“DAA-IMUUN”: SHOLAT TERUS-MENERUS PADA 50 WAKTU

Jurnal Suficademic” | Artikel No. 12 | Januari 2023

DAA-IMUUN”: SHOLAT TERUS-MENERUS PADA 50 WAKTU
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Dalam peristiwa Mikraj, dikabarkan, Nabi Muhammad SAW menerima perintah sholat 50 waktu. Nabi Muhammad SAW menerima itu. Tapi Musa as menyarankan kepada Muhammad SAW agar meminta kembali kepada Allah agar diberi keringanan dalam versi paling ringan, yang memungkinkan untuk dikerjakan oleh umatnya. Sebab, Musa as pernah merasakan bagaimana umat pada masanya tak mampu menunaikan yang berat-berat seperti itu.

Perintah 50 waktu, itu bukan bentuk kesilapan Allah. Seolah-olah Dia tidak paham kondisi manusia. Sehingga Muhammad SAW harus bolak-balik agar SK sholat direvisi. Itu juga bukan bentuk ketidakpatuhan Muhammad SAW atas perintah Allah untuk melaksanakan 50 waktu, sampai beraninya minta kurang terus menerus.

Nabi SAW itu sangat patuh kepada Tuhannya. Kalau dibilang Allah “50 waktu”, itu pasti dilaksanakan dan tidak berani minta kurang, walau ada nabi lain yang mengomporinya. Pasti Muhammad SAW lebih percaya kepada suruh Allah daripada kepada pemikiran seorang nabi seperti Musa.

Musa as juga tidak salah. Karena, kisah ini sebenarnya memberikan petunjuk kepada kita, bahwa sholat itu punya dimensi yang bertingkat. Dari bentuk hakikatnya yang mencapai “50 waktu”, sampai bentuk-bentuk syariat yang cuma “5 waktu”. Keduanya, baik sholat “50 waktu” sampai kepada “5 waktu”, masih ada dalam tradisi Islam sampai hari ini. Hanya saja, yang “5 waktu” itu populer dalam fikih untuk publik awam.

Sementara yang “50 waktu”, itu diamalkan dalam berbagai kelas irfan (sebab, ini memang level ibadahnya para nabi). Sebagaimana sabda Nabi SAW terkait peristiwa mikraj yang diriwayatkan Anas bin Malik: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda: “Allah memerintahkan shalat sebanyak 50 waktu sebagai kewajiban ATASKU dan UMATKU.”

“Atasku”, itu beliau terima dan amalkan. Bagi para nabi, sholat 50 waktu (termasuk tahajud misalnya) memang telah menjadi kewajiban terhadap mereka. “Atas umatku”, itu yang diragukan, sehingga dipangkas menjadi 5 waktu.

Sholat apa yang dikerjakan sampai 50 waktu?

Dalam Quran disebut satu jenis sholat, yang menggambarkan itu. Yaitu “sholat daim” (sholatihim daa-imuun, QS. Ma’arij: 22-23):

اِلَّا الْمُصَلِّيْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ عَلٰى صَلَاتِهِمْ دَاۤىِٕمُوْنَۖ

“Kecuali orang-orang yang mengerjakan salat. Yang terus menerus (daa-imuun) mengerjakan sholatnya” (QS. Al-Ma‘ārij [70]: 22-23)

Kalau sehari semalam yang berjumlah 24 jam dibagi dalam 50 waktu, maka setiap 28 menit sekali, kita harus melaksanakan sholat (24 : 50 = 28). Artinya, jika jarak waktunya seperti itu, baru selesai satu sholat, kita harus sholat lagi. Begitu terus menerus selama sehari semalam. Kelihatannya ini mustahil untuk dilaksanakan, seperti yang direfleksikan Musa as terhadap kemampuan ibadah umatnya.

Tapi, umat Nabi Muhammad SAW, itu kelasnya beda. Banyak nabi dan umat terdahulu yang sebenarnya ingin menjadi umat Nabi Muhammad SAW, karena berbagai prestise. Walaupun hidup di akhir zaman, kita dipercaya lebih “terpilih” dari Bani Israil, umatnya Musa as (Bani Israil dilebihkan atas segala umat, QS. Al-Baqarah: 47).

Artinya, sholat 50 waktu itu memang diamalkan oleh kelompok-kelompok pilihan (khawash) di tengah umat Islam. Buktinya, Quran dalam surah Al-Ma’arij ayat 22-23 di atas mengakui adanya orang-orang yang menegakkan sholat yang sifatnya “terus menerus” (daa-imuun). Sebuah bentuk sholat yang Musa as sendiri angkat tangan, karena tidak sampai menjadi tradisi bagi umatnya yang memang suka melawan.

