MENGAPA MEMILIH MENJADI AKUNTAN?

image: saidmuniruddin.com

MENGAPA MEMILIH MENJADI AKUNTAN? 
Oleh Said Muniruddin | Dosen Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala 

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. “Mengapa memilih menjadi akuntan?” Pertanyaan ini patut kita ajukan kepada mahasiswa yang mengikuti kuliah perdana Pengantar Akuntansi.

Pragmatisme Akuntan

Pengalaman kami, aneka jawaban akan bermunculan terhadap pertanyaan di atas. “Karena mudah mendapatkan pekerjaan,” kata salah satu mahasiswa. “Karena semua kantor dan perusahaan butuh akuntan untuk mencatat transaksi dan membuat laporan keuangan,” sahut lainnya. “Karena gaji akuntan tinggi, pak” jawab lainnya.

Kami mengomentari, “Benar. Jawaban saudara-saudara cukup rasional, tetapi tidak memperkaya jiwa.” Kami menjelaskan lebih lanjut, “Jawaban-jawaban tersebut hanya menyentuh aspek lahiriah saja. Jawaban-jawaban ini khas dunia Barat yang cenderung berfikir positivistik dan materialistik.”

Mahasiswa bingung. Istilah “positivistik-materialistik” sangat berat untuk dipahami oleh mahasiswa baru. Kembali kami jelaskan, “Alasan-alasan  seperti itu benar, tetapi cenderung sekuler. Jawaban-jawaban seperti itu belum menjangkau substansi dari keberadaan seorang akuntan.”

Lebih lanjut kami menerangkan, “Itu jenis-jenis jawaban dari dunia barat yang mengarahkan setiap profesi untuk mengisi pasar tenaga kerja an sich. Kita harus punya pengetahuan yang lebih tinggi dari itu. Bahwa setiap profesi yang kita jalani pada hakikatnya adalah untuk mencapai makrifat, yaitu mengenal Tuhan. Dan ini jauh melampaui cerita-cerita tentang pangkat, gaji serta unsur-unsur prestise dan materi.”

Membangun Landasan Spiritual

Selanjutnya kami menguraikan lebih dalam alasan “mengapa kita memilih menjadi akuntan.” Alasan-alasan tersebut berada dalam perspektif rasional sekaligus spiritual.

Pertama, kita memilih menjadi akuntan adalah karena “perintah Tuhan.” Baca ayat 282 dari Surah al-Baqarah. Ini adalah ayat terpanjang dalam al-Quran. Allah swt mau capek-capek bicara panjang hanya untuk menjelaskan pentingnya profesi “pencatatan” transaksi, dalam ayat tersebut dilukiskan sebagai “hutang piutang.”

Di ayat ini Allah perintahkan manusia untuk ada yang mengemban fungsi book-keeping. Orang-orang yang berani mengemban amanah Tuhan itu adalah kita, para akuntan. Dan ini harus dilakukan dengan baik dan benar, dengan penuh kejujuran dan rasa taqwa, sebagaimana diajarkan dalam ayat tersebut:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى فَاكْتُبُوْهُۗ وَلْيَكْتُبْ بَّيْنَكُمْ كَاتِبٌۢ بِالْعَدْلِۖ وَلَا يَأْبَ كَاتِبٌ اَنْ يَّكْتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ اللّٰهُ فَلْيَكْتُبْۚ وَلْيُمْلِلِ الَّذِيْ عَلَيْهِ الْحَقُّ وَلْيَتَّقِ اللّٰهَ رَبَّهٗ وَلَا يَبْخَسْ مِنْهُ شَيْـًٔاۗ فَاِنْ كَانَ الَّذِيْ عَلَيْهِ الْحَقُّ سَفِيْهًا اَوْ ضَعِيْفًا اَوْ لَا يَسْتَطِيْعُ اَنْ يُّمِلَّ هُوَ فَلْيُمْلِلْ وَلِيُّهٗ بِالْعَدْلِۗ وَاسْتَشْهِدُوْا شَهِيْدَيْنِ مِنْ رِّجَالِكُمْۚ فَاِنْ لَّمْ يَكُوْنَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَّامْرَاَتٰنِ مِمَّنْ تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَۤاءِ اَنْ تَضِلَّ اِحْدٰىهُمَا فَتُذَكِّرَ اِحْدٰىهُمَا الْاُخْرٰىۗ وَلَا يَأْبَ الشُّهَدَۤاءُ اِذَا مَا دُعُوْا ۗ وَلَا تَسْـَٔمُوْٓا اَنْ تَكْتُبُوْهُ صَغِيْرًا اَوْ كَبِيْرًا اِلٰٓى اَجَلِهٖۗ ذٰلِكُمْ اَقْسَطُ عِنْدَ اللّٰهِ وَاَقْوَمُ لِلشَّهَادَةِ وَاَدْنٰىٓ اَلَّا تَرْتَابُوْٓا اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً حَاضِرَةً تُدِيْرُوْنَهَا بَيْنَكُمْ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَلَّا تَكْتُبُوْهَاۗ وَاَشْهِدُوْٓا اِذَا تَبَايَعْتُمْ ۖ وَلَا يُضَاۤرَّ كَاتِبٌ وَّلَا شَهِيْدٌ ەۗ وَاِنْ تَفْعَلُوْا فَاِنَّهٗ فُسُوْقٌۢ بِكُمْ ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ وَيُعَلِّمُكُمُ اللّٰهُ ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu menjalankan suatu transaksi hutang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menulisnya dengan adil (benar). Dan janganlah seseorang penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya. Maka hendaklah ia menulis dan hendaklah orang yang berhutang itu merencanakannya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangkan sesuatu pun dari hutang itu….” (QS. Al-Baqarah 282)

