INI DIA, 2 JENIS AL-QURAN YANG JARANG DIKETAHUI ORANG

Ini Dia, 2 Jenis Al-Qur’an yang Jarang Diketahui Orang
Oleh Said Muniruddin | Rector | The Zawiyah for Spiritual Leadership

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Al-Qur’an ada 2 jenis. Ada versi hidup, “Ruh”. Ada versi mati, “teks”. Versi hidup merupakan Al-Qur’an praktis, active knowledge, senantiasa berbicara kepada anda. Sedangkan versi mati, itu Al-Qur’an teoritis, passive knowledge, bahan bacaan, hafalan dan penuh tafsir.

Al-Qur’an, pada bentuknya yang autentik, adalah sesuatu yang hidup. Makna “hidup”, Al-Qur’an itu berbicara kepada anda secara terus menerus. Membimbing anda secara langsung, 24 jam.

Misalnya, ketika seseorang lewat di depan anda, Al-Qur’an akan bicara: “itu orang baik”. Atau sebaliknya: “itu orang jahat”. Pada saat anda mendengar seseorang sedang berbicara, Al-Qur’an akan mengatakan kepada anda: “apa yang dia katakan benar”. Atau sebaliknya: “dia sedang berbohong”. Sewaktu anda disajikan makanan, Alquran akan memberitahu anda: “jangan sentuh makanan itu”. Atau sebaliknya: “bismillah saja”. Manakala anda ingin pergi kesuatu tempat, Al-Qur’an akan berkata: “Jangan pergi!”. Atau sebaliknya: “Pergilah”. Dan seterusnya.

Kami bisa saja memberikan 1001 contoh serupa, bagaimana Al-Quran terus berbicara dalam keseharian kita. Menjadi petunjuk yang hidup. Ketika Al-Qur’an itu hidup, barulah ia menjadi sebenar-benar  Al-furqan; pembeda antara yang kiri dan yang kanan, yang baik dan buruk, yang benar dan yang salah, yang hak dan yang batil:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ

“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil)”.. (QS. Al-Baqarah: 185).

Al-Qur’an yang hidup senantiasa memberi petunjuk (hidayah) tentang yang hak dan yang batil secara pasti, aktual, cepat dan akurat. Tidak perlu ditafsir. Tidak harus menguasai belasan ilmu alat. Tidak butuh akal. Tidak mesti jadi ulama. Orang awam sekalipun, bisa mengetahui dan mendengar Al-Qur’an berbicara. Kalau sudah mendapat izin Allah.

Al-Qur’an yang “hidup” adalah Kalamullah yang primer. Tuhan yang terus berbicara sepanjang masa. Specific and direct instruction. Suara batin. Firman nafsani. Active knowledge. Siapapun yang mampu menjangkau Al-Qur’an ini, hidupnya akan hanif, senantiasa berada di jalan yang lurus. Karena secara praktis akan terus dibimbing, dibisiki, diilhami oleh Allah. Sehingga memungkinkan bagi seseorang untuk menjadi suci. Bahkan mengetahui rahasia-rahasia gaib, kasyaf.

Berbeda dengan Al-Qur’an yang ditulis di pelepah kayu dan batu-batu. Atau yang kemudian hari dicetak di lembaran kertas. Itu passive knowledge. Sudah ‘mati’. Tidak berbicara lagi. Karena sifatnya baharu. Al-Quran jenis ini sudah jadi bahan bacaan. General prescription. Dokumen penelitian. Narasi informasi. Bahan kajian publik. Harus ditafsir menurut akal manusia. Sebagai bahan bacaan umum, versi cetak perlu juga. Walaupun banyak juga isinya yang masih tidak bisa dipahami (mutasyabihat). Semetara Al-Qur’an yang hidup akan berbicara secara langsung. Perintah dan larangan bersifat direct. Meskipun personal sifatnya.

Apa itu Al-Qur’an yang Hidup?

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ – ١ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ – ٢ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ – ٣ تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ – ٤ سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ࣖ – ٥

(1) Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar. (2) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (3) Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. (4) Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. (5) Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar. (QS. Al-Qadar: 1-5)

Al-Quran yang hidup adalah “Malaikat dan Ruh” (elemen malakut atau Cahaya-Nya sendiri) yang turun/hadir untuk menempati baitul izzah, langit dunia. Entitas ini memang hidup, seperti makhluk juga. Mereka ini ‘jelmaan’ Kalam Tuhan. Jibril. ‘Aqal Awwal. Rombongan sinyal malakut ini bisa aktual dalam jiwa manusia, terlibat aktif, hadir mengawasi, ikut mencampuri, bahkan mengatur semua urusan kita (yang dalam tradisi sufi juga disebut muraqabah dan muqabalah). Mereka menempati qalbu orang-orang yang telah menjalani prosesi penyucian diri. Orang-orang yang telah dibimbing ruhaninya oleh warasatul ambiya, imam maksum, atau waliyammursyida.

Inilah Al-Qur’an yang diturunkan pada malam Lailatul Qadar. Makhluk ruhaniah yang hidup. Bukan tinta, kertas dan huruf-huruf mati. Cetak mencetak Al-Qur’an dalam huruf dan bahasa manusia itu cerita kemudian hari.

