BINTANG ARASY DI BUKITTINGGI: SATE PASAMAN, TEH TALUA DAN ANTUSIASME PESERTA

“Jurnal Suficademic” | Artikel No. 14 | Februari 2023

BINTANG ARASY DI BUKITTINGGI: SATE PASAMAN, TEH TALUA DAN ANTUSIASME PESERTA
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Jumat, 10/02/2023. Setelah delay 1 jam di Kualanamu, Wings Air 2239 akhirnya mendarat di Minangkabau Air Port. Waktu sudah sekitar pukul 5 sore. Perut terasa lapar. Rasyid, Icha dan Yuni; tiga mahasiswa UIN dari Bukittinggi yang datang menjemput, menawarkan menu istimewa di restoran Lamun Ombak, Padang Pariaman.

Menikmati Nasi Padang di Restoran Lamun Ombak bersama para mahasiswa UIN Bukittinggi; Rasyid, Icha dan Yuni

Perjalanan dari Bandara ke Bukittinggi menempuh waktu sekitar 3 jam. Jalan menuju ke kota sejuk yang menjadi salah satu pusat wisata di Sumatera Barat itu memang agak sempit. Mungkin perlu jalan tol dari Padang untuk memudahkan akses ke sana.


Mobil dinas Sekda yang membawa kami akhirnya sampai ditujuan menjelang jam 10 malam. Hanya beristirahat beberapa menit, panitia sudah mengarahkan kami ke forum training Intermediate Training nasional HMI. Acara dibuat di rumah Walikota Bukittinggi, H. Erman Safar SH. Alumni Bandung ini juga baru terpilih sebagai Presidium MD KAHMI Bukittinggi. Selama training berlangsung, Walikota tidak berada di tempat. Ia pergi umrah dan menyerahkan fasilitas rumah untuk digunakan oleh rakyatnya.

Rumah Dinas Walikota Bukittinggi

Lebih dari 50 peserta yang hadir dari berbagai pulau dari seluruh Indonesia sudah menunggu mereka luar biasa. Kajian “Bintang ‘Arasy” masih menarik minat para kader hijau hitam. Mereka terhipnotis dengan materi ideologi dan keislaman yang kami sampaikan dengan pendekatan berbeda. Sepanjang waktu kami berdebat, berdiskusi, melakukan brainstorming, menguji teori dan meretas nilai-nilai filosofis-gnostik yang menjadi tujuan himpunan. Berbagai simulasi seperti shalawat, doa, zikir dan tarian ikut memecahkan kedinginan malam di forum itu.

Intermediate Training, Bukittinggi (Jumat, 10/02/2023)

Tidak terasa, sudah pukul 1 dini hari. Sisa malam kami habiskan di tugu Polwan. Sambil menikmati pedasnya Sate Pariaman dengan bumbu khas warna coklat. Sate pedas memang cocok dinikmati di kota yang sejuk, sambil mengipas-ngipas lidah. Tugu Polwan didirikan sebagai monumen untuk mengenang kota Bukittinggi sebagai tempat lahirnya Polwan di Indonesia. Untuk itu, Polres di kota ini cocoknya dipimpin secara terus menerus oleh para Polwan.

Menghangatkan tubuh dengan Teh Talua dan Sate Pariaman, bersama Ketum HMI Cabang Bukittinggi, Aryanda Putra, dan para pengurusnya

Malam yang dingin terasa semakin hangat, setelah disajikan segelas “Teh Talua” super lezat (teh telur khas lokal). Disini kami berdiskusi panjang lebar dengan Ketum HMI Cabang, Aryanda Putra, ditemani sejumlah stafnya dari UIN Sjech M. Djamil Djambek.

Pulang kepenginapan, hanya sempat beristirahat 1 jam. Pukul 4 subuh sudah dibangunkan. Kami kembali berangkat ke Bandara.

Namun perjalanan pada Sabtu pagi itu tidak mudah. Di tengah perjalanan, di kelok Semen Padang, Padang Panjang ada kecelakaan. Sepertinya ada mobil yang masuk jurang. Menyebabkan arus dari dan ke Bukittinggi terhenti.

Diprediksi, macetnya akan lama. Akhirnya, Rasyid yang menyupiri mobil Innova kami memilih untuk mencari jalur alternatif melalui bukit, gunung dan perkampungan. Sesekali ia melihat Googlemap agar tidak salah jalan.

Waktu memang sangat sempit. Jika tidak ada kejadian apapun di jalan, kemungkinan akan sampai tepat waktu di bandara. Tapi, karena harus memutar mencari jalur alternatif, kini waktu menjadi sangat kritis. Rasyid mengebut mobil sangat kencang, bahkan di jalanan yang berkelok. Ibadah Subuh pun kami lakukan secara darurat, sambil bertayamum di kendaraan.

“Cepat pak, kalau bisa lari. Bapak diberi waktu 5 menit untuk sudah tiba dalam pesawat. Cuma bapak satu lagi penumpang yang sedang ditunggu”, kata petugas Check-in. Saya berlari. Sepanjang itu pula saya mendengar pengumuman di bandara, “Perhatian.. perhatian, sekali lagi kami panggilkan Bapak Said Muniruddin, untuk segera masuk ke pesawat…..”.

Benar. Begitu kami masuk, pintu pesawat ditutup. Pesawat Super Air Jet 817 pun segera lepas landas. Tapi bukan ke Medan, yang harusnya lebih dekat. Melainkan ke Jakarta. Dari Jakarta ganti pesawat ke Aceh. Memang, rute penerbangan terkadang sangat membingungkan. Tapi itulah skedul yang tersedia.

Terima kasih kepada adik-adik panitia, khususnya Wirda Afriani, yang sudah memfasilitasi kami untuk bersilaturahmi dan menyampaikan materi “spiritual leadership” di kota yang sangat indah, Bukittinggi. Sampai bertemu lagi di lain waktu!

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

[Tim Suficademic-News].*****
___________________
FOLLOW US
:
SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
saidmuniruddin.com
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
TikTok:
 tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Twittertwitter.com/saidmuniruddin
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

Next Post

"ADAB", ILMU YANG MELAHIRKAN MALAIKAT

Mon Feb 13 , 2023
“Jurnal […]

Kajian Lainnya