KISAH IBLIS DAN KELEDAI: BENTENGI DIRI DENGAN “ZIKIR AKBAR”

Jurnal Suficademic” | Artikel No. 10 | Januari 2023

KISAH IBLIS DAN KELEDAI: BENTENGI DIRI DENGAN “ZIKIR AKBAR”
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Ada kisah menarik, yang menjelaskan akar dari kekacauan yang terjadi di tengah kita.

Seekor keledai diikat di pohon. Iblis datang lalu melepaskannya. Keledai itu berlari ke ladang dan mulai merusak tanaman. Ketika istri petani melihat ini, dia menembak dan membunuh keledai itu.

Pemilik keledai sangat marah. Lalu menembak istri si petani. Ketika petani itu kembali dan melihat istrinya meninggal, dia pergi dan menembak pemilik keledai.

Istri pemilik keledai tidak terima. Lalu meminta kepada dua anak laki-lakinya untuk membalas kematian ayah mereka, dengan cara membakar rumah petani itu.

Anak laki-laki tersebut keluar larut malam dan dengan gembira melakukan perintah ibu mereka, dengan asumsi bahwa petani itu juga akan terbakar hidup-hidup, bersama rumahnya.

Sayangnya bagi mereka, bukan itu masalahnya. Si petani rupanya tidak ada di rumah. Ketika petani itu kembali larut malam, dia melihat sisa-sisa rumahnya yang hangus. Dia segera pergi dan menembak istri dan kedua anak laki-laki pemilik keledai itu.

Terpukul dengan penyesalan, petani itu bertanya kepada iblis mengapa semua hal buruk ini harus terjadi.

Iblis itu menjawab, “Wow, saya tidak melakukan apa-apa! Oh, kecuali melepaskan keledai itu. Kalian semua yang bereaksi, bereaksi berlebihan, dan melepaskan setan-setan yang ada di batin kalian”.

Cerita singkat ini saya ambil dari postingan Yulia FJ Odor, di Rumi & Sufi Community, 01/02/2023. Menarik untuk selanjutnya kami bahas sedikit lebih panjang.

Apa hikmah dari kisah ini?

Iblis tidak pernah melakukan apa-apa. Iblis tidak pernah bertanggung jawab atas semua yang kita lakukan. Dia hanya bekerja untuk membangunkan kita, dengan cara memicu ego yang ada dalam diri kita. Sehingga kita semua, disadari atau tidak, akan memiliki niat dan tindakan yang akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Sehingga terjadilah korupsi, penipuan, pembunuhan, penzaliman serta 1001 jenis perilaku keji dan munkar lain.

Lain kali; sebelum menjawab, menanggapi, melaporkan, menegur atau membalas dendam; usahakan untuk “BERHENTI” dan “BERPIKIR”. Hati-hati. Satu-satunya hal yang perlu dilakukan iblis untuk merusak dunia adalah, melepaskan “KELEDAI” yang ada dalam diri kita.

Ada beberapa kata yang menjadi kunci nilai-nilai dalam cerita ini.

Pertama, kita mulai dengan “keledai”. Keledai adalah ego atau nafsu yang ada dalam diri kita. Keledai adalah kebodohan atau kejahilan. Jaman jahiliah adalah sebuah jaman (apakah dulu atau sekarang) yang orang-orangnya penuh ego, bersetan. Daya nalar orang-orang tipe keledai sangat terbatas. Mudah tertipu. Mudah naik darah. Sehingga, apapun yang dilakukannya pasti menimbulkan kerusakan.

Orang dengan tipe keledai adalah makhluk berjiwa binatang. Kesadaran mereka tidak sampai kepada “nalar Tuhan” (divine wisdom). Seringkali bertindak tanpa berpikir. Tidak pernah mengambil “jeda” sebelum mengambil keputusan. Bahasa Aceh: “dirok-rok laju”. Dihajar terus. Setelah tergesa-gesa, belakangan baru sadar, itu salah.