Al-Qur’an yang hidup adalah “The Higher Self” (vs. the lower self/ego), malaikat yang berbicara. Ruh Muqaddasah Jibril itu sendiri (Nur Muhammad, Nurun ‘ala Nurin) yang turun/hadir/aktual dalam diri para nabi, wali dan orang-orang shaleh. Karena itulah, Al-Qur’an itu pada level lebih tinggi adalah orang-orang (yang telah memiliki Ruh Suci). Bukan kompilasi lembaran kertas (suci). Mukjizat atau kekeramatan Al-Qur’an itu ada pada orangnya. Bukan pada kertasnya. Kalaupun kertasnya keramat, itu terjadi karena ada orang yang mampu ‘meniupkan’ Ruh pada mushaf tersebut.

Allah senantiasa menurunkan orang sebagai pembawa petunjuk. Sebagai “Kitab” yang hidup. Sebagai representasi Ruh dan Kalam-Nya dalam rupa manusia. Kalau seandainya keberadaan kitab tertulis dianggap sudah memadai sebagai sebuah petunjuk, mungkin orang Yahudi dan Kristen sudah melimpah petunjuknya. Banyak sekali kitab yang mereka miliki, yang menjadi bahan bacaan, kajian dan tafsir; yang mereka warisi dari para nabi mereka. Tapi tidak, Allah masih terus mengutus orang sebagai pembawa petunjuk, penerus nubuwwat, pembawa wasilah Ruh Qurani yang hidup.

Jadi, berislam secara hakiki, itu tidak cukup dengan buku Alquran dan buku Hadis. Mungkin secara syariat sudah memadai dengan teks untuk dihafal, dibaca dan di tafsir-tafsir. Yang dengan itu banyak lahir ulama, profesor dan doktor. Mazhab-mazhab juga lahir karena banyaknya ahli tafsir. Tapi, untuk benar-benar terhubung dengan Allah, untuk memiliki elemen mukjizat (karamah), anda butuh Al-Qur’an dan Sunnah yang hidup. Ruh Quddus, yang Dia sendiri berbicara kepada anda.

Ruh yang hidup inilah yang dibenam ke dada para nabi pada saat riyadhah panjang mereka. Ini pula yang turun pada Muhammad pada sebuah malam yang diberkahi. “Sesungguhnya Kamilah menurunkannya pada malam yang diberkahi..” QS. Ad-Dukhan: 3). Al-Qur’an laduniah ini juga akan terus turun dalam jiwa orang-orang di akhir zaman ini, yang kuat mujahadah spiritualnya. Yang mengisi malam-malamnya dengan dzikrullah.

Kesimpulan

Sebagaimana firman Tuhan dalam surah Al-Qadar di atas, Software (Ruhani Alquran) ini sudah diturunkan sekaligus ke “langit dunia”. Ini dapat kita pahami dari kata anzala pada kalimat inna anzalnahu (QS. Al-Qadar: 1) yang merupakan fi’il madhi, past tense (sudah turun semua, sudah tersedia).

Software ini bisa kita download secara terus menerus. Sebagaimana dijelaskan kemudian dalam kata tanazzalu pada kalimat tanazzalul malaikatu war-ruh. Kata tanazzalu berasal dari kata tatanazzlu, merupakan fi’il mudhari’ (present continuous tense). Artinya; Al-Qur’an yang hidup, The Speaking Al-Qur’an, elemen malakut/makhluk Ruhaniah ini masih bisa diakses, masih bisa dimiliki, masih berhampiran dengan manusia, masih turun sampai sekarang. Artinya, Tuhan masih berbicara. Malaikat dan Ruh masih bekerja. Jibril dan kawan-kawannya belum pensiun. Al-Qur’an (Kalam Tuhan) masih terus hadir untuk mengilhami manusia, sampai kiamat!

BACA JUGA: “Al-Qur’an itu Orang, Bukan Kertas”

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.*****

💥 powered by PEMUDA SUFI
___________________
SAID MUNIRUDDIN
The Zawiyah for Spiritual Leadership
YouTube: https://www.youtube.com/c/SaidMuniruddin
Web: saidmuniruddin.com
fb: http://www.facebook.com/saidmuniruddin/
Twitter & IG: @saidmuniruddin

5 thoughts on “INI DIA, 2 JENIS AL-QURAN YANG JARANG DIKETAHUI ORANG

  1. JazakaAllah ustadz. Syukron katsir ilmunya. Semoga ilmu panjenengan lumeber ten Kulo.🙏
    Amiin

  2. Kita tidak bisa mengharap orang yg buruk dapat menjadi baik,yg baik tetaplah baik,begitu juga dengan alquran untuk mereka yg baik karena alquran itu baik.
    Mengharap orang buruk menjadi baik hanya terjadi di sinetron dan film-film saja.

    ustadz sayyid habib yahya

Comments are closed.

Next Post

MENGAPA TAKUT MATI?

Sat Apr 17 , 2021
Mengapa […]

Kajian Lainnya