ALLAH MASIH SAYANG DENGAN BANGSA INI

image: detik.com (senin, 21/10/2019)

Allah Masih Sayang dengan Bangsa ini
Oleh Said Idris Athari Muniruddin I Rector I The Zawiyah for Spiritual Leadership

Allah masih sayang dengan bangsa ini. Dia masih bersedia menunjukkan kebodohan kita. Bayangkan, kalau kita dibiarkan terus dalam kebodohan. Hancur kita semua.

Apa yang kami sampaikan terkait dengan sikap Prabowo yang merapat ke kabinet Jokowi. Ternyata, pesta demokrasi hanya dagelan para politisi. Tidak ada yang namanya musuh abadi. Dalam artikel sebelumnya saya juga menyebut demokrasi sebagai “Game of the Richest”. 

Bagi rakyat yang lebih dari setahun ini di brainwash untuk radikal, fenomena “rendah hati” Prabowo pada minggu ini mengejutkan semua. Kok bisa segampang itu perubahannnya. Padahal selama ini kita sudah begitu istiqamah mengkomuniskan dan mengkafirkan lawan.

Rakyat perlahan siuman. Bius bodoh mulai hilang. Apa yang dulu dianggap benar, kini mulai kita ragukan. Apa yang dulu diyakini sebagai jihad sungguhan, kini diframe sebagai oposisi transaksional. Mungkin inilah makna tweet Tifatul Sembiring pada Senin (21/10/2019), pukul 19.29 WIB:

“Kusangka bertiup angin semilir/ Ternyata suara binatang piaraan/ Kusangka dia singa padang pasir/ Ternyata cuma kucing rumahan”

Kalau level senior Partai Keadilan Sejahtera (PKS) saja bisa tertipu, konon lagi ratusan juta rakyat biasa. Aksi tipu-tipu dalam pesta demokrasi telah menguras energi bangsa ini. Persaudaraan retak. Record fitnah, hoax, dan ujaran kebencian masih terdokumentasi dengan baik. Semua akibat satu hal: kebodohan masal. 

Ternyata, bukan cuma akar rumput yang terbodohi oleh propaganda masif, terstruktur dan sistematis. Kaum akademisi juga begitu. Tertipu habis dengan slogan-slogan agama dan isu-isu ekonomi lainnya yang turut dikampanyekan oleh ustadz-ustadz ternama. Saya menyaksikan bagaimana grup-grup WA akademisi selama pemilu benar-benar kehilangan akal sehatnya. Habis kita.

Ternyata benar apa kata Nabi. Jahilianisme penyebab kita terpecah. Jahiliah itu adalah “jahil” (kebodohan). Karena bodoh kita di adu. Ditipu. Walau sekilas terlihat berfikir, akal kita ternyata memang tidak jalan.

Saya membayangkan, inilah sebenarnya yang juga sedang terjadi di dunia muslim secara keseluruhan. Adu domba isu mazhab, Sunni Syiah, juga bagian dari mengelola kebodohan umat. Kita dibuat percaya pada segala berita yang dibangun dan dikemas sedemikian rupa guna memecah belah. Ada sutradara dalam semua sandiwara panjang ini yang mengeksploitasi emosi dan sentimen keagamaan umat. Tujuannya, agar dominasi spirit demokratisasi revolusi Islam yang di kumandangkan Khoemeini terhadap kapitalisme tidak meluas. Dengan demikian, kekuasaan zionis dan para aristokrat arab dapat berkelanjutan.

Kita bersyukur, Allah perlahan membuka kebodohan kita. Supaya kita dapat belajar dari pengalaman. Saya yakin, banyak yang menjadi cerdas dengan kejadian-kejadian ini. Disamping beberapa yang super bodoh diantara kita akan terus konsisten dengan kebodohannya.

Saya mengapresiasi Pak Jokowi dan Pak Prabowo. Kita tidak tau persis apa kekuatan baru dan bargaining yang sedang dibangun diantara mereka. Pro-kontra selalu ada. Yang pasti, bersatunya 01 dan 02 telah sedikit melunakkan mata batin politik kita para cebong dan kampret di Indonesia.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.*****

Next Post

SAYA DIGADAIKAN KEPADA IBLIS

Fri Oct 25 , 2019
SAYA […]

Kajian Lainnya