DOCTOR STRANGE: SCI-FI TASAWUF ALA MARVEL

Doctor Strange: Sci-Fi Tasawuf ala Marvel
Oleh Said Muniruddin | Rector | The Zawiyah for Spiritual Leadership

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Doctor Strange (2016) adalah sebuah film superhero yang diproduksi oleh Marvel Studio. Film fiksi ilmiah (sci-fi) yang didistribusikan oleh Walt Disney dan Motion Pictures ini mengangkat kisah seorang ahli bedah saraf ternama, Stephen Strange (diperankan oleh Benedict Cumberbatch). Suatu ketika ia mengalami kecelakaan mobil yang sangat parah. Semua tulang jari dikedua tangannya patah. Dia menghabiskan hampir semua uangnya untuk memperbaiki cacatnya. Dalam keadaan putus asa, ia tidak punya pilihan. Akhirnya harus menempuh jalan “tasawuf” untuk memperoleh kesembuhan. Ternyata ini awal dari takdir yang kemudian membuatnya menjadi penerus sebuah ordo “sufi”, yang dalam film ini disebut berpusat disebuah daerah bernama Kamar-Taj.

Saya tidak mau bercerita lebih banyak tentang film berdurasi 115 menit ini. Anda tonton sendiri. Namun ada beberapa fitur penting tasawuf yang tergambarkan dalam film yang diangkat dari karya Stan Lee dan Steve Ditko tersebut.

Pertama, akal dan sains cenderung melahirkan orang-orang “sombong.” Doctor Strange adalah figur cerdas yang arogan. Kaya dan juga terkenal. Kesombongannya menjadi tidak berguna saat dibuka tabir yang memperlihatkan berbagai realitas batiniah lainnya yang menyusun dunia. Akhirnya berbagai keajaiban ilahi (mukjizat) cenderung dilabeli sebagai tipuan, perdukunan atau halusinasi. Begitulah cara barat selama beberapa abad memandang inferior keberadaan spiritualitas dunia timur.

Kedua, seringkali ujian berat yang tidak mampu dihadapi secara saintifik mendorong kita untuk menemukan penyembuhan alternatif. Dan ini, mau tidak mau, telah membawa Doctor Strange untuk menemukan seorang master atau guru spiritual. Tentu tidak semua orang dapat menemukan seorang guru sejati. Kecuali anda memang diberkati (berjodoh) untuk itu. Dalam film ini, sang mursyid dinamai dengan The Ancient One. Mungkin menggambarkan tuanya Ruhani yang ia punyai.

Ketiga, menempuh jalan tasawuf yang hakiki bukanlah seperti berguru di sekolah biasa. Pada taraf tertentu, Doctor Strange harus bersedia mematikan akalnya. Satu-satunya kunci untuk mencapai pengetahuan laduni, adalah melalui “submission” (kepasrahan total). Dalam hal ini, tunduk kepada Sang Maha Guru dan tidak mempertanyakan apapun tentangnya. Dalam tasawuf, ini disebut adab. Mirip gaya Musa berguru kepada Khidir. Sudah pasti, level fokus (rabithah) dan kedisiplinan selama proses olah ruhani menentukan hasil akhir. Doctor Strange bahkan dikirim ke puncak gunung bersalju untuk diuji tingkat kelulusannya.

Keempat, irfan atau tasawuf adalah metode perjalanan jiwa. Kalau belum menguasai metode pelepasan ruh (kematian iradhi), anda masih sebatas ahli kitab. Doctor Strange merupakan seorang yang rajin membaca. Tapi melalui bimbingan, praktik dan ritual tertentu; ia mampu melakukan mikraj (transcendental journey) ke berbagai dimensi malakut lainnya. Tasawuf praktis juga sebuah metode iluminatif untuk menembus celah ruang dan waktu (mukasyafah). Pada tingkatan tertentu anda mampu secara sangat cepat berada dimana-mana (teleportatif), bahkan maha meliputi (sidrah almuntaha).

Kelima, pergantian kemursyidan dalam dunia mistikus tidak didasari oleh senioritas semata. Tapi tergantung pada kapasitas ruhani seorang murid. Semacam takdir, bahwa Tuhanlah yang mencari dan menentukan siapa yang pantas meneruskan sebuah sanad ruhiyah. Sosok muda berbakat justru bisa terpilih untuk memegang tampuk silsilah. Ini yang dialami Doctor Strange. Ia sebenarnya tidak mau menjadi master (musyid). Melainkan tetap sebagai dokter. Tapi takdir membuatnya tidak ada pilihan. Meskipun ada khalifah-khalifah lain yang sudah lebih lama menemani Guru.

Keenam, perjuangan para “wali” (spiritual masters) cukuplah berat. Mereka mengemban amanah untuk menjaga kutub dunia, agar senantiasa aman dan damai (taslim). Film ini menawarkan London, Hongkong dan Newyork sebagai tiga kubah suci atau sanctum dunia. Ada “iblis”, yang dalam film ini disebut Dormammu, yang telah berjanji untuk menguasai jiwa manusia. Energi gelap ini bersekutu dengan orang-orang jahat atau dengan para ‘malaikat’ pembangkang (Kaecilius dan murid-murid sakti lainnya). Jadi; tugas seorang nabi, imam, wali, atau khalifah Allah adalah menebarkan rahmat, membentengi manusia dari kejahatan setan. Mereka selalu dalam keadaan “siaga perang” (jihad) untuk melindungi umat manusia. Memang untuk itu mereka diutus ke dunia.

Tujuh, sebagaimana yang awalnya dicari oleh Doctor Stephen Strange, tasawuf itu memiliki kekuatan penyembuh yang “ajaib”. Jika dunia sains menyembuhkan melalui mekanika hukum-hukum atom, sel dan materi; berbeda halnya dengan dunia spiritual. Para sufi menyembuhkan melalui interaksi dan komunikasi mereka dengan hukum-hukum supranatural yang menjadi asal-usul semua elemen materi. Atau juga disebut pengobatan makrifat. Jika anda terkonek dengan Dia yang maha tinggi, anda bisa menata kembali apa yang rusak di dunia ini. Kun fayakun!

Film Box Office yang memperoleh nominasi Academy Award untuk Best Visual Effect ini mampu mengolah berbagai seni mistis dunia timur dalam sebuah science fiction ala dunia barat. Meskipun ditampilkan dalam konteks spiritualitas Kathmandu, keterkaitannya dengan gnostisisme Islam sangat erat. Termasuk penggunaan geometri sufistik dalam elemen-elemen api milik Doctor Strange. Menurut saya, bagi anda para pengamal tasawuf, film dengan nilai penjualan mencapai $677 juta ini layak untuk (kembali) ditonton disela-sela lockdown Corona

Link film (free): http://bit.ly/2WmO2Fz

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.*****
___________________
powered by PEMUDA SUFI:
Bahagia, Kaya dan Terpelajar.

Next Post

KETIKA TUHAN MENGUSIRMU

Mon Mar 30 , 2020
KETIKA […]

Kajian Lainnya