Kedua, “berhenti dan berfikir”. Inilah faktor yang membuat derajat kita lebih tinggi dari hewan, dari keledai. Seseorang menjadi arif/bijak ketika memiliki hal ini: “berhenti dan berfikir”.

Kemampuan “berhenti dan berfikir”, terkait erat dengan tingkat wara’ (kesucian) dan kecerdasan makrifat seseorang. Makrifat (kearifan) itu ada dua.

Pertama, “makrifat akal”. Dalam tradisi Yunani atau para filsuf, biasa disebut “sofis”. Ahli hikmah, tapi dalam tataran akal. Mereka punya kecerdasan aqliyah atau rasionalitas, yang mampu menjangkau sumber-sumber kebenaran dari relung jiwa kemanusiaan. Karena itulah, mereka disebut orang-orang bijak. Mereka sudah melampaui “keledai”. Tidak mudah ditipu iblis. Akalnya sudah mulai berfungsi.

Kedua, “makrifat ruh”. Dalam tradisi spiritualitas Islam, biasa disebut “sufis”. Ahli hikmah, tapi sudah pada level ruh. Mereka punya kecerdasan ruhaniah yang mampu menjangkau kebenaran-kebenaran pada level “ilham” (‘wahyu’). Kecerdasan ini sudah di atas akal, supra-rasional. Kebenaran tidak lagi di akses dari lembaran jiwa kemanusiaannya. Tapi dapat di download langsung dari sisi Tuhan.

Untuk menjadi kaum arif, khususnya “arif ruhiyah”, anda harus belajar metode “berhenti dan berfikir” (wukuf qalbi). Biasanya ini diajarkan secara khusus oleh para wali yang masih mewarisi teknik-teknik “divine communication” kelas tinggi warisan para nabi, melalui kelas suluk tertentu.

Ketika anda sudah menguasai teknik-teknik ini, setiap saat anda dapat “berhenti” untuk mengosongkan jiwa dan pikiran anda dari anasir “keledai” (iblis). Dan melalui cara tertentu Tuhan bisa hadir untuk memberikan petunjuk, hidayah, ilham atau ‘wahyu’. Sehingga sebuah keputusan, sikap dan gerak anda diwarnai oleh suara hati atau “divine wisdom” ini. Tidak lagi dipicu oleh ego keledai.

Kuncinya adalah, “berhenti dan berfikir”. Ketika anda berhenti (wukuf), Tuhan akan berfikir melalui diri anda tentang apa yang terbaik yang harus anda lakukan. Disinilah muncul “divine ethics”. Baik buruk sebuah tindakan, itu memang Tuhan langsung yang putuskan melalui sebuah mekanisme “spiritual decision” (i.e., muraqabah, penampakan/penyaksian, dan berbagai firasat nubuwah lainnya).

Kelompok arif inilah yang diakui iblis sulit untuk disesatkan. Sebab, mereka sudah menguasai metode “ikhlas” (Al-Hijr: 39-40). Ikhlas adalah ketersambungan jiwa dengan Dia yang Ahad (QS. Al-Ikhlas). Orang ikhlas adalah orang yang sudah mengenal “Dia” (Huwa) yang Ahad itu. Yang mengenal “Dia” (Huwa Allah) pasti tidak bisa dikelabui lagi oleh keledai-keledai iblis.

Dalam Islam, salah satu metode “berhenti” adalah sholat. Setelah larut dalam kerja, kita diminta sejenak berhenti. Agar iblis tidak terlalu jauh menguasai. Kesibukan kita, itu bisa menjadi bencana kalau tanpa kontrol. Maka take time, sholat. Sering-sering berhenti (melakukan wukuf), agar hati menjadi jernih.

Hanya saja, kita hanya memahami 5 waktu sholat seperti yang umumnya diperintahkan dalam syariat. Lima waktu, itu paket formal dan selemah-lemah iman. Pada puncaknya, itu sebenarnya bisa mencapai 50 waktu. Seperti yang awalnya diperintahkan Allah kepada Muhammad dalam peristiwa Mikraj. Tentu Allah tidak iseng memerintahkan sholat sebanyak itu. Walau sangat berat tentunya. Seperti disinyalir Nabi Musa as, umatnya saja tidak mampu melakukan itu. Tapi, kalau kita percaya umat Nabi Muhammad SAW adalah yang terbaik, seharusnya kita mampu. Tentu ada hikmah dan rahasia bagi yang mampu dan tau cara melakukannya.

