ZIARAH KE KOTA SUCI, SAUDI YANG MENANG MELAWAN ARGENTINA, DAN BANJIR BESAR DI JEDDAH (BAGIAN 4)

“Jurnal Suficademic” | Artikel No. 96 | Desember 2022

ZIARAH KE KOTA SUCI, SAUDI YANG MENANG MELAWAN ARGENTINA, DAN BANJIR BESAR DI JEDDAH (BAGIAN 4)
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

***

Bagian 1: “Perjalanan Mencari Berlian”
Bagian 2: “Islam, Wahyu untuk Orang Ganteng”
Bagian 3: “Umrah, Petualangan Penuh Ujian”
Bagian 4: “Di Madinah Al-Munawwarah, Empat Hari Bersama Nabi”
Bagian 5: “Ada Ibrahim, Hajar dan Ismail dalam Putaran Tawaf dan Sa’i Kami”
Bagian 6: “Makkah dan Madinah, di Fase Mana Anda Berada?”
Bagian 7: “Mencari Tuhan di Baitul Kakbah, Ketemunya di Rumah”

***

BAGIAN 4: “DI MADINAH AL-MUNAWWARAH, 4 HARI BERSAMA NABI”

Kami mengambil wisata spiritual yang berlangsung 12 hari, 19 November s.d 01 Desember 2022. Empat hari pertama dihabiskan di Madinah. Enam hari lagi di Makkah. Sisa dua hari dihabiskan untuk perjalanan pergi dan pulang.

Dua belas hari, itu waktu yang singkat. Juga sangat lama. Tergantung agenda. Umrah sendiri terdiri dari 4 rukun. Dimulai dengan miqat (start) di Bir Ali Madinah menuju Makkah. Lalu di Mekkah dilanjutkan dengan Tawaf, Sa’i dan diakhiri Tahalul (potong rambut). Jarak Madinah-Mekkah hanya 6 jam. Jadi, semua prosesi ihram bisa diselesaikan dalam 1 hari. Sementara sisa hari lainnya diberi kebebasan berziarah dan menambah amalan iktiqaf/ibadah di masjid, baik di Madinah ataupun di Makkah. Atau dapat juga mengambil ihram lanjutan sebagai badal/hadiah untuk orang tua dsb.

Selama di Madinah, pekerjaan utama jamaah adalah solat lima waktu di Masjid Nabawi. Selebihnya rutin berziarah ke makam Rasulullah yang berada di bagian kiblat masjid. Ziarah dapat dilakukan setiap hari. Masjid 9 menara dengan 232 tiang ini memiliki 41 pintu masuk (gate). Pintu 1 yang terletak disisi kanan depan masjid dibuka secara khusus setiap selesai solat fardhu. Melalui gate ini, jamaah dapat melintasi langsung bagian depan makam suci Nabi.

Yang sebenarnya paling diminati dari bagian Masjid Nabawi adalah Makam Nabi. Disitu orang-orang pecah dalam tangis. Saat solat sekalipun tidak terlihat ada yang menangis. Jamaah justru khusyuk dalam tangis saat melintasi Makam Nabi. Allah memang terlalu jauh untuk dijangkau nalar manusia. Sulit kita bayangkan bagaimana Wajah Tuhan, karena Dia entah dimana. Umat Islam hanya mampu menemukan “gelombang” ketuhanan di wujud dan makam Nabinya (dan juga para pewaris ruhaninya). Manusia hanya mampu menjangkau utusan-Nya. Karena itulah Allah bertajalli, terderivasi dalam wujud para kekasih-Nya. Sehingga mudah untuk dijumpai. Segala benda dan pusaka yang ditinggal utusan Tuhan, itu membawa “frekuensi wasilah”, memiliki gelombang ketuhanan yang tinggi. Getaran Ruh atau Asmanya melekat dimana-mana.

