“RELIGIOUS EVIL”: HATI-HATI BERAGAMA, JADI IBLIS KITA

Jurnal Suficademic” | Artikel No. 76 | September 2022

“RELIGIOUS EVIL”: HATI-HATI BERAGAMA, JADI IBLIS KITA
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Seringkali kita mengucapkan takbir. Dalam sholat, maupun di luar itu. “Allahu Akbar” artinya hanya Allah yang Kabir. Hanya Allah yang boleh Takabur. Hanya Allah yang Maha Besar.

Sebagai konsekwensi, kita semua wajib kecil dan rendah. Rendah ego. Rendah hati. Tidak dhalim. Tidak arogan. Begitu takbir terucapkan, sejatinya, semua kita larut dalam dimensi ketuhanan. Hilang kedirian. Hilang nafsu dan segala persepsi. Walau terkadang, takbir yang kita ucapkan justru melahirkan wajah-wajah arogan. Ini jenis takbir yang melahirkan iblis dan setan. Iblis paling menguasai kalimah-kalimah suci. Tapi tidak mampu mensucikan dirinya. Jika kita merasa paling hebat dengan segala pengetahuan yang kita miliki; secara otomatis kita menjadi iblis.

Alih-alih menjadi arif, beragama justru dapat membuat seseorang menjadi iblis. Dalam kesejarahannya, iblis itu seorang alim besar. Sosok paling beragama. Seringkali karena agama, kita merasa paling tau dan paling dekat dengan Tuhan. Melalui peci dan jubah kita merasa terhormat dalam beragama. Merasa terpuji dengan panggilan almukarram ataupun ustadz. Merasa kharismatik dengan jumlah murid. Merasa nyunnah dengan jenggot. Merasa paling murni tauhidnya. Merasa satu-satunya mazhab yang tercatat di surga. Merasa paling mulia garis keturunan. Dan sebagainya.

Merasa “besar” gara-gara taat beragama, bisa membuat seseorang langsung jadi iblis. Ketika merasa besar dan paling benar; akan muncul mental bahwa kita lebih baik dan lebih mulia. Agama dengan segala keyakinan dan amalannya, bisa membuat kita merasa lebih superior. Itu iblis.

Iblis adalah makhluk yang menjadi sombong akibat beragama. Segala amal ibadah, ras, mazhab dan fikih; membuat kita sombong. Merasa paling alim. Paling tau hitam putih hukum. Paling punya otoritas halal haram. Paling surgawi. Paling makrifat. Paling Islami. Lalu menganggap lain rendah, sesat dan salah.

Dikisahkan, di zaman Musa as hidup seorang ahli ibadah. Siangnya ia gunakan untuk berpuasa, malamnya untuk sholat. Suatu ketika ia bertemu Musa yang sedang dalam perjalanan hendak bertemu Tuhan. Ia menitipkan pertanyaan, kira-kira di akhirat nanti Tuhan akan menempatkan dimana dirinya, dengan segala amal ibadah yang telah ia kerjakan.

Ketika Musa kembali, ia memberi tahukan, bahwa Tuhan akan menempatkannya di surga tertinggi. Dengan raut muka percaya diri, si abid ini berkata, “Sudah kuduga, tidak mungkin orang rajin ibadah seperti aku ditempatkan di neraka“. Tiba-tiba, takdir langit berubah. Kesombongan batin yang masih ia miliki, pada akhirnya membuatnya kufur dan terlempar ke neraka.

Hati-hati beragama. Bisa jadi iblis kita. Carilah agama yang membuat anda semakin “kecil” dan pasrah dihadapan Tuhan anda. Carilah ajaran yang mendidik anda semakin arif dan rendah hati dengan sesama. Carilah Agama yang melahirkan sikap toleran dan cinta.

Tidak hanya agama. Semua sentuhan dunia bisa membuat kita jadi iblis. Termasuk kepemilikan atas harta, ilmu dan jabatan. Semuanya berpotensi membuat kita jadi besar dan angkuh. Suka merendahkan. Merasa paling hebat. Paling senior. Arogan. Riya. Takabur. Keras kepala.

Terkadang, sifat arogan ini muncul dalam wujud paling halus. Dalam gaya merendah. Ucapannya selalu “wallahu ‘alam bish-shawab“. Padahal ingin menunjukkan bahwa ia paling tau, sekaligus memaksakan semua ide dan kebenarannya. Itu bentuk sombong berbalut kesucian. Iblis itu. “Halus” barangnya. Licin tipuannya. Saya yakin, itu masih ada dalam diri kita semua. Sampai kita menemukan agama yang benar.

Karena itu, carilah jenis Islam (atau metodologi berislam) yang dapat membuat anda menjadi malaikat. Menjadi makhluk yang senantiasa merendah dan menunduk. Jika tidak, kita akan menjadi iblis.

وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ

(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis. Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir” QS. Al-Baqarah: 34

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.*****

💥powered by SUFIMUDA
___________________
SAID MUNIRUDDIN
The Suficademic
YouTube: 
https://www.youtube.com/c/SaidMuniruddin
Web:
 saidmuniruddin.com
fb: http://www.facebook.com/saidmuniruddin/
Twitter & IG@saidmuniruddin

Next Post

EMPAT RAKAAT

Tue Sep 20 , 2022
EMPAT […]

Kajian Lainnya