TUHAN, ANTARA ADA DAN TIADA

“Jurnal Pemuda Sufi” | Artikel No. 47 | Juli 2022

TUHAN, ANTARA ADA DAN TIADA
Oleh Said Muniruddin

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Apakah Tuhan itu ada? Ateis mengatakan tidak ada. Karena memang tidak pernah ditemukan dimana dan seperti apa. Kaum beriman pun sebenarnya begitu. Tidak pernah berjumpa Tuhan. Pun tidak tau Dia seperti apa. Tapi dipaksa untuk percaya.

Sementara, tidak ada (atau hampir tidak ada orang) yang punya kesadaran untuk pergi berjumpa Tuhan. Atau mungkin tidak tau jalan apa yang harus ditempuh untuk menjumpainya. Kalau nabi memang benar berjumpa Tuhan, dalam artian sebagai sekelompok schoolars yang benar-benar secara aktual dan konfirmatif mengetahui bahwa Tuhan itu ada (karena pernah diajak berbicara, pernah menerima wahyu atau bahkan bisa berjumpa langsung dengan-Nya); maka harusnya para intelektual sekarang mencari tau cara atau metode apa yang ditempuh nabi sehingga bisa berjumpa dengan Tuhan kita.

Sebab, dalam tradisi intelektual, mewarisi metode yang sama pasti akan membuat kita mampu memecahkan persoalan yang sama. Kecuali tidak ada lagi dari kita yang mewarisi metodologi keilmuan nabi, sehingga tidak lagi memiliki kecerdasan metodologis untuk mengakses Tuhan.

Sebab, puncak pemahaman akan kebenaran dan keburukan; itu memang diperoleh saat terhubung dengan Tuhan. Kalau sudah konek dengan Tuhan, apalagi kalau kesadaran ruhaniah kita mampu online dengan Dia selama 24 jam, selama itu pula Dia akan memberi petunjuk kepada kita. Bahkan dalam mimpi sekalipun.

“Terhubung” dengan Tuhan, bahasa lainnya adalah “kesurupan” Tuhan. Bahasa kesurupan/kerasukan mungkin terlalu kasar. Karena biasanya, kalau kesurupan, yang hadir adalah jin/setan. Kalau jin/setan aja bisa hadir dalam diri anda, mengapa Tuhan tidak bisa. Semua entitas Ruhani bisa hadir ke jiwa manusia. Kita pada hakikatnya adalah makhluk spiritual.

Sekarang bayangkan begini. Ada sebuah mobil yang kesurupan GPS. Apa yang terjadi? Kemanapun mobil bergerak, akan ada yang meng-guide. Ada suara yang memberitau berapa jarak ke tujuan. Kapan belok kanan dan belok kiri akan disampaikan. Sangat akurat. Karena terhubung dengan satelit yang di atas sana.

Begitulah kalau kita memiliki ilmu “kehadiran”, ketika GPS spiritual bisa diaktifkan. Dia akan terus bersuara, mengarahkan kita ke jalan yang benar. Mustahil sesat. Begitulah cara kerja Tuhan, yang hadir dalam jiwa manusia dalam bentuk sinyal-sinyal malakut (kesadaran ilahiah) yang terus berbicara. Terus menyampaikan ilham atau berita (wahyu). Sehingga mustahil kita salah, tersesat atau berdosa. Bisa-bisa jadi maksum anda. Bahkan anda sendiri akan menjadi malaikat, manakala punya bentuk kesadaran supra-ruhaniah.

Selama ini, kita juga punya kesadaran. Yaitu sesuatu yang terus berbicara kepada kita. Bisa jadi itu adalah kesadaran akal kita. Ataupun kesadaran nafsu/setan kita. Kedua mereka selalu memberi info tentang benar dan salah sesuatu. Namun, karena mereka bukan Tuhan, tentu kebenarannya menjadi “relatif”. Sesuatu yang relatif akan bernilai skeptis. Bisa ya, bisa tidak. Sementara Tuhan, itu absolut benarnya. Tidak abu-abu. Artinya, kalau Tuhan yang berbicara dalam kesadaran anda, itu benarnya mutlak. Walau seluruh dunia mengatakan anda salah.

