“PRO-POOR LEADERS”

image: usatoday.net
image: usatoday.net

“Pro-Poor Leaders”
Oleh Said Muniruddin

Pemimpin dan Akhlak. Terpilihnya Muhammad saw sebagai pemimpin bukan karena ia paling kaya, paling ahli berpolitik, paling menguasai infrastruktur kekuasaan atau sejenisnya. Ia terpilih karena ia satu-satunya orang yang paling mampu merasakan derita masyarakatnya dan paling ingin memberi kebaikan bagi mereka semua.

Ada rekam jejak yang begitu baik sehingga Muhammad pada usia 40 dipilih menjadi pemimpin umat. Sejak belia ia sudah punya rasa kemanusiaan yang tinggi. Ia berbisnis dengan baik dan menghasilkan banyak sekali keuntungan. Namun hampir seluruhnya disedekahkan untuk fakir miskin.

Jauh sebelum dipilih sebagai pemimpin masyarakat oleh Tuhannya, Muhammad sudah terbina sebagai orang yang sangat jujur dan berbagai atribut mulia lainnya. Sehingga tak heran jika pada awal-awal kenabiannya, Tuhan membocorkan rahasia mengapa ia yang terpilih untuk memimpin manusia: “… dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti agung (wainnaka la’ala khuluqin ‘adhim” QS. 68:4).

Anda tahu, pemimpin agung lahir dari akhlak yang agung. Kita tidak akan pernah menjadi pemimpin besar jika punya perangai buruk dan jiwa yang kerdil.

***

Ketaatan Kepada Pemimpin Berakhlak. Dalam konsepsi Islam, pemimpin adalah pelanjut para Nabi. Sehingga ketaatan kepada pemimpin merupakan sebuah keharusan, setelah ketaatan kepada Allah dan Rasulnya: “Athi’ullaha wa athi’urrasula wa ulil amri minkum” (QS.4:59).

Mengapa mesti taat kepada pemimpin? Karena tugas pemimpin adalah melanjutkan tugas-tugas Nabi, yaitu “memperbaiki masyarakat.”

Apanya yang harus diperbaiki? Ya semuanya. Dan semuanya akan terperbaiki jika akhlak masyarakat bisa diperbaiki. Karena masyarakat merupakan bagian terbesar dalam sistem kerakyatan ini. Kalau dalam bahasa demokrasi, masyarakatlah pemilik, pengguna dan penerima manfaat dari sebuah sistem kenegaraan. Itulah mengapa seorang pemimpin diutus untuk menjadi orang yang bekerja untuk memperbaiki akhlak masyarakatnya.

Namun kita juga harus tahu, bahwa kita tidak akan pernah mampu memperbaiki akhlak masyarakat dan pegawai kita jika kita sendiri tidak memberi ketauladanan (inspiring akhlak) kepada mereka. Akhlak itu sangat penting karena sifatnya “contageous” (menular) bagi para pengikut.

***

Pemimpin Berakhlak Dibimbing Tuhan. Ada alasan lain mengapa dimensi akhlak sangat penting dalam memimpin. Akhlak mengindikasikan kedekatan dengan Tuhan. Orang yang berakhlak punya kedalaman spiritual sehingga memungkinkan bagi Allah untuk membukakan pintu-pintu petunjuk dan kebenaran.

Ini yang dialami Muhammad. Ketinggian akhlak telah mengangkatnya menjadi pemimpin sejati. Ketinggian akhlak telah menyebabkan pintu-pintu langit tersibak, tabir alam gaib terbuka, dan kemampuan komunikasinya meningkat tajam.

Ia punya keahlian berkomunikasi tidak hanya dengan manusia tetapi juga dengan wujud astral lainnya, seperti dalam pengalaman pertama “iqra” dengan malaikat Jibril di gua Hira. Inilah awal dari karir perjalanan kepemimpinan politiknya, kepemimpinan untuk membangun bangsa dan negara.

***

Pemimpin dan Perjuangan Ideologis Politis. Selama 23 tahun Nabi menempuh pergerakan politik yang begitu rumit dan penuh resiko. Sebuah perjalanan politik yang hanya mampu dilalui oleh para pemberani. Karena sepanjang jalan ia menemukan orang-orang yang bukan hanya tidak sepakat pada ide-idenya, tapi matian-matian berusaha menjatuhkannya.

Selama 13 tahun pertama di Makkah ia membangun “ideologi teoritis” (menyusun visi dan konsep keyakinan). Lalu pada 10 tahun terakhir ia pusatkan aktifitas di Madinah untuk membangun “ideologi praktis (mendirikan dan mengelola negara).

Ketika membentuk pemerintahan di Madinah, misi keadilan sosial menjadi fokus utama. Program kerja dan keberpihakan Nabi kepada kelompok lemah (mustadh’afin) sudah terlihat sejak hari pertama ia memasuki Madinah.

***

Berpihak Kepada Orang Miskin. Diriwayatkan, setelah 15 hari tinggal di Quba lalu Nabi berangkat menuju Madinah (saat itu masih bernama Yatsrib) yang letaknya tidak jauh dari Quba.

