AL-QURAN TEORITIS DAN AL-QURAN PRAKTIS


“Jurnal Tasawuf Akhir Zaman” | PEMUDA SUFI | Artikel No.84 | November 2021


ALQUR’AN TEORITIS DAN ALQUR’AN PRAKTIS
Oleh Said Muniruddin | Rector | The Zawiyah for Spiritual Leadership

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Alqur’an ada 2 jenis, “teoritis” dan “praktis”.

Alquran Teoritis

“Alquran teoritis” adalah mushaf Alquran. Kalam yang dibukukan. Firman yang dihurufkan. Ayat yang menjadi bahan bacaan. Kompilasi berita.

Karena ia bahan bacaan, maka sudah pasti Alqur’an ini masuknya ke otak. Menjadi bahan kajian. Bahan diskusi bahkan perdebatan. Bahan telaah kaum intelektual. Bahan tafsir yang kemudian menjadi rujukan orang yang suka membaca.

Alqur’an jenis ini merupakan ‘karya manusia’. Ada yang menulisnya. Di kertas, batu, tulang, kulit kayu, dinding dan sebagainya. Bahkan ada yang mencetak, memperbanyak dan menyebarkannya. Karena sifatnya bukan sesuatu yang melekat dalam diri, ada jarak antara kita dengan Alqur’an ini. Baharu dia. Karena berupa goresan tinta. Teks mati. Tersimpan di lemari. Tidak hidup dan berbicara. Tidak bisa menggerakkan kita secara langsung. Ia hanya bahan bacaan, namun bisa memberi inspirasi bagi kita untuk memahami sesuatu. Karena banyak juga kode rahasia yang terdapat di dalamnya.

Itu Alqur’an teoritis. Kitab referensi. “Buku” kompilasi informasi yang berasal dari Tuhan. Sebagian manusia memang suka membaca dan memang butuh bahan bacaan, guna mengetahui sesuatu. Keberadaan dokumen suci ini tentu sangat membantu kita untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Textbook Alqur’an sangat tepat digunakan dalam rangka menggali prinsip-prinsip umum, serta hukum-hukum generik (universal) yang menguasai alam dan manusia.

Alqur’an Praktis

Berbeda dengan Alquran teoritis, “Alqur’an praktis” justru tidak berhuruf dan bersuara. Sifatnya sangat rahasia. Sangat suci. Terintegrasi dalam diri manusia. Alquran ini merupakan Nur Ilahi. Ruh Quddus. Logos. Firman yang menempati kullu jasad dan qalbu. Ilham. Wahyu laduni. Kalam yang mengalir dalam nafas dan aliran darah. “Alqur’an praktis” adalah Allah yang keberadaan-Nya lebih dekat dari urat leher.

Alqur’an praktis adalah Alqur’anul Madjid. Sesuatu yang hidup dalam dimensi langit manusia; yang senantiasa berbicara, memberitahu, menggerakkan, mengontrol dan mengawasi. Alqur’an ini sangat sulit disentuh (diakses), kecuali oleh orang-orang yang telah disucikan.

***

Kalau berpedoman kepada Alqur’an teoritis, anda harus membaca dulu baru tau. Anda harus sekolah agama berpuluh tahun, baca ini dan baca itu, baru menjadi islami. Itupun pengetahuan anda yang islami (alias banyak tau). Geraknya belum tentu.

Tapi, jika memiliki “aplikasi” Alqur’an praktis; Dia sendiri yang akan berbicara manakala anda butuh. Dia sendiri yang akan menunjukkan bagaimana anda harus berperilaku, tanpa perlu membuka buku. Makanya, orang tua kita dulu banyak yang “wise” (arif). Bukan karena sekolahnya tinggi. Tapi unsur ilahiah dalam dirinya lebih aktual dari kita. Mereka punya guru spiritual. Ada sanad ruhaniah Rasulullah dalam dirinya. Sehingga sinyal Alquran tetap aktif dalam diri mereka.

Alquran praktis adalah sejenis “googlemap” yang telah Allah install dalam setiap diri. Hanya saja banyak yang sudah mengalami hibernasi, bahkan ada yang total mati. Ketika itu bisa diaktifkan (biasanya ada ahli yang mampu mengaktivasi ini, baca: rasul, imam, walimursyid), Alquran batiniah ini akan menjadi penunjuk arah kemanapun kita melangkah. Otomatis sifatnya, tanpa harus membaca manual. Dia akan terus memberi perintah dan berbicara sepanjang hari. Dengan demikian, mustahil kita tersesat.

Itulah yang disebut “Sunnah”. Sunnah adalah Alquran praktis. Gerak nabi yang selalu dinavigasi oleh googlemap ilahi. Bicara harian Nabi yang selalu didikte oleh unsur Alquran dalam diri. Perintah belok kiri atau kanan dituntun oleh teknologi Alquran yang terpasang di qalbu. Tanpa perlu membaca, perintah ini ada di kitab apa dan halaman berapa.

Jadi, jangan mengira Nabi seorang pembaca. Jangan mengira, beliau sering duduk di balai untuk mensurah Alquran panjang lebar guna mengetahui benar tidaknya sesuatu.

