MASJID AZIZI TANJUNG PURA, KAMPUNG BESILAM DAN TUAN GURU ACEH

Jurnal Suficademic”| Artikel No. 2 | Januari 2023

MASJID AZIZI TANJUNG PURA, KAMPUNG BESILAM DAN TUAN GURU ACEH
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Hajat berhura-hura di awal tahun 2023 ke Medan tunai sudah. Tiga hari sudah cukup. Anak, istri dan mertua sudah kita bawa berleha-leha ke Deli Park dan Sun Plaza. Sudah pula nonton “Avatar: The Way of Water”. Lainnya sudah tidak tau lagi mau kemana. Pulang!

Begitu Veloz Q CVT TSS yang kami kendarai memasuki gerbang tol Helvetia, rasa suntuk saya sebagai driver mulai mengemuka. Radio pun mulai satu persatu saya kotak-katik. “Krek..krek..”, suaranya tidak jelas. Saya paskan lagi frekuensinya. Dapat!

Berharap muncul lagu-lagu pop barat. Tak taunya, yang terdengar ulasan tentang masjid. Jelas disebut “Masjid Azizi”, Tanjung Pura. Warnanya kuning, ada hijaunya. Memadukan arsitektur Turki dan Persia. Dibangun oleh raja bla..bla..bla. Makam Amir Hamzah, dan seterusnya.

Entah radio apa itu. Saya sejenak terkesan dengan berita dunia Melayu sore itu. Karena ada cerita tentang bangunan ibadah dan juga sejarahnya. Maklumlah, kita ini kebetulan orang yang sangat taat beragama dan juga pecinta masjid. Haha!

Tiba-tiba terasa ingin melihat masjid itu. Tapi dimana ya? Sekilas saya tau, Tanjung Pura itu di lintasan Medan-Banda Aceh. Masih di wilayah Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Tapi saya sama sekali tidak mengenal wilayah ini. Waktu berangkat dari Aceh dua hari lalu juga tidak begitu detail memperhatikan daerah yang kami lewati. Mungkin karena terlalu asik memperhatikan jalanan di Indonesia, yang sudah 77 tahun merdeka tapi masih berlubang. Terasa ingin mengundang kembali Belanda!

Mulai dari kabupaten Langkat, Binjai sampai Medan; itu sebenarnya wilayah “ngorok”. Dulu saya sering menempuh perjalanan Banda Aceh-Medan dengan bus. Sampai di Langkat, itu biasanya sudah dini hari atau menjelang Subuh. Itu daerah dimana para penumpang sudah tertidur pulas. Hampir tidak ada penumpang yang memperhatikan suasana di luar. Jadi, dimana lokasi Masjid Azizi di Tanjung Pura, saya tidak pernah tau. Pun baru sekarang mendengar nama masjid itu.


Begitu keluar dari tol di Stabat, semua berita tentang masjid tersebut hilang dari ingatan. Sudah saya lupakan. Pun sepanjang sisa perjalanan, tak sedikitpun teringat tentang itu. Tak ada lagi minat untuk melihatnya. Karena tujuan perjalanan adalah pulang ke Banda Aceh. Dan itu masih jauh sekali. Plus istirahat, mungkin butuh lebih dari 15 jam untuk tiba di rumah. Total jarak tempuh mencapai 600 km. Pulang pergi, 1200 km.

Ini memang kali pertama saya menyupiri mobil rute Banda Aceh-Medan. Dengan driver tunggal. Memang sengaja. Untuk menaklukkan rasa takut dan menemukan sensasi baru. Sekaligus uji fisik. Ternyata saya masih sehat. Next time bisa kita coba kendarai mobil sampai Papua!


Dua jam telah berlalu di jalanan Stabat-Langkat yang sering macet itu. Tiba-tiba, anak kami yang bungsu, Ali, mulai rewel. Minta ganti pampers. “Kita berhenti dulu Waled ya?”, pinta istri saya. “Ok, kalau jumpa masjid langsung kita berhenti”, jawab saya.

