KITA PERLU BERISLAM PADA LEVEL YANG LEBIH TINGGI

images-1
image: clipart-library.com

Kita perlu Berislam pada Level yang Lebih Tinggi
Oleh Said Muniruddin

Agama itu berjenjang. Pada jenjang paling rendah, kita hanya mampu membawa-bawa ayat. Pada titik ini, umat Islam berdakwah melalui ‘jual beli’ ayat.

Seseorang menyatakan dirinya dan kelompoknya sebagai paling benar, melalui posting ayat. Beragama pada level ini tidak lebih dari perang ayat. Agama hanya eksis dari mimbar ke mimbar, dari WA ke WA, dari medsos ke medsos.

Wujud Islam pada maqam ini hanya sebuah agama teoritis, agama yang kerjanya hanya melakukan klaim atas kebenaran. Berteori itu bagus, selama benar. Tetapi jika kita sibuk bersilat lidah dari ayat ke ayat, kita tetap berada dalam agama Islam yang tinggi, tetapi pada level ketinggian paling rendah.

***

Pada tingkatan kedua, agama sudah menjadi sebuah aksi nyata. Anda bisa hidup bersih tanpa mencari ayat-ayat tentang bersih. Anda juga bisa hidup jujur, tanpa perlu membenarkannya dengan ayat-ayat. Anda bisa bekerja membangun sistem ekonomi tanpa riba, tanpa perlu mengobral ayat. Anda bisa menggerakkan pembangunan yang adil mensejahterakan, tanpa terlalu agresif merujuk ke ayat. Juga bisa berpolitik dan memenangkan hati rakyat tanpa black campaign yang dibalut ayat.

Anda bisa hidup dengan 1001 macam nilai dan perilaku yang baik, tanpa perlu menyebut agama dan mazhab. Semua bisa digerakkan dengan akal sehat. Karena semua kebaikan, kebenaran, dan keindahan yang anda tunjukkan dalam keseharian anda adalah cermin terbersih dari keislaman dan bentuk hidup dari ayat-ayat.

Inilah bentuk keislaman yang paling tinggi, dan tak ada yang lebih tinggi dari ini.

***

Sejumlah Pilkada di berbagai daerah telah mengalahkan sejumlah paslon yang kental memainkan tema agama, syariat dan ayat-ayat.

Bukannya rakyat tidak lagi beragama. Tetapi mereka sudah melihat Islam pada tingkatan “rasa”, bukan lagi sebatas “kata-kata”. Yang bisa membuat mereka kenyang dan nyaman, itulah yang paling islami menurut mereka, apapun agamanya.

Jangan-jangan, ini penyebab Ahok seperti terlihat dalam quick count masih diatas rata-rata. Jutaan dari kita sudah berulang kali mendemonya. Tapi tetap saja ia pilihan terbanyak dari 3 kandidat yang ada.

Di kota madani Banda Aceh, bunda Illiza paling populer dengan kampanye syariat islamnya. Tapi masyarakat justru meng-Amin-kan kandidat lainnya. Di Pidie, Tgk.Sarjani paling kentara dengan baliho-baliho menegakkan Agama. Tetapi justru Abusyik yang dipilih oleh warga. Irwandi Yusuf, mungkin seumur hidupnya tidak akan pernah mampu memimpin sholat jamaah apalagi berkhutbah, tapi inisiasi JKA-nya mungkin termasuk program keummatan paling monumental dalam memori mayoritas pemilik suara.

Perilaku politik masyarakat memang sangat aneh. Dan tentu ada banyak faktor penyebab para paslon menang atau kalah, bukan karena isu agama saja. Namun setidaknya saya melihat, pada era dimana para voters mulai rasional seperti ini, kita perlu berislam pada tingkatan yang lebih tinggi guna memenangkan hati mereka.*****

Next Post

MENJADI BANGSA YANG BERJIWA BESAR

Sun Feb 19 , 2017
Menjadi […]

Kajian Lainnya