Masalahnya, bagaimana tau, bahwa itu suara Tuhan; bukan suara akal ataupun setan? Bagaimana para nabi tau, jika yang sedang berbicara kepada mereka itu benar Tuhan, atau para utusan (malaikat Tuhan)? Ilmu dan ritual Irfan, adalah metodologi mengenal Tuhan, dan perbedaannya dengan (suara) setan. Makrifat itu, mengenal Allah. Jangan sampai keliru dengan elemen lain yang mengaku sebagai Allah. Termasuk akal dan nafsu kita.

Jadi, penting untuk sampai kepada kebenaran mutlak (makrifat). Artinya, penting untuk ber-Tuhan secara absolut. Penting ada Tuhan yang berbicara kepada anda, sebagai pelurus akal dan nafsu/setan yang saban hari membisiki anda. Bayangkan, sudah puluhan tahun akal dan nafsu berbicara kepada anda. Entah sudah seberapa jauh kita tersesat dalam perasaan merasa benar.

Akal memang sangat berguna, in the absence of God. Tapi, di depan Tuhan, akan harus tunduk. Dengarkan kata Tuhan. Apapun kata Tuhan, walau bertentangan dengan (persepsi) akal, anda harus ikut.

Agama Islam hari ini, walau semua mengaku ber-Tuhan, itu akal semua yang berbicara. Sebagian besar gerakan agama malah lahir dari nafsu agamawannya, setelah menggoreng ayat dan hadis. Ayat dan hadis, itu bukan Tuhan. Itu teks dari Rasul/Tuhan yang masih butuh tafsiran dan pemahaman untuk konteks pelaksanaannya. Ujungnya butuh bisikan akal lagi, yang dibayangi nafsu, untuk memutuskan. Kenapa ketika berhadapan dengan sesuatu, anda tidak langsung bersandar kepada apa yang dibisiki/dikatakan Tuhan, kalau anda benar memiliki Tuhan?

Itulah masalahnya, Tuhan antara ada dan tiada. Dibilang tidak ada, bisa ateis kita. Dibilang rusak akidah kita. Dibilang ada, tak pernah pun kita bisa berbicara dengan-Nya. Umat Islam memang sedang kehilangan Tuhan. Tidak hanya Islam, semua agama begitu. Tuhannya ada. Tapi tersembunyi entah dimana. Atau mungkin kita tidak tau cara menjumpai-Nya?

Maka benar, kalau ada yang mengatakan: “kejahatan di dunia ini terjadi karena tidak adanya Tuhan”. Tuhan memang tidak hadir pada kesadaran para pelakunya. Ketika Tuhan tidak mampu dihadirkan, maka ada sesuatu yang lain yang akan hadir. Yaitu selain Tuhan. Setan!

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.*****

💥 powered by SUFIMUDA
___________________
SAID MUNIRUDDIN
The Zawiyah for Spiritual Leadership
YouTube: https://www.youtube.com/c/SaidMuniruddin
Web:
 saidmuniruddin.com
fb: http://www.facebook.com/saidmuniruddin/
Twitter & IG@saidmuniruddin

One thought on “TUHAN, ANTARA ADA DAN TIADA

  1. God is the source of both good and evil?
    The answer is that “‘God” all good in itself.
    ”Tuhan” itu adalah segala kebaikan yg ada pada ”Dirinya”

    Jika Dia adalah segala kebaikan sudah tentu Dia tidak pernah mengenal kebrukan maka keburukan pun tidak pernah melekat padanya.
    Bagaimana mungkin Dia melarang berbuat keburukan padahal keburukan itu tidak pernah Dia kenalpun!
    Jadi yg melarang berbuat buruk itu siapa? sudah tentu syeitan yg ada pada dirinya karena dia mengenal keburukannya.jika dia melarang berbuat buruk jangan menyangka dia berbuat baik! itulah syeitan.

Comments are closed.

Next Post

MENUNGGU HADIR-MU DI WARUNG KOPI

Tue Jul 12 , 2022
Banda […]

Kajian Lainnya