Hanya selang beberapa menit, disebelah kiri jalan terlihat sebuah masjid.

Aha! Masjidnya kuning. Ada hijaunya. Arsitekturalnya asik. Terlihat agak kuno. Ramai pengunjungnya. Anak-anak terlihat sedang bermain di halaman berumput rapi yang lumayan luas.

Saya tertegun. Ini kan masjid yang dibahas di radio itu. Rupanya Allah belum lupa dengan apa yang terbersit di hati saya 2-3 jam lalu. Dia mengabulkannya!


Terletak di tepi jalan lintas Sumatera, masjid ini mulai dibangun oleh Sultan Langkat Haji Musa pada tahun 1899. Lalu diselesaikan oleh anaknya, Sultan Abdul Abdul Aziz Abd.Jalil Rahmadsyah pada tahun 1902.

Masjid Azizi ini agak unik memang. Lumayan keren menurut saya. Tidak terbayang, jika di wilayah Tanjung Pura punya warisan semacam ini. Ornamen dalamnya juga bagus. Suasananya adem. Dengan sejumlah kaligrafi dan motif arabesk. Pintu dan sejumlah sisi langit di ukir dengan “lebah bergantung” (muqarnas). Juga mihrab imamnya yang bernuansa Persia. Mimbar khutbah juga menjulang tinggi, mungkin bergaya Turki. Masjid seluas 3.000 meter persegi ini punya satu menara, juga dipagari tembok setinggi 1 meter.

Masjid ini berjarak sekitar 500 meter dari bekas istana Sultan Deli. Di selatan masjid terdapat komplek makam Sultan Deli dan keluarganya. Tengku Amir Hamzah (1911-1946); sastrawan Indonesia, pujangga baru yang juga pahlawan nasional itu, juga dikebumikam di lingkungan masjid ini.

Setelah menikmati sholat sunat beberapa rakaat, perjalanan kami lanjutkan kembali. Syukur juga telah diberhentikan Allah di tempat ini. Saya mulai sadar, di dekat Tanjung Pura ini sebenarnya terdapat salah satu pusat spiritualitas di Sumatera Utara, Besilam. Agak masuk ke dalam memang, namun kami tidak sempat berkunjung kesana. Lokasinya hanya sekitar 30 menit dari Masjid Azizi.

Besilam, diambil dari kata babussalam, artinya “pintu kesejahteraan”. Sebuah perkampungan yang dibangun pada tahun 1883 oleh seorang guru sufi bernama Syekh Abdul Wahab Rokan, asal Riau. Atau kemudian dikenal dengan Tuan Guru Babussalam (1811-1926). Beliau murid dari Syekh Sulaiman Zuhdi di Jabal Qubais, Mekkah. Di tempat ini Tuan Guru Aceh pernah diundang pada tahun 2022 silam oleh para penerus Besilam. Mungkin karena itulah kami diberhentikan di Tanjung Pura, berdekatan dengan itu, untuk sejenak menghormati wilayah Langkat yang bertuah ini.

Dulunya, pada peta 1 Juli 1956, Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat masih menjadi bagian dari Provinsi Aceh. Langkat pernah menjadi isu dalam proses implementasi MoU Helsinki tempo hari. Tapi sepertinya butir-butir terkait tapal batas ini telah diamputasi. Wilayah Langkat memang punya memori tentang Islam dan tradisi Melayu yang kuat. Dalam kesejarahannya, Langkat pernah memiliki monarki tersendiri, Kesultanan Langkat. Cukup tua juga, dari 1568-1948. Selain juga pernah menjadi bagian dari Kerajaan Aceh.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

#powered by SUFIMUDA
___________________
FOLLOW US
:
SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
saidmuniruddin.com
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
TikTok:
tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Twittertwitter.com/saidmuniruddin
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

Next Post

"RASHADA", INFORMAN KREATIF PENJAGA MANUSIA

Fri Jan 6 , 2023
“Jurnal […]

Kajian Lainnya