KETAUHIDAN YANG TERBAKAR

image: Tindakan Banser NU dalam perayaan Hari Santri yang menimbulkan polemik (22/10/2018).

Ketauhidan yang Terbakar
Oleh Said Muniruddin

Mungkin kita perlu belajar pada bapak tauhid (monoteis), Ibrahim ‘alaihissalam. Ia tidak bisa dibakar, sekalipun oleh api besar. Sebab, Kalimah yang asli ada di qalbunya. Bukan di tiang bendera.

Pun Muhammad SAW, menjadi tak terkalahkan bukan karena Qalam yang suci terukir di batu dan pelepah kurma. Melainkan keesaan Allah terjaga dalam jiwa dan akhlaknya.

Sosok bertauhid tidak akan tersulut api emosi. Tidak pula terbakar bara benci. Apalagi dipanggang oleh arus hasad informasi.

Tauhid itu rasa “aman”  (iman). Bukan mudah terprovokasi. Namrud yang perkasa saja tidak bisa membakar ketauhidan sejati. Apalagi Banser itu.

Tapi ternyata, bukan cuma secarik kain berlafaz syahadat yang binasa. Hati kalian semua, tempat bersemayamnya Tuhan, ikut hangus oleh percikan apinya.

Tapi entahlah. Mungkin ini sudah akhir zaman. Sebagian kita baru menjadi nasionalis dengan cara membakar panji berukir syahadat. Sementara yang lain baru menemukan citra keislamannya dengan cara merasa terhina dan marah-marah.

Kita terus dibelah. Padahal “tauhid” kepada Allah mewajibkan “kesatuan” sebagai ummah. Tetapi itulah konsekwensi yang kita hadapi, akibat nafsu untuk beriman sangat tinggi tetapi akal lemah sekali.

Cocoknya kita semua bertaubat. Dengan memperbanyak tahlilan dan zikir nafi isbat: لآإِلَهَ إِلاَّ الله

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.*****

Next Post

TAHLILAN YUK!

Sun Oct 28 , 2018

Kajian Lainnya