ERDOGAN VS. GULEN

image: bellenews.com
image: bellenews.com

Erdogan Vs. Gulen
Oleh Said Muniruddin

Terkait kudeta Turki, kelihatannya kita juga sedikit “latah” dalam berpihak dan merespon. Saya melihat, perang internal Turki sudah terbawa ke negara kita.

Apa yang terjadi di Turki sesungguhnya adalah perseteruan antara Recep Tayyip Erdogan dengan Fethulah Gulen, seorang ulama sufi kharismatik yang telah mendirikan ribuan sekolah bahkan diseluruh dunia, menulis lebih dari 44 judul dalam berbagai bentuk buku dan tulisan, punya pengikut serta pengaruh besar dalam politik dan pemerintahan Turki.

Gulen pada awalnya adalah orang yang mendukung Erdogan. Masalahnya, pada tahun 2013 silam Erdogan tersangkut investigasi kasus korupsi yang merebak dalam pemerintahan. Ia terancam diperiksa oleh para jaksa yang disebut banyak dari pengikut Gulen.

Kasus belum selesai. Lalu Erdogan menyatakan bahwa jaksa, BIN, dan pemerintahan sudah dikuasai oleh Gulen dan Gulen dianggap sedang membuat negara dalam negara. Erdogan menilai ini semacam makar bagi pemerintahannya. Jika Erdogan terbukti korupsi tentu ini menjadi akhir dari perjalanan kariernya. Isu korupsi ini sendiri membuat Erdogan tidak nyaman dan isu ini banyak diangkat oleh Gulen.

Gulen sendiri kelihatannya cukup menakutkan bagi Erdogan. Karena ia bukan ulama biasa. Tetapi ulama progresif yang mampu membangun gerakan. Di Turki dikenal “Hizmet” (bahasa arab: “Khidmat”), sebuah gerakan “pelayanan sosial untuk kebaikan bersama” yang dipimpin Fethullah dan merekrut banyak pengikut di Turki, Asia Tengah, bahkan diseluruh dunia.

Ketegangan Erdogan dengan Gulen semakin memuncak juga karena perbedaan pandangan mereka berdua. Misalnya, Erdogan setuju memerangi Suriah, Fethullah tidak. Erdogan punya kebijakan memerangi pemberontak Kurdi, Gulen justru meminta untuk merangkul dan memberikan pelayanan publik yang baik kepada mereka. Serta banyak perbedaan pemikiran lainnya terkait berbagai isu dan kasus.

Akibat sikap kritis dan tuduhan terhadap dirinya, Gulen mencium gelagat tidak baik bahwa ia akan ditangkap maka kemudian pindah ke Pennsylvania, US. Kini, sejak 19 Desember 2014, ia resmi jadi buronan nomor satu pemerintahan Erdogan. Sementara sejumlah jurnalis yang simpati kepadanya telah duluan ditangkap.

Paska kudeta kemarin Erdogan kembali berbicara, dan lagi-lagi dalam bahasa-bahasa agama yg berusaha menuai simpatik, bahwa Gulen itu pengkhianat dan harus diektradisi dari US. Kelihatannya, Gulen menjadi ancaman internal terbesar bagi Erdogan. Namun US dan publik US tidak melihat Fethullah sebagaimana yang dikatakan Erdogan.

Maka kudeta kemarin menjadi unik, bagaimana dalam sekejap setelah kudeta langsung disebut-sebut ada sekitar 1500an jaksa/pengacara yang ditangkap dan banyak lainnya.

Sepertinya sejak sebelum kudeta sudah ada list nama yang harus ditangkap. Kudeta hanya menjadi semacam alat justifikasi saja. Dan mereka yang ditangkap itu disebut-sebut adalah para pengikut ulama tersebut. Kalaupun benar kudeta itu siasat Gulen, maka bagi kita itu ya urusan mereka berdua sesama orang Turki.

Mohon maaf. Tulisan ini hanya bagian sharing informasi. Info ini saya peroleh dari penelusuran langsung ke berbagai tulisan dan record wawancara youtube baik dengan Erdogan maupun Gulen tentang pertikaian mereka berdua.

Saya anggap ini penting. Karena isu Turki dibawa-dibawa media untuk merembes ke negara kita bahkan menciptakan konflik baru dengan sesama.

Wallahu ‘alam bisshawab.*****

Next Post

IN MEMORIAM "ZULFAKAR BIN ISA"

Mon Jul 18 , 2016
IN […]

Kajian Lainnya