SPIRITUAL SAFETY SENSE

“Jurnal Suficademic” | Artikel No. 91 | Oktober 2022

SPIRITUAL SAFETY SENSE
Oleh Said Muniruddin │ The Suficademic

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Sekarang ada jenis kendaraan yang menggunakan fitur “safety sense”. Teknologi canggih ini memungkinkan sebuah kendaraan untuk mendeteksi keadaan lingkungan dan potensi bahaya secara akurat. Sehingga, keselamatan penumpang lebih terjamin.

Pada inovasi produk MPV terbaru, Veloz Q TSS misalnya, Toyota menempatkan teknologi kamera serta sensor lasernya di berbagai bagian badan kendaraan. Teknologi ini berfungsi untuk empat hal: Pre-Collision System, Lane Departure Alert, Automatic High-beam, dan Road Sign Assist.

Dalam fungsinya sebagai Pre-Collision System, kamera serta sensor laser mampu mendeteksi jika ada kendaraan lain yang menerobos/menyelip, atau ada penyeberang yang lewat secara tiba-tiba. Sehingga ada alert yang muncul untuk mengingatkan agar tidak terjadinya tubrukan. Artinya, seorang pengemudi akan memperoleh “peringatan dini” ketika ada potensi bahaya.

Sebagai Lane Departure Alert, kamera serta sensor laser mampu memindai garis marka jalan. Pengemudi diberi peringatan bila tidak sengaja keluar dari jalur. Artinya, saat berada di jalan, kita diharapkan tetap berada di jalan yang “lurus”, tidak berpindah jalur secara sembrono. Sebab, itu bisa dideteksi sebagai mengantuk sehingga cepat-cepat diperingatkan. Kecuali kita terlebih dahulu menghidupkan lampu sein.

Sebagai Automatic High-Beam, kamera serta sensor laser juga bisa bekerja pada malam hari. Potensi bahaya mengemudi malam hari lebih besar dibandingkan siang. Bila lingkungan di depan minim cahaya, sistem secara otomatis mengubah pencahayaan dari low beam (lampu dekat) ke high beam (lampu jauh). Sehingga visibilitas pengemudi tetap terjaga dan mengantisipasi adanya mobil dari arah berlawanan. Fitur ini juga mampu memindai kendaraan dari arah berlawanan. Jika mobil kita sedang menggunakan high-beam (tentu silau bagi pengendara yang datang dari arah depan), maka sensor akan otomatis berpindah ke low beam. Sehingga mobil lain tetap bisa berkendara lebih aman tidak khawatir silau dari cahaya mobil kita.

Terakhir, dalam fungsinya sebagai Road Sign Assist, fitur sensor ini juga bisa membaca rambu lalu lintas. Lalu menampilkan rambu tertentu tersebut pada layar MID di panel instrumen. Sehingga, bila pengemudi tidak melihat, fitur ini memberi peringatan akan adanya larangan atau batas kecepatan di jalan. Diharapkan fitur ini bisa membuat pengemudi lebih patuh terhadap rambu lalu lintas selama perjalanan.

***

Melalui penambahan fitur camera dan sensor ini, sebuah kendaraan akan memiliki “kecerdasan iluminatif”. Mobil jenis ini akan mampu melihat sesuatu yang tidak terlihat oleh mobil biasa lainnya. Mobil-mobil seperti ini tentu menjadi kasyaf dan sensitif terhadap segala sesuatu. Ia mampu menangkap informasi-informasi “rahasia/tersembunyi” yang dibutuhkan seorang pengendara sepanjang perjalanan. Tujuan spiritual censor system ini tentu untuk menyajikan data yang sifatnya “real-time” tanpa delay, sebagai petunjuk untuk keselamatan dalam perjalanan.

Tipe kendaraan seperti ini sudah masuk kategori khusus, istimewa dan mahal (khawasul khawash). Karena sudah beroperasi secara “automatic”. Tidak lagi manual. Dalam artian, kalau berkendara di jalan, anda tidak perlu lagi membuka buku-buku manual untuk mengetahui sesuatu. Sebab, sekujur kendaraan sudah “berbicara” sendiri. Sambil melaju di jalan, selama sensornya hidup, mobil ini akan secara terus-menerus menginformasikan kepada anda info “baik-buruk” sesuatu. Dalam bahasa agama, mobil ini ada unsur “malaikat”-nya, yang senantiasa membisiki. Ada bunyi gemerincing “lonceng” (alarm) sepanjang jalan. Sehingga, anda terus di guide untuk berada di jalan yang benar, dijauhkan dari marabahaya.

Teknologi sensor seperti ini tentu sangat penting. Sebab, manusia tidak sepenuhnya aware akan apa yang ada disekelilingnya. Sehingga ada “mata” lain yang selalu mengawasi dan memberitahukan kita apa yang patut kita ketahui selama perjalanan.

***

Spiritual Safety Sense (Muraqabah)

Itu dunia otomotif. Seperti itu pula mekanisme kerja alam spiritual manusia dengan berbagai kecanggihan fitur “Spiritual Safety Sense”-nya.