Makam Nabi terletak tepat di bawah kubah berwarna hijau. Itu bekas rumah Nabi. Beliau dimakamkan di rumahnya, yang terletak tepat di samping masjid, yang kini menjadi bagian dalam masjid. Rumah Nabi dan masjid bersambung. Sebenarnya, kita ke masjid selain untuk solat juga untuk menziarahi para guru Ruhani. Masjid itu punya Ruhani. Ruhaninya ada pada seorang imam/rasul yang mampu mensyafaati dan membimbing ruhani para jamaah. Masjid yang tak punya Ruhani disebut ‘kuburan’, benda atau bangunan mati, alias “berhala”. Kata Nabi, “Jangan solat di ‘kuburan’, ditempat manapun yang ruhanimu mati”.

“Ma baina baiti waminbari raudhatu min riyadhil jannah” (hadis). Antara rumah dan mimbar Nabi, disitu terletak “Raudhah (salah satu dari taman surga). Ini titik paling sakral di Masjid Nabawi. Paling diperebutkan untuk dimasuki. Katanya doa paling makbul disini. Untuk masuk kesitu, harus ada izin (tasreh) yang mesti diurus jauh hari melalui aplikasi Eatmarna dan Tawakkalna. Kami berkesempatan ke Raudhah pada Rabu pagi, 23/11/2022, pukul 00-01 waktu Madinah. Luar biasa vibrasi di area ini. Bagi saya, ini puncak ziarah selama di Madinah, sebelum siangnya berangkat memulai umrah ke Mekkah.

Sebenarnya kami khawatir, kalau selama di Madinah tidak diterima oleh Rasulullah. Alhamdulillah, ada sensasi luar biasa ketika berada di ruangan suci ini pada dini hari itu. Biasanya, jamaah masuk secara rombongan yang diatur oleh travel masing-masing. Lalu diberi kesempatan solat sunat beberapa rakaat serta berdoa dalam batasan waktu tertentu. Ketika waktu habis, petugas akan ‘mengusir’ jamaah satu persatu, agar jamaah lain yang sedang antri juga bisa masuk ke Raudhah. Tapi kami seperti tidak menjadi perhatian polisi. Sehingga masih berada di tiang-tiang Raudhah untuk solat dan berdoa sampai ruangan sudah benar-benar kosong.

Keluar dari makam Nabi, kita langsung berhadapan dengan pemakaman suci lainnya, Jannatul Baqi. Setiap Subuh setelah setelah menyalami Nabi, kami melanjutkan ziarah ke pekuburan seluas 175.000 M2 ini. Cuma laki-laki yang diizinkan masuk. Di Arab, perempuan tidak dibolehkan ke kuburan. Kasihan mereka. Padahal, disitu dimakamkan tidak kurang dari 10.000 orang-orang mulia yang pantas dikunjungi oleh setiap mukmin baik laki-laki maupun perempuan.

Di kompleks ini dimakamkan semua istri Nabi (kecuali Khatijah dan Maimunah yang dimakamkan di Mekkah). Disitu pula disemayamkam anak-anak Nabi, termasuk wanita suci “pemimpin perempuan di surga” Sayyidah Fatimah Azzahra. Juga Ruqaiyyah, Zainab, Ummu Kalsum dan Ibrahim. Di Baqi pula terbaring jasad-jasad mulia cucu baginda Nabi seperti Imam Hasan, beserta anak turunan Imam Husain seperti Imam Ali Zainal Abidin, Imam Muhammad Albaqir, Imam Jakfar Shadiq dan lainnya. Bibi-bibi Nabi, sahabat-sahabat, para syuhada dan auliya di zamannya juga terbaring disini. Sayangnya, kita tidak tau lagi yang mana makam mereka semua. Karena sudah ‘dihancurkan’, tanpa jejak dan nama.

Selama di Madinah (juga di Mekkah), jamaah yang punya tradisi khusus dalam ibadah akan berlama-lama di Masjid. Sambil mengerjakan solat-solat sunat, mereka akan melakukan iktikaf, zikir, membaca Quran, dan sebagainya. Tanpa keluar-keluar dari satu waktu solat ke waktu solat lainnya. Sehingga benar-benar terasa selalu bersama Nabi.