Dia itu ummi. Namun dalam dirinya ada Tuhan yang senantiasa berkata-kata. Ada Tuhan yang selalu mengarahkan, menunjuki, memberitau, membisiki, menegur dan memberi perintah. Dalam dirinya ada Al-Qur’an hakiki. Ada sinyal yang bersifat qadim, unsur ilahiah murni. Cahayanya sangat terang dan hidup sekali.

Karena senantiasa mengikuti unsur suci yang senantiasa membisiki dalam hati (senantiasa mendengarkan Ruh/Jibril yang berbicara), maka Muhammad menjadi maksum. Menjadi Suci. Seluruh gaya hidupnya menjadi hadis, tauladan umat ini. Banyak yang Beliau kerjakan tidak ada teksnya dalam Alquran. Cara tidur, cara mandi, cara ini, cara itu; hampir semuanya tidak ada petunjuk teknisnya dalam Alquran. Tapi yang beliau lakukan dianggap aplikasi dari Alquran. Karena Beliau memang sosok “Alquran praktis”.

***

Kalau kita perhatikan, kehidupan kita sehari-hari pun sifatnya sangat teknis dan taktis. Mustahil harus selalu merujuk ke teks Alquran. Tidak mungkin. Misalnya, jika pagi ini ingin minum segelas sanger; lalu haruskah kita mulai dengan membaca kitab untuk mendapat petunjuk apakah boleh atau tidak minum sanger? Wah! Keburu sore baru dapat ayat, apakah boleh ngopi atau tidak. Itupun kalau ayatnya ada. Kenyataannya, tindakan-tindakan kita lebih sering menggunakan akal dan nafsu, lalu mencari ayat untuk membenarkan itu.

Tetapi, ketika “Alquran praktis” sudah kita download softwarenya; saat berniat untuk minum kopi saja, Tuhan akan berbicara: boleh atau tidak. Allah tau apa yang terbetik di hati kita. Allah juga suka mengomentarinya. Sehingga ia kirim “malaikat” untuk membisiki. Ada Kalam-Nya yang hadir ke jiwa. Ada ‘ayat’ yang Dia turunkan untuk menghalalkan atau mengharamkan sebuah tindakan harian kita. Kalau salah ada alarm. Ada peringatan dari Tuhan.

Itulah bukti Tuhan maha hidup. Maha berkata-kata. Dia akan terus berbicara kepada hambanya sepanjang masa. Itulah “Alquran praktis.” Kalam yang menempati qalbu yang tenang lagi suci. Nur Muhammad yang selalu menemani seorang hamba yang sudah menempuh jalan tazkiyatun nafs, sehingga memungkinkan bagi Tuhan untuk menempatkan Diri-Nya dalam diri seorang hamba.

Penutup

Kami tidak bermaksud menegasikan satu jenis Alquran dengan jenis lainnya. Keduanya adalah alat kelengkapan beragama. Islam menjadi sempurna justru karena ada dua jenis Al-Qur’an ini. Ada Al-Qur’an teoritis, ada Al-Qur’an praktis. Ada kitab tertulis untuk dikaji-kaji, biar otak sedikit berkembang. Ada juga yang versi praktis, yang dititip Allah dalam hati sehingga hidup anda selalu berada dalam gerak ilhami.

Yang terakhir inilah, menurut saya, sangat unik dan dahsyat sekali. Sesuatu yang membuat Muhammad disebut “Alquran berjalan” bukan karena hafalan. Tapi karena ada malaikat yang selalu berbicara dan mengarahkan. Ada sesuatu yang maha hidup yang selalu menuntun. Sehingga Beliau menjadi cerdas meskipun tanpa membaca. Sebab ada Tuhan yang selalu membacakan dan menyibak segala sesuatu kepadanya. Ada Ruhani Alquran yang dibenam ke dadanya, yang selalu hidup dan berbicara. Yang menyambungkan ia dengan Tuhannya.

Ketika elemen “hidup” ini hadir dan aktif dalam diri, anda juga akan menjadi Alquran berjalan. Seluruh gerak dan bicara anda juga akan bernilai sunnah (memiliki nilai karamah). Jadi, sunnah itu bukan (sekedar) meniru bentuk-bentuk lahiriah Nabi di masa lalu. Melainkan hidup di zaman anda atas dasar dorongan Tuhan, yang muraqabah (kehadiran dan pengawasan-Nya) selalu aktual, 24 jam berbicara dengan anda.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.****

💥 powered by SUFIMUDA
___________________
SAID MUNIRUDDIN
The Zawiyah for Spiritual Leadership
YouTube: https://www.youtube.com/c/SaidMuniruddin
Web: saidmuniruddin.com
fb: http://www.facebook.com/saidmuniruddin/
Twitter & IG@saidmuniruddin

Next Post

ETIKA TEOLOGIS: DASAR BAIK-BURUK ATAU BENAR-SALAH SEBUAH TINDAKAN

Sun Nov 28 , 2021
“Jurnal […]

Kajian Lainnya