat video-video dokumenter di youtube bagaimana sholat sang imam pada hari-hari terakhir kehidupannya. Untuk berdiri, rukuk, dan sujud ia meminta dipapah oleh anaknya.

“Jangan kau perlihatkan bahwa kau sedang sakit ketika engkau sedang menyembah-Nya.” Itu tauladan dari salah seorang pemimpin abad modern, yang juga merupakan satu-satunya orang yang berhasil mengusir Amerika, Inggris dan sekutu-sekutu kapitalisnya dari tanah Islam Persia. Bahkan sampai hari ini penjajah-penjajah barat ini tak berhasil masuk untuk menghancurkan negara yang dibangunnya.

Sampai disini kita selesai dengan cerita Khumaini, apalagi beliau itu Syiah, bisa membuat alergi sebagian dari kita. Kita kembali kepada cerita tentang diri kita sendiri.

Beberapa waktu kedepan kita akan masuk dalam idul qurban. Sebuah hari penting dalam peradaban Islam yang ditandai dengan pemotongan hewan: kambing, domba, sapi, unta, dsb. Hari tersebut penuh dengan ritual dan pesan-pesan ketaatan kepada Tuhan. Salah satu simbol taqwa terpenting disini adalah kemauan untuk menyembelih dan berbagi.

Pertanyaannya, apakah kita sudah mempersiapkan qurban? Atau kita sedang pura-pura tidak tau bahwa besok ada perintah bagi kita untuk berqurban? Atau jangan-jangan kita sedang mempersiapkan diri untuk bertemu Tuhan sambil menunjukkan betapa miskinnya kita sehingga tak mampu mempersembahkan kepada-Nya walau hanya satu ekor kambing yang harganya 2 juta. Padahal berjuta-juta uang kita habiskan setiap bulan sepanjang tahun untuk berbagai jenis konsumsi yang bahkan tak ada faedahnya.

Apakah besok dihadapan Tuhan kita akan memunculkan mental lemah dan miskin? Itu bukan ibadah. Itu pengkhianatan terburuk dalam beragama. Karena qurban bukan tentang kita kaya atau miskin. Ini tentang kita mau atau tidak. Ini tentang kita syukur atau kufur. Idul qurban adalah hari tentang betapa mampunya kita.

“Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikan sholat karena Tuhanmu dan berqurbanlah…” (Alkautsar: 1-2).

Qurban senilai 2 bahkan 15 juta tidak ada value-nya, untuk sebuah kehidupan dari Tuhan yang tak ternilai harganya. Untuk sebuah qurban, dengan berhutang pun kita layak melakukannya. “Karena untuk melayanimu ya Allah, kami kuat, kami mampu!”.

Masih ada sisa waktu. Persiapkan qurban anda. Karena dengan itu kita menyembelih rasa kikir dan ego, “kemiskinan kultural” kita.*****

(Tulisan ini saya buat sebagai refleksi kesiapan berqurban menjelang hari raya idul adha 1436 H/ 2015 M).

Next Post

DISKUSI DENGAN KEUCHIK

Wed Sep 23 , 2015
DISKUSI […]

Kajian Lainnya