“PSEUDO-TAUHID”: MEMBONGKAR KEPALSUAN AGAMA

“Jurnal Suficademic” | Artikel No. 16 | Februari 2023

“PSEUDO-TAUHID”: MEMBONGKAR KEPALSUAN AGAMA
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Apakah tauhid itu membebaskan?

Secara teoritis, iya. Secara praktis, anda bisa lihat realitas yang ada.

Misalnya, sebutlah Saudi Arabia. Negara ini dipayungi oleh aliran keagamaan yang selalu mengusung isu-isu “purifikasi tauhid”. Tidak kita temukan ada negara lain, selain Saudi, yang para imam dan ahli hadisnya selalu menekankan kemurnian tauhid.

Mereka gencar melakukan perlawanan terhadap segala perilaku bid’ah yang dianggap mengganggu keaslian tauhid. Negara ini pulalah yang memproduksi kembali dalil-dalil dan mungkin juga praktik-praktik yang dipercaya sebagai murni bertauhid.

Tapi, anehnya, negara ini pula yang menjadi partner utama para cowboy barat (US cs) yang datang melalui kapal induk dan pesawat-pesawat canggihnya, untuk membantai dan memporak-porandakan dunia, Timur Tengah dan sekitarnya. Irak, Suriah, Afghanistan; semua luluh lantak oleh para salibis moderen. Jutaan tewas. Sisanya menjadi miskin dan susah.

Saudi, dan sejumlah negara Arab lain, menjadi pangkalan untuk berbagai operasi pembantaian dan uji coba senjata negara adidaya. Arab Saudi yang kasih makan mereka. Arab Saudi pula yang menjadi partner strategis Israel, musuh utama, kanker ganas di jantung dunia muslim. Arab Saudi pula yang mendukung Yerussalem sebagai ibukota bagi zionisme. Pada saat anggaran US habis untuk memperkuat sistem pertahanan negara zionis itu, Arab Saudi justru tidak mengirim satu pelurupun untuk membantu para pejuang Palestina, untuk membebaskan Masjidil Aqsha.

Kenapa negara yang paling banyak memproduksi ulama dan ceramah-ceramah tauhid, justru tidak mampu membebaskan diri dari setan-setan ini? Bahkan kini sedang meretas jalan untuk melakukan normalisasi lebih mendalam dengan para penghisap darah ini. Kenapa negara yang berbendera Kalimah Tauhid dan pedang itu takut untuk mengatakan “tidak” kepada Israel dan Amerika? Bahkan negara ini sedang mengarah kepada visi hedonisme dan hura-hura para penguasanya, melalui liberalisasi ekonomi 2030-nya. Dimana letak tauhid yang selalu diceramahi mereka? Untuk siapa tauhid itu diceramahinya?

Saudara-saudara sekalian, tauhid itu kekuatan yang membebaskan. Selama itu tidak membebaskan, itu bukan tauhid. Itu “pseudo-tauhid”. Tauhid palsu.

Selama masih ada ketakutan, tidak berani melakukan perlawanan terhadap musuh-musuh Tuhan, itu bukan murni tauhid. Selama masih tunduk dan berkolaborasi dengan kekuatan setan, walau anda hafal 30 juz Qur’an, itu bukan tauhid.

Jangan tertipu dengan iblis. Iblis mengaku dirinya sangat bertauhid. Lidah iblis sangat sering, bahkan basah karena selalu menyebut nama Tuhan. Iblis memiliki 1001 macam dalil tentang ketauhidan. Tapi, tauhidnya tidak membebaskan.

Iblis, tauhidnya hanya di ritual dan ucapan. Tidak pada gerakan sosial yang membebaskan. Iblis, itu makhluk yang saleh secara individual. Tidak secara sosial. Iblis itu sangat beragama, tapi digunakan hanya untuk menciptakan kenyamanan bagi dirinya. Bukan untuk mematahkan kekuatan-kekuatan kapitalistik yang berbahaya. Bukan untuk mensejahterakan dunia.

Kita semua makhluk bertauhid. Sudah pasti. Semua percaya Tuhan. Hanya saja, jenis tauhidnya yang perlu diperiksa. Apakah tauhidnya para nabi yang membebaskan kita dari penjajahan. Ataukah tauhid iblis, yang berkompromi dengan kejahatan. Yang menggadaikan tauhid untuk “kepentingan nasional”.

Kita semua adalah gambaran dari negara Saudi. Meskipun disitu ada Kakbah, ada Masjidil Haram dan Masjid Nabawi; belum tentu ada Tuhannya. Belum tentu ada nabinya. Belum tentu ada penggerak sosialnya. Belum tentu ada pejuang pembebasnya. Kita semua punya kalbu, tapi belum tentu ada sinyal ketuhanannya. Belum tentu ada powernya.

Beragama tapi tidak membebaskan kita dari berbagai keburukan, baik yang ada dalam diri maupun di luar kita, itu “pseudo-tauhid”. Berislam tapi tidak membawa kepada keadilan, kemakmuran dan kemajuan, itu “pseudo-tauhid”. Islam itu tauhid atau Tuhan. Sebuah kekuatan pembebas, yang membawa manusia, dari gelap kepada cahaya. Selama kita tidak menemukan kekuatan yang murni itu, kita akan bertuhan (bertauhid) dalam aneka khurafat dan hayalan. Yang tidak akan pernah membebaskan, dan semakin menjadikan kita sebagai pecundang.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

#powered by SUFIMUDA
___________________
FOLLOW US
:
SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
saidmuniruddin.com
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
TikTok:
tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Twittertwitter.com/saidmuniruddin
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

Next Post

HIDUP YANG PENUH RINTANGAN, AZAB ATAU UJIAN?

Fri Feb 17 , 2023
“Jurnal […]

Kajian Lainnya