“SPIRITUAL HOTSPOT”

“Jurnal Suficademic” | Artikel No. 13 | Februari 2023

“SPIRITUAL HOTSPOT”
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Hubungan manusia dengan Allah, itu unik. Kalau dikatakan bersifat “langsung”, itu tidak juga. Sebab, Dia “laisa kamislihi syai-un”. Dia berbeda. Dia jauh. Dia tidak bertempat. Dia tidak terjangkau. Dia tidak diketahui ada dimana. Kita tanah, Dia itu apa? Zatnya tidak serupa dengan makhluk. Dia Maha, kita tidak ada apa-apanya. Tidak akan pernah terhubung.

Jadi, bagaimana mungkin kita bisa berhubungan langsung dengan Allah. Kalau langsung, tentu sudah sejak lama kita mampu berkomunikasi aktif dan interaktif dengan Allah, seperti yang dialami para nabi. Nyatanya, hubungan kita dengan Allah seperti “kosong” begitu. Tidak pernah sekalipun kita melihat dan mendengar Dia berbicara. Alih-alih langsung, hubungan kita dengan Dia justru off, mati, tidak aktif sama sekali.

Kalau hubungan dengan Allah tidak bisa bersifat langsung, lalu bagaimana kita dapat berhubungan dengan Dia? Apakah perlu “perantara”?

Nah, ini juga membuat perdebatan baru. Banyak orang menolak keberadaan “perantara” dalam berhubungan dengan Allah. Mereka percaya, manusia tidak perlu perantara untuk berhubungan dengan Allah. Kita bisa langsung. Kenyataannya, kalau bisa langsung, tentu sudah sejak lama kita bisa berjumpa, mendengar dan berbicara dengan Allah SWT. Nyatanya tidak. Selama ini kita hanya berkomunikasi dengan dinding dan tembok masjid saja.

Karena antara manusia dan Tuhan itu beda “alam”, beda wujud dan dimensi; maka dibutuhkan variabel tertentu yang dapat mempengaruhi, menyambungkan, menyatukan, mendekatkan atau me-“langsung”-kan hubungan antara keduanya. Diperlukan teknologi spiritual tertentu untuk mengakses Dia yang entah dimana. Dibutuhkan sebuah “alat” khusus yang dapat membawa kita kepada-Nya.

Alat itu bernama “spiritual hotspot”. Anda harus mencari keberadaan alat itu. Ada dimana dia. Lalu melalui teknik spiritual tertentu, hubungkan perangkat diri anda dengan alat ini. Baru setelah itu anda akan memiliki ketajaman koneksi, sehingga mampu mengakses sesuatu yang “jauh” disana. Berbagai arus informasi akan masuk ketika anda terhubung dengan alat ini.

Diri anda akan terasa benar-benar “hidup” ketika telah terkoneksi dengan alat ini. “Tang..ting…”, sinyal akan aktif semua. Melalui “hotspot” ini, anda mampu membawa sesuatu yang jauh menjadi sangat dekat. “Bahkan lebih dekat dari urat leher” (QS. Qaf: 16). Anda mampu mengakses Tuhan yang entah dimana, menjadi langsung hadir dihadapan, bahkan dalam diri anda. Inilah teknologi spiritual yang dapat membuat anda berbisik-bisik dengan Sosok yang sekalipun Maha Jauh. Kalau perangkat spiritual anda bagus, sudah ter-upgrade ke 4G misalnya, anda malah bisa menatap Wajahnya.

Artinya begini. Anda bisa berhubungan secara “langsung” dengan Allah, kalau tau caranya. Kalau tau teknologinya. Kalau terhubung dengan “hotspot”. Kalau hanya manual melalui hafalan Quran dan ilmu-ilmu syariat semata, anda tidak akan pernah bisa berhubungan “secara langsung” (live) dengan Allah SWT.

Jadi, hotspot itu bukan “perantara”. Melainkan “pembawa sinyal”. Kalau kita terhubung dengan pembawa sinyal, maka akan terhubung secara langsung dengan Allah. Menjadi dekat, bahkan menyatu/akrab dengan Allah.

