MENYEMPURNAKAN SHALAWAT

image: doamustajab.com
image: doamustajab.com

Menyempurnakan Shalawat
Oleh Said Muniruddin

Berikut beberapa dalil tentang perintah Allah dan Rasulnya untuk bershalawat dengan cara yang benar kepada Nabi dan Keluarganya:

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat Nya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang orang yang beriman, bershalawatlah untuk Nabi dan ucapankanlah salam penghormatan kepadanya” (QS. al-Ahzab: 56).

Ketika ayat ini turun, Nabi ditanya, “Ya Rasulullah, bagaimana cara bershalawat kepada Anda?”. Nabi merespon: “Janganlah kalian bershalawat kepadaku dengan shalawat buntung.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana shalawat yang buntung itu?”. Nabi menjawab, “Kalian bershalawat kepadaku tetapi tidak kepada keluargaku.”

Lalu beliau mengajarkan: “Ucapkanlah, Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala Aali Muhammad (diriwayatkan oleh banyak ulama dalam berbagai kitab mereka, termasuk Bukhari dalam Shahih-nya juz 3 dan Muslim dalam Shahih-nya juz 1).

Petunjuk Rasul SAAW ini menjadi minimum requirement dalam bershalawat. Memang ada banyak rumusan lain dalam bershalawat dan bahkan menambahkan variabel wa dzurriyyatihi, wa ashhabihi, dan lainnya. Ini hanya bentuk-bentuk perluasan dari yang pokok di atas.

Menyambung pengajaran Nabi SAAW di atas, dalam riwayat lain jawabannya lebih panjang sehingga membentuk bacaan dalam tasyahud sholat. Setelah ucapan “Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala Aali Muhammad“,  lalu ditambah “…Ka ma shallayta ‘ala Ibrahim wa ‘ala Aali Ibrahim, wa barik ‘ala Muhammad wa ‘ala Aali Muhammad, ka ma barakta ‘ala Ibrahim wa ‘ala Aali Ibrahim, inna ka hamidun majid.”

(Ya Allah, limpahkan shalawat kepada Muhammad dan Keluarga Muhammad sebagaimana kepada Ibrahim dan Keluarga Ibrahim; dan berilah berkah kepada Kepada Muhammad dan Keluarga Muhammad sebagaimana engkau berikan kepada Ibrahim dan Keluarga Ibrahim. Sesungguhnya engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia).

Terkait shalawat kepada Ahlul Bait Nabi, Ibnu Hajar juga meriwayatkan dari imam Syafii (Buka Hamka juga pernah mengutip ini): “Hai Ahlul Bait Rasulullah, mencintaimu fardhu dari Allah, dalam alQuran yang diturunkan. Cukuplah bagimu, siapa yang tak bershalawat kepadamu tidaklah sah shalatnya.”

*****

Bershalawat kepada Nabi sekaligus kepada Ahlul Baitnya menjadi fardhu khusus (lex specialist) dalam Islam. Ada berbagai bentuk salam yang Allah berikan kepada para nabi dalam surah as-Shaffat: “Salam sejahtera atas Nuh diseluruh alam” (QS. al-Shaffat: 79). Lalu, “Salam sejahtera atas Ibrahim” (QS. al-shaffat: 109). Selanjutnya, “Salam sejahtera atas Musa dan Harun” (QS. al-Shaffat: 120).

Semua bentuk salam itu ditujukan kepada person. Tetapi khusus kepada Muhammad, shalawat dan salam juga include Keluarganya:

“Salam sejahtera untuk Keluarga Yasin (QS. al-Shaffat: 130). Yasin (sebagaimana juga surah “Yasin”) adalah nama lain Nabi Muhammad SAAW. Dalam shalawat Badar kita membaca: “Sholatullah salamullah, ‘ala Thoha Rasulullah, ‘ala Yasin Habibillah”. Yasin, Thoha, Nun, Ahmad, adalah mistical name (kode) untuk Nabi Muhammad SAAW. Jadi pada ayat terakhir di atas, Allah menyampaikan salam kepada Keluarga Muhammad.

