UP-GRADING IMAN, DARI GAIB KE ILMIAH

Jurnal Suficademic”| Artikel No. 4 | Januari 2023

UP-GRADING IMAN, DARI GAIB KE ILMIAH
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Iman diartikan “percaya”. Yaitu percaya kepada yang gaib.

Percaya inilah yang menjadi dasar agama. Tanpa percaya, kita tidak mungkin menjadi makhluk beragama. Mana mungkin kita disebut beragama, kalau tidak percaya kepada adanya Tuhan, malaikat dan sebagainya yang gaib-gaib itu. Oleh karena itu, tahap pertama untuk beragama, orang didoktrin dan dipaksa percaya kepada hal-hal seperti itu.

Hanya saja, bagi kebanyakan orang, objek-objek keimanan itu terus menjadi sesuatu yang gaib. Bagi sebagian lain, ada yang sudah tidak gaib lagi.

Bagi orang yang hidup terisolir di tengah hutan, yang tak punya tv, internet dan hp, itu bisa kita bujuk-bujuk dia untuk percaya bahwa ada presiden RI yang bernama Jokowi. Tapi, bagi orang kota dan bahkan setiap hari disamping Jokowi, apa mungkin anda ajak mereka beriman bahwa Jokowi itu ada? Orang-orang ini sudah melampaui tahap “percaya”. Mereka sudah masuk ke tahap Islam dan Ihsan. Sudah pada bentuk-bentuk “pengabdian langsung” kepada wujud nyata itu.

Begitu pula Allah dan malaikat. Itu bagi kita mungkin masih gaib. Masih percaya-percaya saja bahwa itu ada. Tapi bagi para Nabi dan wali-walinya, Allah dan malaikat tidak gaib lagi. Sudah bisa diakses semua wujud itu. Bisa dirasakan. Bisa ditemui. Bisa diajak bicara. Sudah tidak ada jarak lagi antara mereka dengan wujud-wujud itu. Allah dan malaikat sudah nyata dan confirm keberadaannya.

Jadi, bagi orang-orang yang punya metodologi untuk sampai kepada pertemuan dengan Allah dan malaikat-Nya, wujud-wujud itu sudah “ilmiah”. Tidak lagi dalam bentuk “hipotesis” (iman/dugaan/kepercayaan) semata.

Makna “ilmiah” adalah sudah diketahui. Sudah ada bangunan pengetahuan terhadap sebuah kepercayaan. Sudah terlihat. Sudah ditemukan. Sudah terjawab secara logis. Sudah terbukti secara empiris. Sudah dirasakan secara iluminatif. Dalam hal ini, Tuhan sudah dapat dijangkau baik secara rasional, empirikal maupun spiritual.

Karena itu, gaib dan ilmiah, keduanya berada pada satu garis lurus. Tidak terpisah. Gaib adalah awal dari ilmiah. Ilmiah adalah, menemukan jawaban atas hal-hal gaib.

Hukum-hukum alam dan fisika misalnya, pada awalnya gaib semua. Melalui metode tertentu, para ilmuan mampu mengungkap keberadaan itu semua. Hukum-hukum fisika itu bersifat universal. Ketika bisa diuji disetiap waktu, tempat dan zaman, hasilnya sama.

Beragama juga begitu, adalah proses gaib menuju ilmiah. Proses menemukan jawaban atau wujud atas berbagai fenomena metafisika. Melalui metode (bahasa Arab: “tariqah”) tertentu, kita berusaha memperoleh jawaban atas apa yang disuruh percaya.

Memang bagi para nabi dan wali-walinya, Allah itu Nyata. Tapi bagi kita, itu masih “hipotesa”. Agar kita dapat merasakan agama yang sama dengan agama yang dirasakan para nabi, maka Tuhan dan malaikat pun harus Nyata bagi kita. Ketika Allah dan malaikat menjadi nyata, maka baru konfirmatif bahwa Islam itu universal. Artinya, apa yang dialami para nabi terdahulu juga dapat dialami oleh umatnya kemudian.

Jadi, gaib dan ilmiah itu Ahad, satu. Dia maha batiniah, sekaligus dhahir. Dia itu gaib (bagi pemula). Sekaligus nyata (bagi yang sudah menemukannya).

PENUTUP. Apakah Allah, malaikat, akhirat itu masih gaib bagi kita? Jika iya, berarti lembaga agama yang kita berada di dalamnya tidak mendidik muridnya secara ilmiah. Sebaiknya segera diilmiahkan. Pilih institusi pendidikan yang tepat, yang memboboti kita dengan metode penelitian yang benar. Seperti yang dialami para nabi, kalau metode riset yang digunakan itu benar, Allah sekalipun bisa menjadi nyata, bisa “disaksikan” (musyahadah). Tidak gaib lagi.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

#powered by SUFIMUDA
___________________
FOLLOW US
:
SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
saidmuniruddin.com
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
TikTok:
tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Twittertwitter.com/saidmuniruddin
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

Next Post

"HUUR": SURGA, BIDADARI DAN NAFSU BINATANG

Mon Jan 16 , 2023
“Jurnal […]

Kajian Lainnya