“IMAN” ARTINYA “BISA”, MELAMPAUI SEKEDAR “PERCAYA”


“Jurnal Pemuda Sufi” | Artikel No. 14 | Maret 2022


IMAN ARTINYA “BISA”, MELAMPAUI SEKEDAR “PERCAYA”
Oleh Said Muniruddin

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. “Iman”, secara setengah hati, diartikan sebagai “percaya”. Kalau sudah percaya, ya sudah, selesai urusan. Itu bentuk keimanan yang impoten. Iman tidak seperti itu.

Iman itu “menggerakkan”. Dalam makna totalitasnya, iman mengarah kepada “mampu”. Bukan sekedar jenis percaya, yang tidak menghasilkan apa-apa. Iman itu bentuk optimisme, keyakinan dan rasa percaya diri; bahwa kita “bisa”.

Bisa apa?

Bisa “menjadi” (becoming/mengarah kepada) objek-objek keimanan itu. Kalau kita percaya kepada Tuhan, maka kita bisa ‘menjadi’ Tuhan. Bukan menjadi Tuhan dalam makna menyaingi Tuhan. Tapi menjadi (wakil) Tuhan. Menjadi orang yang memiliki power ketuhanan. Yang membawa qudrah iradah, mukjizat dan ayat (tanda-tanda) dari Tuhan.

Artinya, Tuhan bukan sekedar dipercaya ada, dan dihafal-hafal sifat 20-nya. Tapi diyakini bisa dijumpai. Bisa diajak bicara. Bisa terintegrasi dalam sistem yang membuat kita terkoneksi dengan-Nya. Kita bisa lebur dalam jaringan gelombang dan energi, dalam matriks Wujud dan kekuasaan-Nya.

Itu jenis iman that works! Para nabi kan semua seperti itu. Terpaut dan tidak berjarak dengan Allah. Harusnya kita menauladani mereka.

Begitu juga kalau kita percaya kepada malaikat. Kita harus ‘menjadi’ malaikat. Apa sih malaikat itu?

Malaikat itu kan “Cahaya Allah”. Nur. Alquran selalu bicara tentang Nur. Alquran itu sendiri adalah Nur. Nur inilah yang harus masuk dalam diri kita. Kalau masuk, jadi malaikat kita semua. Sebab, Allah itu juga “Nur” di atas nur. Ketika Nur ada dalam diri kita, maka kita akan menjadi corong Tuhan. Menjadi kaki tangan Tuhan. Menjadi petugas Tugas. Menjadi sinyal Tuhan. Menjadi pembawa pesan Tuhan. Artinya; gerak dan ucapan kita, dengan adanya Nur, semua akan terjaga kesuciannya. Malaikat kan seperti itu, maksum dia. Suci.

Begitulah seterusnya. Semua objek keimanan itu harus bisa “diperoleh”, bukan sekedar dipercayai “ada”. Percaya kepada Kitab, berarti anda harus mampu menjangkau versi batiniah, yang aslinya. Sebab, itu ada dan tidak bisa disentuh kecuali oleh orang-orang yang telah menempuh jalan kesucian (La yamassahu illal muthahharun, QS. Al-Waqiah: 79).

Kemudian, jika anda percaya kepada nabi dan rasul, anda harus menjadi itu. Jangan sekedar dihapal-hapal yang 25 itu. Tapi, Ruh mereka harus mengalir dalam diri. Ketika itu terjadi, jadi ‘nabi’ kita. Tanpa harus mengaku jadi nabi atau rasul. Jadi orang biasa saja, tapi bersanad, memiliki pertalian warisan Ruhani dengan mereka semua.

Percaya kepada ma’ad atau hari akhir juga begitu. Berarti anda harus mampu menjadi makhluk akhirat. Harus mampu “mematikan diri sebelum betulan mati” (mutu qabla anta mutu). Lalu bangkit kembali sebagai makhluk yang berdimensi masa depan. “Makhluk abadi”. Makhluk yang sudah bersama Allah. Tidak lagi takut mati. Sehingga tinggi nilai kejuangannya.

Begitu seterusnya. Ketika anda percaya kepada berbagai bentuk ontologi yang powerful itu, anda harus berupaya menjadi itu. Berusaha memiliki warisan kekuatan-kekuatan itu. Umat Islam sekarang menjadi lemah dan terombang-ambing seperti buih di lautan, itu bukan karena tidak beriman. Melainkan, makna iman telah terdegradasi dalam sekedar “percaya” bahwa berbagai wujud penting itu ada. Bukan percaya bisa “menjadi” (becoming/berevolusi) dalam semua dimensi itu.

Sekedar “percaya”, itu rukun iman anak-anak. Tapi “bisa”, itu level beragama orang dewasa.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.*****

💥 powered by SUFIMUDA
___________________
SAID MUNIRUDDIN
The Zawiyah for Spiritual Leadership
YouTube: https://www.youtube.com/c/SaidMuniruddin
Web:
 saidmuniruddin.com
fb: http://www.facebook.com/saidmuniruddin/
Twitter & IG@saidmuniruddin

2 thoughts on ““IMAN” ARTINYA “BISA”, MELAMPAUI SEKEDAR “PERCAYA”

  1. Tuan, boleh tak tulis artikel berkenaan dengan Dajjal, Iman Mahdi dan Dabbatul Ardhi. Terima kasih.

  2. Lupa saya, satu lagi artikel tentang Yakjuj dan Makjuj. Terima kasih.

Comments are closed.

Next Post

SEPOTONG SHOLAWAT DALAM SECANGKIR KOPI AREN

Wed Mar 9 , 2022
Ada […]

Kajian Lainnya