*****

Maka dari itu, tidak heran jika sebagian ulama dan mazhab dalam Islam memberi apresiasi serta hak-hak Keluarga Nabi sebagaimana mestinya. Salam yang sama kepada para nabi juga diberikan kepada Keluarga Nabi Muhammad.

Sehingga ditemukan kata/doa/ penghormatan/ shalawat dalam bentuk “alaihis salam” (as) dibelakang nama-nama anggota Keluarga Nabi yang tergolong dalam “Ahlul Bait Suci” (QS. al-Ahzab: 33). Ahlul Bait ini juga anggota “Ahlul Kisa”, yaitu anggota keluarga yang menjadi taruhan Nabi ketika mengajak kaum Yahudi dan Nasrani bersumpah/bermubahalah (QS. Aali Imran: 61).

Makna “keluarga” banyak. Abu Lahab juga keluarga (paman Nabi). Tapi tentu tidak masuk dalam orang-orang yang mendapat “salam”. Istri-istri Nabi juga keluarga Nabi. Namun dalam makna teologis, sebagaimana terjelaskan dalam ayat dan hadis serta pendapat jumhur ulama termasuk imam Syafii, Ahlul Bait itu 5 orang: Muhammad, Fatimah, Ali, Hasan, dan Husain. Dibelakang nama mereka ini  diberikan hak “alaihi salam”, meskipun mereka bukan nabi. Sehingga tidak perlu terkejut jika membaca nama-nama seperti berikut: Sayyidah Fatimah as, imam Ali as, imam Hasan as, imam Husain as.

Bentuk doa dan salam ini sebenarnya juga sudah menjadi ucapan kita sehari-hari. Ketika ada orang yang mendoakan kita dengan “salam ‘alaika” atau “salam ‘alaikum”, lalu kita balas dengan “alaika salam” (kalau disingkat juga menjadi “as”).

Maka gelar/doa “alahi salam” (as) kepada Ahlul Bait ini adalah sebuah penghormatan biasa untuk memenuhi hak-hak Nabi. Beliau berdarah-darah saat berdakwah. Tetapi beliau tidak pernah meminta upah sedikitpun dari kita atas jasanya kepada kita. Upah beliau dari Allah. Yang beliau minta hanya kasih sayang kita kepada Keluarganya itu: “Aku tidak meminta kepadamu upah apapun atas seruan ku, kecuali kecintaan kepada Keluargaku” (QS. asy-Syura: 23).

Begitu sakralnya shalawat kepada Nabi sekaligus keluarganya. Bahkan doa-doa kita selalu diawali dan diakhiri dengan menyebut nama Keluarga ini. Inilah yang disebut bertawasul kepada Rasul dan Ahlul Bait. Karena Nabi sendiri berkata: “Doa itu terhalang hingga dibacakan shalawat kepada Aku dan Ahlul Baitku” (Ibnu Hajar dari Ad-Dailami, dan lain-lain).

Dalam berbagai riwayat disebutkan jika nabi-nabi terdahulu juga bershalawat (tawasul) dengan nama Muhammad dan Keluarganya dalam doa-doa mereka. Ada berita yang menyebutkan bahwa nama-nama 5 Ahlul Bait Nabi SAAW juga terukir pada sebidang papan yang ditemukan di gunung Ararat yang diperkirakan sebagai bekas kapal Nabi Nuh as. Dan panggilan Nabi Nuh as untuk Hasan dan Husen adalah Shabar dan Shabir. Wallahu a’lam bish shawab!

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala Aali Muhammad.

3 thoughts on “MENYEMPURNAKAN SHALAWAT

  1. QS. As-Saffat Ayat 130

    سَلٰمٌ عَلٰٓى اِلۡ يَاسِيۡنَ

    Salaamun ‘alaaa Ilyaasiin

    “Selamat sejahtera bagi Ilyas.” banyak ulama mengartikannya sebagai Nabi Ilyas bukan Yasin

Comments are closed.

Next Post

EXODUS

Wed Oct 5 , 2016
EXODUS. […]

Kajian Lainnya