MUSABAQAH MUKJIZATIL QURAN

Design Panggung Utama MTQ Aceh XXXV, Bener Meriah 2022 (GUNTOMARA “Islamic Art and Architecture”)

“Jurnal Pemuda Sufi” | Artikel No. 37 | Juni 2022


MUSABAQAH MUKJIZATIL QURAN
Oleh Said Muniruddin

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Secara teoritis kita percaya, Alquran itu mukjizat. Secara empiris, itu sesekali harus dibuktikan.

Mukjizat itu apa?

Mukjizat adalah “kejadian luar biasa”. Hal di luar nalar manusia. Sesuatu yang adi kodrati. Supranatural. Semua itu dianggap sebagai “the direct act of God”. Sebab, manusia biasa tak punya kemampuan tersebut. Sains sekalipun mungkin tidak bisa melakukannya. Kalaupun bisa, mungkin tidak secepat atau se-instan itu.

Jika Alquran itu adalah “Tuhan”, atau representasi dari ke-qadiman Tuhan, maka ia pasti berpower. Punya kekuatan yang disalurkan secara langsung dari sisi Tuhan. Seorang Nabi misalnya, mampu menghadirkan kejadian-kejadian mistik di luar adat kebiasaan, itu karena diri mereka adalah “Ruh Allah”, Alquran yang hidup dan berjalan. Kata-kata mereka adalah Kalam Allah. “Kun, fayakun!” (QS. Yasin: 82). “Kun”, kata Allah. “Fayakun”, kata Muhammad. Ketika qalbu seseorang sudah menyatu dengan gelombang ketuhanan, mudah bagi lisan untuk mendemonstrasikan Kebenaran.

Suatu ketika, Muhammad SAW pernah mengajak sekelompok orang untuk bermubahalah. Bermusabaqah, untuk membuktikan siapa yang membawa bukti-bukti kebenaran dari Tuhan (QS. Aali Imran: 61). Musa juga begitu. Menguji tanding sekelompok ahli mistik Fir’aun untuk membuktikan siapa yang membawa bukti dan kebenaran ayat dari Tuhan. Semua nabi melakukan uji kebenaran dalam bentuk dan cara yang beragam. Sehingga yang jahat dan ragu dengan Alkitab dapat dipatahkan.

Mukjizat adalah pembuktian, bahwa ada “Kalam” (Tuhan) bersama seseorang. Kalam adalah ucapan, yang mengandung vibrasi (Ruh) ketuhanan. Sehingga melahirkan keajaiban. Inilah yang disebut Alquran (bacaan); kalam atau ucapan, yang ketika itu disimulasikan, sesuatu yang besar akan terjadi.

Pertanyaannya; apakah bacaan, goresan dan tindakan (sunnah/kalam) kita sudah memiliki mukjizat?

Isa as; kekuatan kalamnya mampu menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang sakit dan buta. Musa as; kekuatan kalamnya mampu mengalahkan tukang sihir, dan tongkatnya memiliki energi dan cahaya yang mampu membelah lautan. Ibrahim as, kekuatan kalamnya mampu mendinginkan api, menghidupkan burung yang telah dicincang mati. Semua nabi begitu. Juga Muhammad. Banyak sekali mukjizat atau kekeramatan yang mereka tunjukkan. Saban hari itu terjadi. Tapi sedikit yang tertulis dan diceritakan.

Apakah kalam kita juga begitu? Apakah level bacaan Quran kita sudah bertenaga?

Jika iya, itulah mukjizat. Jika belum, maka kemungkinan besar kalam dan bacaan kita sudah tereduksi dari bentuk “asli”-nya. Sehingga tidak lagi membawa mukjizat.

Kalam itu bertingkat. Pada tingkatan tertinggi, Kalam adalah gerak ketuhanan itu sendiri. Alias Tuhan yang berkata-kata, yang corongnya adalah lisan manusia. “Wa maa yanthiqu anil hawaa, in huwa illaa wahyuy yuuhaa” (QS. An-Najm: 3-4). Pada level ini, Kalam adalah mukjizat. Tuhan yang berbicara secara “langsung” melalui para nabi-Nya. Pada kondisi ini, Islam itu tinggi. Karena apa yang terjadi merupakan tajalli, penampakan langsung, wahyu dari alam ketuhanan yang maha tinggi.