***

Dalam agama, “pembawa sinyal” ini disebut wasilah (QS. Al-Maidah: 35). Itulah Rasul. Rasul adalah “utusan Tuhan”. Disebut utusan, karena dalam dirinya ada sesuatu yang terutus/dibawa dari Tuhan. Itulah “sinyal-sinyal” ketuhanan. Sinyal-sinyal ketuhanan adalah (wujud/ruh/tiupan) Tuhan itu sendiri. Rasul adalah “pembawa sinyal” (wasilah carier).

Makanya, antara Allah dan Muhammad SAW, itu ‘satu’ (ahad). Tidak bisa dipisahkan. Allah adalah Tuhan. Muhammad SAW adalah pembawa gelombang ketuhanan. Ada Allah pada Muhammad SAW. “Ana Ahmad bi-la mim”, kata Beliau. Aku Ahmad tanpa huruf mim (aku adalah “Ahad”, aku adalah hotspot untuk mengakses yang Ahad, aku adalah pintu menuju Tuhan yang Esa).

Jadi, Rasul itu lahiriahnya memang “makhluk basyar” (physical device). Tapi Ruhani mereka merupakan jaringan internet dari Allah SWT. Wujud fisik mereka hanyalah sebagai “wasilah carier” (hotspot, pembawa sinyal) yang dipasang Tuhan pada setiap zaman dan lokal kaum tertentu. Karena ini dunia ruh dan sinyal, maka gelombang ruhaniah mereka dapat diakses secara wireless untuk dijadikan sebagai “cahaya” (burak) dalam perjalanan pulang pergi menuju Allah SWT. Ini biasa disebut sebagai “metode penggabungan ruhani”.

Karena itu, Rasul dibutuhkan bukan sebagai perantara menuju Tuhan. Melainkan sebagai “hotspot” (sebagai wali, jalan, penolong atau cahaya) bagi kita untuk terkoneksi dengan Allah. Karena itu, wasilah disebut juga sebagai “jalan”. Dekati mereka, maka akan terbuka jalan menuju Allah SWT. Makanya tidak usah banyak sekali bergaya, memakai serban, memanjangkan jenggot, pura-pura khusyuk, dan sebagainya. Bersholawatlah. Tanpa pertolongan mereka, kita tidak akan sampai kepada Allah.

***

Agama adalah “jalan” menuju Tuhan. Carilah “jalan” (wasilah, hotspot) itu. Hanya dengan itu kita bisa berhubungan dengan Allah. Rasul, dalam artian Muhammad bin Abdillah, memang sudah tiada. Tapi, perangkat “hotspot” (unsur-unsur wasilah) yang ia miliki, masih terus diwarisi dari satu generasi ke generasi lainnya. Rasul meninggalkan pusaka tidak hanya Quran tertulis. Melainkan juga hotspot-hotspot “hidup”; manusia-manusia suci, wali-wali tempat kita dapat mengakses langit-Nya.

Karena itu, yang disebut “waris nabi” (warasatul anbiya) adalah orang-orang yang membawa gelombang ketuhanan ini. Mereka inilah “tali Allah” (QS. Aali Imran: 103), jalur transmisi sinyal-sinyal ketuhanan di muka bumi. Tugas kita adalah mengambil ijazah, membangun mahabbah, memperkuat koneksi/tali ikatan (rabithah, QS. Aali Imran: 200) dengan mereka. Dengan Nabi dan Keluarganya. Dengan para ulama yang waliyammursyida (QS. Al-Kahfi: 17). Maka otomatis akan membawa kita secara ruhaniah dekat dan tersambung dengan Allah.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

#powered by SUFIMUDA
___________________
FOLLOW US
:
SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
saidmuniruddin.com
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
TikTok:
tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Twittertwitter.com/saidmuniruddin
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

7 thoughts on ““SPIRITUAL HOTSPOT”

  1. Logical thingking yang menarik. Karena Rasul yang disebut adalah Muhammad SAW yang sudah wafat, artinya bisa dikatakan logika berfikir penulis mengatakan hotspot nya off, artinya, karena hotspotnya sudah off maka manusia tidak akan bisa terkoneksi dengan Allah melalui Hostpot tersebut dong. Karena Allah adalah Yang Maha Menghidupkan maka secara logik DIA akan mengaktfikan hotspot baru 🙂 hotspot yang hidup 🙂

Comments are closed.

Next Post

BINTANG ARASY DI BUKITTINGGI: SATE PASAMAN, TEH TALUA DAN ANTUSIASME PESERTA

Sun Feb 12 , 2023
“Jurnal […]

Kajian Lainnya