KE “BINTIS”

KE “BINTIS”
Oleh Said Muniruddin

MALAM ini ketemu lagi guru lainnya. Pak Sayuti. Sepanjang pertemuan ini kami berbicara dalam bahasa Inggris. Tentu saja, karena beliau adalah guru bahasa Inggris kami sewaktu di MAN-1 Banda Aceh dulu. Seputaran tahun 1995-1997.

***

“Go to the bintis!”, teriak Pak Sayuti. Mati kita. Langsung saya meletakkan kapur tulis, berlahan merapat ke di dinding di samping papan tulis. Satu persatu para murid di isolasi ke “bintis”. Gara-gara gagal menjawab soal bahasa Inggris. Itu terjadi 24 tahun silam.

“Bintis” adalah terjemahan khusus “binteh” (bahasa Aceh, artinya dinding). Hukuman bagi yang gagal, harus berdiri ke “bintis”. Gak boleh kembali ke kursi duduk. Kami semua juga seringkali ikut berteriak senang: “ke bintis!!”, manakala melihat ada teman yang juga senasib, gagal menjawab soal. Kami akan terus berdiri di “bintis” sampai benar-benar ada murid yang mampu menyelesaikan soal. Atau, sampai tak tersisa satu orang pun lagi untuk menjawabnya. Baru semua dibolehkan kembali ke tempat duduk masing-masing.

Saat masih di MAN 1 Banda Aceh, saya belum bisa berbahasa Inggris. Sewaktu di SMPN-6 Banda Aceh juga begitu. Malah, waktu SMP, bahasa Indonesia saja belum pas. Karena saya lama hidup dikampung, di Lameue Sigli, sebelum di ekspor oleh Waled (ayah) saya ke Banda Aceh.

Sampai di jenjang sekolah MAN/SMA, Bahasa Inggris masih termasuk mata pelajaran “mengerikan” bagi saya. Mungkin karena sudah duluan takut, sehingga terbentuk mental block untuk “tidak bisa”. Bahkan saya minder melihat kawan-kawan lain yang jago bahasa Inggris.

Kemampuan berbahasa Inggris baru terbangun pada tahun-tahun terakhir kuliah. Saya mulai mencari kursus private. Termasuk di lembaga Burung Hantu, Intensive English Course (IEC), yang beralamat di depan Dolog Aceh.

Disinilah bakat berbahasa Inggris saya berkembang. Karena metodenya “fun”. Sangat komunikatif. Murid aktif berbicara. Melalui games dan aneka metode partisipatif lainnya (diskusi, debat, dsb). Asik sekali. Saya mulai menyukai, bahkan mulai gila berbahasa Inggris.

Dan Pak Sayuti termasuk guru di lembaga ini. Saya kira disini saya akan disuruh ke “bintis” lagi kalau tidak bisa menyelesaikan soal. Ternyata tidak. Tidak ada hukuman bagi yang tidak bisa. Semuanya serba asik. Saya justru menjadi bisa bahasa Inggris ketika diajarkan pak Sayuti selama disini. Pengajarannya di luar kekakuan text book. Dari beliau tumbuh kemampuan berbahasa saya. Selain itu, juga ada Miss Niar. Entah kemana beliau sekarang.

Jadi memang, di sekolah-sekolah kita, yang makin jago bahasa Inggris itu gurunya. Bukan muridnya. Karena gurunya terus yang ngomong. Murid jadi pendengar, sebelum pelan-pelan tertidur. Pendidikan kita (dulu) memang lemah di metode. Proses belajarnya sangat pasif. Meskipun tidak semuanya begitu.

Saya tidak menyangka, bahasa Inggris menjadi bekal yang kemudian membawa saya sekolah lebih lanjut sampai ke Inggris. Terakhir saya memperoleh nilai ToEFL 580. Sudah lumayan. Meskipun belum memuaskan. Itupun terjadi setelah mendapat sentuhan lebih halus dari para dosen bahasa Inggris di PPB-UI, tahun 2004, sesaat sebelum tsunami. Kami bersama 40an aktifis seluruh Indonesia pernah mondok di pusat bahasa yang terletak di Salemba Jakarta ini selama 6 bulan, sebelum disekolahkan satu persatu ke luar negeri. Semua dibiayai oleh Ford Foundation Internasional Fellowship Program (FF-IFP).

Berbekal sedikit kemampuan bahasa ini, tahun 2011 kami ikut mendirikan Internasional Accounting Program (IAP) di Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala. Ini menjadi cikal bakal program S1 full berbahasa Inggris, yang di dalamnya terdapat murid dari manca negara. Program ini masih eksis sampai sekarang, dan masih menjalin kerjasama pertukaran mahasiswa ke luar negeri.

Saya berterima kasih kepada orang-orang yang telah dihadirkan Tuhan dalam hidup saya, untuk menimba berbagai ilmu, termasuk bahasa Inggris. Terima kasih Pak Sayuti. Terima kasih semuanya.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.*****
___________________
SAID MUNIRUDDIN
The Zawiyah for Spiritual Leadership
YouTube: https://www.youtube.com/c/SaidMuniruddin
Web: saidmuniruddin.com
fb: http://www.facebook.com/saidmuniruddin/
Twitter & IG@saidmuniruddin

One thought on “KE “BINTIS”

Comments are closed.

Next Post

AWALUDDIN MAKRIFATULLAH, SETELAH ITU APA?

Thu Aug 26 , 2021
“Jurnal […]

Kajian Lainnya