Pada level selanjutnya, itu bukan Tuhan lagi yang berbicara. Tapi kita. Allah-nya sudah tiada. Yang ada hanya kita. Semua bacaan lahir dari ego kita sendiri, bukan dari alam gaib lagi. Sehingga, mukjizatnya sudah tidak ada. Pada tingkatan ini, Quran sudah menjadi “buku”, yang tidak lagi menyatu dengan jiwa pemiliknya. Quran sudah menjadi sebuah dokumen, bahan bacaan semata. Pada tingkatan terakhir ini, Quran telah menjadi “alat peraga”. Pembacaan ayat-ayatnya sudah menjadi sebuah seni pertunjukan, eksibisi, atau yang kemudian diformalkan menjadi MTQ.

Pada level ini; Quran telah berubah, dari “mukjizat” menjadi “penampilan seni”. Memang Quran itu sendiri secara “kitabi” (teks) punya susunan yang bagus, syair yang indah, cerita yang mengagumkan, serta kandungan pengetahuan yang tinggi. Tapi ya sebatas itu. Quran sudah menjadi buku informasi, yang tentu dapat terus menerus digali makna beserta isi. Quran sudah menjadi alat pendewasaan akal semata.

Sementara, yang aslinya, Quran adalah sebuah mukjizat, basis kecerdasan dan kekuatan ruhani. Quran yang asli adalah qudrah dan iradah Tuhan yang mengalir dalam jiwa manusia. Quran adalah Kalam, Kalimah, Tuhan yang bersemayam dalam diri anda.

Maka, ijtihad untuk “kembali ke Quran dan Sunnah”, itu sejatinya adalah gerak untuk mengembalikan Quran dari sekedar “atraksi seni” yang penuh fasahah, tajwid dan kaidah; ke dimensi Quran yang “mukjizati”. Yang melampaui huruf dan suara. Dari unsur-unsur “tilawah” ke dimensi “karamah”. Dari metode membaca di alam manusia, kepada teknik (tariq) bacaan di alam ketuhanan. Dari unsur-unsur riya‘ (show off) ke dimensi ikhlas (kebatinan). Dengan demikian, Quran bisa kembali naik grade dari unsur “kitabi” ke “anfusi”. Dari sesuatu yang tertulis di kertas, kepada sesuatu yang mengalir dalam jiwa.

MTQ Aceh XXXIV akan berlangsung di Bener Meriah, pada 18-25 Juni 2022. Semoga kita semua diberi petunjuk, agar Quran yang penuh nilai seni juga menyatu dalam darah para penganutnya. Sebab; jumlah pembaca, penghafal, penulis, penafsir, pensyarah dan pengkaji Quran sudah terlalu banyak. Pembawa mukjizatnya yang sudah tidak ada.

Mungkin akan tiba suatu saat, ada sebuah MTQ, yang bacaan qari dari mimbar tilawahnya akan mampu menyembuhkan penyakit dari semua orang yang hadir mendengarnya. Akan ada sebuah MTQ, dimana tulisan para kaligrafernya akan mampu memperbaiki akhlak setiap orang yang melihat dan menyentuh karyanya. Mungkin akan ada suatu waktu, ketika haflah Quran disetiap seremoni pemerintahan akan mampu menggerakkan jiwa raga para pejabatnya; untuk membawa rakyat Aceh menyeberangi lautan kemiskinan, menuju tanah yang dijanjikan. Menuju negeri baru yang makmur dan penuh keberkahan. Jika itu terjadi, maka MTQ dan bacaan Quran kita sudah memiliki mukjizat.

Entahlah. Kita mulai saja dengan selebrasi seni. Semoga akan sampai kepada unsur-unsur mukjizati. Semoga Allah memberkahi acara kita!

LIHAT JUGA: PEMBACAAN “MUNAJAT QURANI” OLEH SAID MUNIRUDDIN PADA MTQ ACEH XXXIV DI PIDIE 2019

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.*****

💥 powered by SUFIMUDA
___________________
SAID MUNIRUDDIN
The Zawiyah for Spiritual Leadership
YouTube: https://www.youtube.com/c/SaidMuniruddin
Web:
 saidmuniruddin.com
fb: http://www.facebook.com/saidmuniruddin/
Twitter & IG@saidmuniruddin

Next Post

AGAMA DAN PRIVACY MAZHAB

Tue Jun 7 , 2022
AGAMA […]

Kajian Lainnya