KAUM SUFI, HUMOR DAN TARIAN

image: ragheb abu hamdan design

Kaum Sufi, Humor dan Tarian
Oleh Said Muniruddin

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Kaum sufi identik dengan cerita-cerita lucu. Ingat Abu Nawas atau Nasruddin Khoja? Mereka itu sufi. Karena bagi mereka, dunia ini tak lebih dari senda gurau belaka. Mereka telah mengamankan akhirat, kampung aslinya. Saban hari mereka “berjumpa” Tuhan. Sehingga hidup mereka begitu kocak dan bahagia.

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” – QS. Al-An’am: 32

وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” – QS. Al-Ankabut: 64

Selain itu, mereka juga menjalani hidup dengan menari-nari. Dunia sufi dan tarikat penuh dengan tarian. Ingat the Whirling Dervishes (Sema) milik Rumi, Hadrah-nya Persia dan lain sebagainya. Itu warisan guru-guru spiritual. Termasuk Saman di Aceh, yang pemimpin gerak tariannya sendiri disebut sebagai syeikh.

Para sufi sering meluangkan waktu untuk menari. Karena bagi mereka, semua gerak untuk mengingat Allah adalah ibadah. Kaum sufi menyadari betul bahwa kampung asli mereka adalah akhirat. Dunia ini hanya tempat wisata dan permainan belaka. Enjoy it man! Allah… Allah…

Berbeda dengan kaum materialis, semakin mereka berjoget dan berlucu maka semakin gersang jiwanya. Bahkan semakin tolol kehidupan orang-orang yang menyimak hiburan-hiburan mereka. Karena itu semua bukan gerak bersama Tuhan. Melainkan bentuk pelarian dari Tuhan.

Sementara ada juga kaum agamawan yang kaku. Mereka terlalu ngotot membid’ahkan berbagai seni dalam khazanah tarikat dan kesufian. Mereka keras dan kasar sekali. Ini akibat hidup yang tak pernah merasakan kehadiran Tuhan. Beda dengan sufi, yang begitu bahagia, kocak dan sibuk menari, karena sudah bersama Tuhan.

Kalian masih berfikir sufi itu kolot? Kalianlah yang kolot, karena tak tau cara melucu apalagi menari.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.*****

Next Post

Latihan Khusus KOHATI HMI Cabang Kota Jantho (Testimoni Peserta)

Tue Apr 24 , 2018
Latihan […]

Kajian Lainnya