Jadi benar, bahwa dalam dimensi pragmatisme, bekerja adalah untuk mendapatkan uang. Namun ada kesadaran yang lebih etis, bahwa menjadi akuntan adalah untuk menjalankan mandat Tuhan. Karena pekerjaan ini sangat dibutuhkan masyarakat, yang sebagian besar waktu digunakan untuk bermuamalah di sektor ekonomi dan bisnis.

Akuntan: Profesi seorang Nabi

Begitu pentingnya profesi akuntan, sehingga tidak heran jika ada orang yang sudah menjadi Nabi tapi masih juga berprofesi sebagai akuntan. Ini menjadi alasan lainnya “mengapa penting memilih menjadi Akuntan.” Baca surah Yusuf ayat 54-55:

وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُوْنِيْ بِهٖٓ اَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِيْۚ فَلَمَّا كَلَّمَهٗ قَالَ اِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِيْنٌ اَمِيْنٌ – ٥٤ قَالَ اجْعَلْنِيْ عَلٰى خَزَاۤىِٕنِ الْاَرْضِۚ اِنِّيْ حَفِيْظٌ عَلِيْمٌ – ٥٥

(54) “Dan raja berkata, “Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang dekat kepadaku.” Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata, “Sesungguhnya kamu hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami.” (55) Berkata Yusuf, “Jadikanlah aku bendaharawan negara; sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.”

Yusuf as itu seorang Nabi. Tapi negara memerlukan seseorang yang ahli dalam urusan perbendaharaan, logistik dan keuangan. Lalu Yusuf yang saat itu sudah menjadi Nabi, masih mengejar kedudukan untuk menjadi akuntan. Ini menjadi pelajaran bagi kita, menjadi akuntan yang berintegritas nilainya tinggi sekali dan merupakan pekerjaan warisan seorang nabi, ganteng lagi!

Memulai Kelas dengan Asma-Nya

Jadi jelas, adalah Tuhan yang menjadi alasan utama mengapa kita memilih menjadi akuntan. Oleh sebab itu, kita harus merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengontrol semua pekerjaan akuntansi dan keuangan melalui Asma-Nya. Kita harus memenuhi tuntutan profesi ini secara seimbang (balance): untuk akhirat dan dunia, untuk Tuhan dan masyarakat kita.

Karena pekerjaan akuntansi adalah pekerjaan untuk mengagungkan Nama Tuhan, maka kita mulai kuliah perdana ini dengan mengucapkan: “BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM.” Begitu kami memulainya. Setelah itu kuliah berakhir dengan pemberian tugas untuk menghafal, menulis dan mengartikan surah Al-Baqarah 282 dan surah Yusuf 54-55. Setidaknya, ini menjadi dua dalil utama “Why Accountant”.

Idealnya, sejak hari pertama, mahasiswa sudah kita ajak diskusikan nilai-nilai tentang “siapa kita”, “mengapa kita disini”, “mau kemana kita”, dan “bagaimana kita bisa selamat sampai disana.” Inilah worldview; pandangan ideologis, teoritis, etis dan praktis tentang profesi.

Penting bagi kita sebagai dosen untuk menjelaskan secara komprehensif tentang eksistensi sebuah pekerjaan. Disamping terdapat argumentasi-argumentasi pragmatis mengapa kita menjalani sebuah bidang pekerjaan, juga ada landasan-landasan ilahiyah yang menjadi fondasi segala aksi. Nilai-nilai dari langit inilah yang seharusnya menjadi basis etika, spirit yang menyempurnakan segala jenis pekerjaan dan profesi.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

___________________
SAID MUNIRUDDIN
RECTOR | The Suficademic
YouTube: https://www.youtube.com/c/SaidMuniruddin
Web: saidmuniruddin.com
fb: http://www.facebook.com/saidmuniruddin/
Twitter & IG: @saidmuniruddin

Next Post

CINTA ITU HARUS 'MEMBUNUH'

Sat Sep 10 , 2016
Cinta […]

Kajian Lainnya