Kalau 50 waktu dibagi dalam sehari semalam yang berjumlah 24 jam, berarti setiap 0,48 jam (hampir tiap 30 menit sekali) kita harus menegakkan sholat. Itu mirip-mirip harus melaksanakan sholat sepanjang waktu dalam sehari. Itu bakal tidak punya waktu untuk mengerjakan yang lain. Berat memang. Karena, baru selesai sholat, harus sholat lagi. Begitu seterusnya selama 24 jam. Apakah mungkin itu kita lakukan?

Mungkin sekali. Itulah yang disebut sholat berterusan, sholat daim:

الَّذِيْنَ هُمْ عَلٰى صَلَاتِهِمْ دَاۤىِٕمُوْنَۖ

“Yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya secara terus-menerus, daa-imun” (QS. Al-Ma‘ārij [70]: 23)

Sholat itu pada hakikatnya adalah “dzikir”. Yaitu, membangun daya ingat “terus menerus” kepada Allah; sambil berdiri, duduk dan berbaring. Kalau sehari semalam hanya mengandalkan 5 waktu, itu terlalu banyak waktu kosong yang akan diisi oleh iblis. Solusinya, harus sering-sering sholat. Harus “daim”. Harus rajin wukuf (berhenti dan berfikir), walau sejenak, disepanjang waktu.

Disaat melakukan “sholat daim” inilah, jika anda sudah mahir, Allah akan hadir dan memberikan butir-butir pemikirannya kepada anda. Sholat itu sebenarnya bentuk komunikasi, dialog dan diskusi kita dengan Allah. Tapi jarang sekali terjadi dialog dengan Allah dalam sholat. Kecuali para nabi dan sufi yang telah mencapai “makrifat ruh”, yang sudah terbiasa dengan daimnya sholat.

Sholat daim adalah “wukuf qalbi”, sebuah bentuk divine communication dengan Sang Ilahi yang bisa dilakukan kapan saja disepanjang waktu. Bahkan sambil berjihad (bekerja). Sholat daim adalah sebuah jenis sholat yang paling ditakuti setan. Sebab, sholat daim adalah jenis “Zikir Akbar” (wala-zikrullahi akbar), yang mampu menyambungkan seseorang dengan Tuhan. Sholat daim adalah zikir yang mampu mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar (QS. Al-Ankabut: 45):

اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

Bacalah Kitab yang telah diwahyukan kepadamu dan tegakkanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari keji dan mungkar. Sungguh, inilah Zikrullah yang Akbar. Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-‘Ankabūt [29]: 45).

KESIMPULAN. “Zikir Akbar” (QS. Al-Ankabut 45), itu bukan zikir berjamaah di lapangan. Dzikir Akbar adalah jenis wukuf qalbi, berhenti sejenak disepanjang waktu untuk berzikir dan membiarkan Tuhan yang berfikir, untuk kita.

Zikir Akbar adalah sholat paripurna, sholat daim, zikir rahasia para nabi dan sufi pada ’50 waktu’, seperti perintah awal Allah kepada kita. Berat memang. Tapi kalau ini dilakukan, mustahil anda akan diganggu iblis dan keledai-keledainya. Anda akan terjaga dari perilaku keji dan munkar, fana serta baqa bersama Allah SWT disepanjang masa.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

#powered by SUFIMUDA
___________________
FOLLOW US
:
SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
saidmuniruddin.com
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
TikTok:
tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Twittertwitter.com/saidmuniruddin
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

Next Post

DI USIA 76, KEBERADAAN HMI DITANYAKAN ALLAH DAN RASULNYA

Mon Feb 6 , 2023
“Jurnal […]

Kajian Lainnya