Kami kalau solat sering datang lebih cepat dan memilih tempat yang dapat melihat makam Nabi. Khususnya dengan berada di depan tiang bertuliskan nama Abbas, Husain dan Ali, yang berhadapan langsung dengan makam Nabi. Maupun dengan masuk melalui gate 2 untuk berada di bagian kuno dari masjid, berdekatan dengan posisi imam dan Raudhah. Getarannya beda. Area ini paling diminati. Satu atau dua jam sebelum solat, wilayah ini sudah padat. Selama di Madinah, kami selalu terpanggil untuk bangun sebelum jam 3 pagi, untuk iktikaf di masjid. Ada sensasi berbeda ketika bisa selalu melakukan tawajuh tengah malam selama 4 hari di Madinah, dihadapan makam Nabi. Seolah-olah, Beliau sendiri yang memimpin zikir pada setiap malam yang dingin itu. Sampai Subuh.

Selain itu, di luar kota Madinah juga terdapat spot penting lain untuk dikunjungi. Seperti Masjid Quba, masjid pertama yang dibangun Nabi di Madinah. Juga ada Masjid Qiblatain yang terkenal dengan kisah perubahan arah kiblatnya. Diriwayatkan, saat jamaah sedang solat, tiba-tiba ada berita dari Nabi bahwa arah kiblat telah berubah dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram. Seketika itu juga jamaah yang semula menghadap ke Palestina, merubah arah solat mereka ke Makkah. Ada beberapa masjid lain yang juga punya nilai sejarah tersendiri di kota ini.

Situs penting lainnya di Madinah adalah Jabal Uhud. Sayyidina Hamzah dan 70 syuhada lain syahid dalam perang di dekat gunung ini. Di kaki Uhud terdapat makam Beliau dan beberapa syuhada pendampingnya. Kondisinya sama, bahkan lebih parah dari Baqi. Makam dipagari tanpa bisa dimasuki peziarah. Juga tanpa nisan dan nama. Bahkan kuburannya rata dengan tanah dan sulit dikenali. Itulah sedikit problem dalam pengelolaan situs sejarah di negeri Bani Su’ud. Kita dibuat “putus kontak” dengan para syuhada, sahabat dan ahli bait Nabi. Makamnya dibuat kabur, sama sekali tidak teridentifikasi.

Empat hari di Madinah sudah cukup untuk anda rasakan kebersamaan dengan Nabi. Baik dalam ziarah dan berbagai ibadah pendukungnya. Selain juga sesekali diselingi dengan agenda kuliner dan ngopi-ngopi. Sebab, setelah selesai solat, zikir dan ziarah; capek kita. Perut minta jatah untuk diisi menu-menu istimewa. Kami sering nongkrong di tempat yang kami sebut “Jalur Bangla”. Karena, setiap masuk waktu solat, ribuan rombongan Bangladesh melintasi kawasan itu menuju Masjid Nabawi. Lokasinya sekitar 300 meter di depan jalan menuju Masjid Nabawi. Banyak resto terbuka disana dengan aneka ragam menu Arab. Sedikit ke luar kota juga ada resto-resto dengan olahan mandhi dan kebuli yang lezat sekali.

Ngopi di “Jalur Bangla”, Depan Masjid Nabawi, Madinah

(Bersambung ke BAGIAN 5: “Ada Ibrahim, Hajar dan Ismail dalam Putaran Tawaf dan Sa’i Kami”)

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

#powered by SUFIMUDA
___________________
SAID MUNIRUDDIN
RECTOR | The Suficademic
YouTube: 
https://www.youtube.com/c/SaidMuniruddin
Web:
 saidmuniruddin.com
fb: http://www.facebook.com/saidmuniruddin/
Twitter & IG@saidmuniruddin

Next Post

ZIARAH KE KOTA SUCI, SAUDI YANG MENANG MELAWAN ARGENTINA, DAN BANJIR BESAR DI JEDDAH (BAGIAN 5)

Fri Dec 2 , 2022
“Jurnal […]

Kajian Lainnya

%d