Namun, di tengah umat Nabi Muhammad SAW juga ada kaum yang sekelas Yahudi. Yang lemah, malas atau mungkin tidak mampu mengamalkan hal-hal yang terlalu khusus dan suka mencari-cari alasan. Untuk yang awam-awam ini, dari perjalanan mikrajnya, Nabi Muhammad SAW juga membawa oleh-oleh sholat dalam paket “5 waktu” (dalam perspektif muslim Syiah, cenderung digambarkan sebagai “3 waktu”, sebagaimana juga petunjuk banyak ayat. Tapi sholatnya juga sama, ada 5 kali. Sunni dan Syiah sama, sholat wajibnya juga 5).

Karena sebagian besar piramida kaum beriman diisi oleh orang awam, maka yang berkembang dalam dunia Islam adalah fikih sholat 5 waktu. Kelompok mayoritas ini perlu diregulasi secara tertib dan ketat bagaimana cara sholat 5 waktu. Dalam Quran sendiri sebenarnya tidak diterangkan secara detil tata cara, bahkan nama-nama sholat ini. Baru kemudian dalam berbagai riwayat dikenal dengan Subuh, Dhuhur, Ashar, Magrib dan Isya. Antara satu waktu dengan lainnya boleh dikatakan punya tenggang waktu yang cukup lama.

Sementara, bagaimana cara sholat 50 waktu, itu menjadi rahasia para nabi. Atau rahasia orang-orang yang diberi ilmu untuk meneruskan ibadah ini. Kita yang awam, pada dasarnya hanya diajarkan yang 5 waktu. Kalaupun ingin belajar yang 50 waktu, agar melampaui kualitas kaum Yahudi, maka perlu dicari Guru yang mewarisi ilmu dan amalan itu.

Ilmu inilah yang mengangkat orang-orang beriman naik derajatnya di atas kaum lainnya. Sebab, anda sudah mulai mengamalkan sesuatu yang Yahudi pun sebenarnya tidak mampu. Artinya, anda sudah mensetting diri untuk memiliki kualitas ibadah yang melampaui bangsa yang pernah dipilih Tuhan. Melampaui umatnya nabi Musa as.

Kalau cuma 5 waktu, itu memang standar ibadahnya Yahudi. Standar yang disetujui Musa as sebagai “syariat” bagi umatnya. Dari sisi syariat, kita sebenarnya setara, tidak mampu mengalahkan Yahudi. Ketat sekali hukum-hukum dalam Judaisme. Tapi, ketatnya syariat, juga tidak membuat kaum itu tercegah dari perilaku keji dan mungkar. Penyakit yang sama juga mendera kita!

Sebab, bukan dimensi syariat yang mampu “mensucikan” perilaku. Syariat itu hukum yang di-impose (dipaksakan) dari luar. Akhlak harus dibangkitkan dari dalam. Itu berhubungan dengan spiritualitas.

Artinya, ada sisi batiniah yang mesti kita up-grade untuk memiliki kontak dengan Allah. Khususnya ibadah yang secara simbolik disampaikan Allah sebagai “50 waktu”. Inilah ibadah standar untuk menjadi orang-orang beruntung, menjadi “khaira ummah” (QS. Aali Imran: 104). 50 waktu, itu standar sholat yang benar-benar akan memampukan para jamaahnya tercegah dari perilaku keji dan mungkar. 50 waktu, itu standar sholat yang akan membuat pelakunya mampu menegakkan amar makruf.

Sholat daim adalah sholat paripurna, ibadah berkesinambungan, daya ingat berterusan, usaha untuk berkomunikasi dengan Tuhan secara berkelanjutan. Sholat daim adalah sholat pagi petang, siang malam, sambil duduk dan berdiri, ketika tidur atau berjalan, sambil beristirahat maupun bekerja. Ibadah seperti inilah yang memungkinkan eseorang menjadi fana dan baqa , lebur dan kekal dalam ke-Esaan Allah SWT.

Sejatinya sholat adalah “zikir akbar”, yang jika “daim” (terus-menerus) ditegakkan akan menjamin para pengamalnya senantiasa diketahui/terhubung dengan Allah, sehingga terbebas dari perilaku keji dan mungkar:

اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

“Bacalah Kitab yang telah diwahyukan kepadamu dan tegakkanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Sungguh, mengingat Allah (zikir) itu lebih besar keutamaannya (akbar). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-‘Ankabūt [29]: 45)

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

#powered by SUFIMUDA
___________________
FOLLOW US
:
SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
saidmuniruddin.com
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
TikTok:
tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Twittertwitter.com/saidmuniruddin
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

One thought on ““DAA-IMUUN”: SHOLAT TERUS-MENERUS PADA 50 WAKTU

Comments are closed.

Next Post

"SPIRITUAL HOTSPOT"

Thu Feb 9 , 2023
“Jurnal […]

Kajian Lainnya