Penduduk Madinah begitu antusias menyambut pemimpin baru ini. Karakter mulianya sudah lebih dahulu sampai ketelinga meskipun wajahnya belum pernah mereka lihat. Sebagian diantaranya sudah pernah berinteraksi dengan Nabi dan kini menjadi bagian dari jaringan yang menyambutnya di Madinah.

Unta yang ditunggangi Nabi masuk ke Madinah dan penduduk mengelilinginya. Pada masa itu, kota Madinah terdiri dari beberapa daerah. Setiap daerah memiliki pintu gerbang, rumah-rumah, jalan dan lorong, serta aktifitas perdagangan dalam kekuasaan dua suku besar: Aus dan Khazraj (al-imam as-Sayyid Ali Khamenei, “Manusia 250 Tahun”, Penerbit Nur al-Huda, 2015, hal. 40-42).

Ketika unta tunggangan Nabi tiba di pintu gerbang daerah suatu suku, maka para pembesar dan orang-orang dari suku tersebut keluar seraya memegang tali unta Nabi. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, tinggallah di tempat kami! Rumah, harta dan kehidupan nyaman kami, akan kami serahkan kepada anda. Kami semua siap melayani anda.”

Nabi menjawab, “Lepaskan tali kekang unta ini, innaha ma’murah (sesungguhnya unta ini diutus oleh Allah), biarkan dia berjalan.”

Demikian pula ketika Nabi memasuki pintu gerbang suku selanjutnya, mereka juga menarik tali kekang unta dan meminta Nabi untuk menetap bersama mereka. Tetapi lagi-lagi Nabi memberi jawaban serupa.

Unta pun terus berjalan melewati satu daerah ke daerah yang lain hingga tiba di wilayah milik Bani Najjar. Ibunda Nabi (Siti Aminah) berasal dari suku ini. Para pria Bani Najjar berkata, “Wahai Rasulullah, kami adalah paman mu, kerabat mu, tinggallah disini.” Nabi kembali menjawab, “Sesungguhnya unta ini diutus oleh Allah, biarkan ia berjalan.”

Tahukah anda dimana Nabi berhenti? Untanya berhenti disebuah daerah miskin di Madinah, lalu berlutut tepat di depan sebuah rumah. Penduduk Madinah penasaran, rumah reyot milik siapa itu. Kemudian diketahui nama pemiliknya adalah Abu Ayub al-Anshari. Ia bersama keluarganya mengangkat barang-barang bawaan milik Nabi dan membawa masuk ke rumahnya.

***

Memimpin adalah Memberi Contoh. Pada hari pertama membangun negara dan pemerintahan Islam di Madinah, Nabi telah menjadi tamu di rumah orang miskin! Ia menolak permintaan orang-orang kaya, para pembesar, kepala suku dan semisalnya untuk menetap bersama mereka. Ia bahkan menolak tawaran nepotisme kerabatnya. Ia justru bersama orang miskin tak dikenal.

Sejak awal memimpin negara, Nabi sudah menentukan sikap sosial kemasyarakatannya. Ia sudah memilih berpihak kepada siapa. Tentu ia milik semua. Namun ia sudah menentukan kelompok mana yang patut mendapat perhatian lebih dan manfaat paling besar dari eksistensinya.

Di depan rumah Abu Ayub ada lahan kosong. Nabi bertanya, “Tanah siapa ini?”. Orang-orang menjawab, “Milik dua anak yatim.” Lalu Nabi menyerahkan sejumlah uang untuk membeli tanah tersebut. “Kita akan membangun masjid di tanah ini”, kata Nabi. Di Masjid inilah dipusatkan kegiatan politik, peribadatan, kemasyarakatan dan pemerintahan.

Lihat, Nabi butuh tempat sebagai pusat kajian dan diskusi. Ia bukan peminta-minta. Meskipun bisa, namun ia tidak meminta apalagi menodong tanah dari seseorang. Ia justru membelinya dengan uang pribadi. Meskipun anak yatim ini tidak punya wali dan pelindung, Nabi tetap menjaga hak mereka.

Tidak hanya sampai disitu. Ketika penduduk Madinah mulai membangun masjid, Nabi adalah orang pertama yang datang membawa cangkul dan menggali tanah untuk fondasi. Ia bukan pekerja yang sifatnya hanya sebatas serimonial dan formalitas saja. Ia mengucurkan keringat. Sehingga ada sebagian dari mereka yang berkata, “Kita hanya duduk-duduk saja, sementara Nabi kita sibuk bekerja. Mari kita ikut kerja.”

Ini yang disebut leading by example, memimpin dengan memberi contoh, bukan memberi perintah. Atau dengan bahasa lainnya, action speaks louder than words. Bahasa contoh lebih terdengar daripada bahasa perintah.

***

Penutup. Semoga paska Pilkada ini kita menemukan pemimpin-pemimpin baru, para pemimpin yang ideologis, yang sejak hari pertama sudah berpihak kepada kaum miskin (pro-poor), yang bekerja, yang melakukan gebrakan-gebrakan luar biasa, yang cerdas, yang berani, dan yang menjadi inspirasi (tauladan) bagi kita semua untuk melakukan perbaikan diri dan masyarakat kita.*****

Next Post

WE ARE LIONS

Tue Mar 7 , 2017

Kajian Lainnya