Manusia adalah kendaraan yang sedang melaju di jalanan dunia. Gelap sekali. Tanpa “cahaya” dalam dada (spiritual censor system) kita tidak seluruhnya tau apa yang ada di depan. Kita tidak sepenuhnya sadar terhadap apa yang melintas. Kita tidak punya alat untuk mendeteksi jin dan setan, yang merupakan musuh utama kita, yang sepanjang waktu muncul menghadang; dari muka, belakang, kanan, kiri, atas atau bawah. Kemudian, pasti aku (iblis) akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka… (QS. Al-Araf: 17).

Tanpa camera dan censor system, kita menjadi awam (bodoh) dan pasti akan melabrak semuanya. Intelektual kita tidak selalu sanggup memahami sesuatu secara real-time. Kesadaran kita sangat terbatas. Kecuali ada perangkat lain yang “maha hidup” dalam diri kita, yang senantiasa memberi warning tentang “benar-salah” sesuatu, secara tepat waktu (timelinesss). Itulah wahyu (ilham/informasi yang sifatnya langsung) dalam wujud censor system yang hadir secara aktual dan kontekstual (real-time). Yang dengan teknologi spiritual seperti inilah para nabi selalu dalam keadaan selamat imannya dan “terjaga” (maksum/suci). Demikian juga dengan para wali-Nya.

Sebagian besar manusia masih hidup dengan perangkat manual. Masih banyak yang membaca manual kitab untuk mengetahui sesuatu. Tidak salah juga. Pada level ini, kebenaran masih pada level text-book. Sedangkan yang lain sudah “ummi”. Sudah meninggalkan bacaan, lalu hidup dengan perangkat-perangkat sensor otomatis. Bahaya atau tidak bahaya, halal atau haram sesuatu, bagi yang sudah hidup dengan fitur spiritual censoric system, itu tidak lagi berdasarkan definisi kitab dan hafalan otak. Kebenaran tidak lagi menurut referensi teks, argumentasi dan persepsi akal. Dia sudah tidak lagi sibuk berfikir. Melainkan ada “otak” lain yang berfikir untuknya. Dia akan “diberitahu” secara langsung (laduniah) lewat sistem spiritualnya. Dalam dirinya ada “camera dan censor” (mata dan sinyal ruhaniah) yang sifatnya sangat batiniah. Tidak terlihat memang. Tapi hidup dan bekerja sepanjang waktu.

System censor ini merupakan “wasilah”, media penangkap/pembawa sinyal atau gelombang-gelombang Ilahiyah. Atau juga disebut sebagai “malaikat-malaikat” penjaga dengan “mata” (kamera) yang selalu mengawasi, mendampingi, membisiki, dan mengarahkan. “Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah… (QS. Ar-Ra’d: 11). Terkadang, sinyal-sinyal sensorik malakut ini akan ditampilkan pada “layar mental” (dashboard qalbu) dalam bentuk image dan visual yang nyata. Sebagian lain mungkin hanya berupa gemerincing “lonceng” (alarm) yang memiliki makna, pesan dan petunjuk tertentu.

Spiritual Safety Sense (Muraqabah) merupakan perangkat teknologi spiritual, yang sebenarnya sudah melekat pada wadah fisik setiap manusia. (Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung anak cucu Adam, keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksiannya terhadap diri mereka sendiri (seraya berfirman),“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab,“Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi”… (QS. Al-Araf: 172). Melalui perangkat ini memungkinkan anda untuk merasakan dan mendeteksi kehadiran Tuhan yang “laitsa kamislihi syaiun” itu. Diperangkat qalbu inilah Dia yang sebenarnya tidak terjangkau dengan perangkat standar fisik manusia; kemudian menjadi terlihat, hadir dan bertajalli. Dapat diajak berkomunikasi.

Namun, perangkat sensorik ruhaniah ini harus terlebih dahulu diaktivasi melalui serangkaian proses “spiritual manufacturing” (mujahadah suluk) di bawah kontrol/bimbingan seorang “operator ruh” (jibril/walimursyid). Baru setelah itu anda punya kekuatan “musyahadah” (muraqabah). Punya mata baru untuk melihat atau menyaksikaan sesuatu yang sebelumnya tidak terlihat. Kemampuan merasakan kehadiran Allah. Kemampuan melihat Allah. Itulah yang dialami Musa, Isa, Muhammad dan semua nabi. Mungkin kita juga harus mengikuti langkah mereka, agar sensor spiritual kita aktif kembali. Agar kita menjadi jenis ‘kendaraan’ moderen dan high-tech.

Saya curiga, Islam akan menjadi agama terkebelakang, kalau spiritual kita tidak di up-grade ke kelas nabi. Tidak untuk menjadi nabi. Tapi untuk menauladani bentuk dan kecanggihan spiritual mereka.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

#powered by SUFIMUDA
___________________
SAID MUNIRUDDIN
RECTOR | The Suficademic
YouTube: 
https://www.youtube.com/c/SaidMuniruddin
Web:
 saidmuniruddin.com
fb: http://www.facebook.com/saidmuniruddin/
Twitter & IG@saidmuniruddin

Next Post

Rapat Perdana KAHMI Aceh, Koordinator Presidium dan Sekjen Terpilih

Mon Oct 31 , 2022
BANDA […]

Kajian Lainnya