WHAT IS INSIDE, IS OUTSIDE


“Jurnal Suficademic” | Artikel No. 57 | Agustus 2022


WHAT IS INSIDE, IS OUTSIDE
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

“Ketua!!”, seru bang Safwan (atau biasa dipanggil Tgk. Di Lhoknga). “Iya!!”, jawab Ketua. Resiko dipanggil “ketua” sebenarnya berat juga. Karena, setiap dipanggil “ketua”, bisa robek 50 ribu kita. Seseorang yang sudah disebut “ketua” punya tanggungjawab membayar ngopi mereka-mereka yang telah terlebih dahulu memposisikan diri sebagai anggota.

Bukan itu intinya. Ceritanya begini.

“Ketua, semalam saya ada melihat babi”, Tgk. Di Lhoknga meneruskan. Kebetulan semalam kami ada disuatu tempat; berjaga malam, duduk dan juga tidur disana sampai pagi.

“Oya!??”, Jawab Ketua. “Iya Ketua”, balas Tgk. Di Lhoknga. Rupanya cerita babi. Dunia sudah masuk era industri 4.0, Tgk. Di Lhoknga masih cerita babi.

Lalu Ketua mulai menerangkan.

“Begini Teungku. Manusia itu makhluk makro, sekaligus mikro. Apa yang kita lihat, itu sebenarnya adalah apa yang ada dalam diri kita. Dunia ini adalah gambaran diri kita. Kalau banyak melihat yang buruk, itu sebenarnya ada yang buruk dalam diri kita. Kalau banyak menemukan hal baik, sebenarnya banyak hal baik dalam diri kita. Kalau diri kita berhantu, maka di luar sana akan selalu nampak hantu. Kalau dalam diri kita ada Tuhan, maka Dia akan bertajalli dalam berbagai realitas eksternal. Wujud mitsal kita akan selalu tercetak dalam forma-forma material. Termasuk kondisi sosial sebuah kaum; seperti maraknya judi, miras dan narkotika- adalah juga cerminan dari kecenderungan jiwa para aparat dan penguasanya. Artinya; apa yang sirr, itulah yang akan men-jahar. Mirip dengan nonton film di bioskop. Semua yang terlihat di layar, itu sebenarnya hanya pancaran dari apa yang telah ada, dari mesin di dalamnya. Nah, kalau Teungku yang hidup di tengah kota masih sering melihat babi, itu tandanya apa? Jangan-jangan, masih ada makhluk itu dalam diri kita. Ingat Teungku: what is inside, is outside“, begitu Ketua menjelaskan (memang aneh juga, kok masih ada babi di tengah kota Banda Aceh).

Teungku Di Lhoknga tertegun, sekaligus tertawa.

Sebenarnya, si Ketua agak malas mendengar cerita Tgk. Di Lhoknga. Masak pagi-pagi buta, baru bangun tidur, langsung disodori cerita babi. Kenapa gak diceritain mimpi ketemu bidadari, mimpi liburan ke Hawai bareng Syahrini, atau apa kek yang enak-enak.

Saudara-saudara sekalian. Kalau di akhir cerita anda melihat Tgk. Di Lhoknga sebagai sosok ceria, sebagaimana foto senyum dua jarinya dihadapan blukat (ketan) kelapa, berarti itu gambaran bahwa anda juga sosok bahagia. Tapi, kalau anda masih teringat cerita babi sebelumnya; jangan-jangan, oh jangan-jangan, masih ada barang itu dalam diri kita.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.*****

💥 powered by SUFIMUDA
___________________
SAID MUNIRUDDIN
The Suficademic
YouTube: https://www.youtube.com/c/SaidMuniruddin
Web:
 saidmuniruddin.com
fb: http://www.facebook.com/saidmuniruddin/
Twitter & IG@saidmuniruddin

Next Post

RE-ORIENTASI SYARIAT: DARI AKIDAH KE BISNIS

Sun Aug 14 , 2022
“Jurnal […]

Kajian Lainnya