“QUANTUM TELEPORTATION”: TEKNOLOGI ISRAK MIKRAJ

“Jurnal Suficademic” | Artikel No. 18 | Februari 2023

QUANTUM TELEPORTATION “: TEKNOLOGI ISRAK MIKRAJ
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Kita ini secara instan bisa berada dimana-mana. Tidak percaya?

Contoh, coba tutup mata. Lalu bayangkan Anda sedang berada di suatu tempat yang penuh es di Kutub Utara. Lalu bayangkan lagi, Anda sedang berada di sebuah kota di Amerika. Terus, bayangkan, Anda berada di suatu titik padang pasir di Arab sana. Lalu bayangkan lagi sedang berada di daerah tertentu di Eropa, Australia, dan sebagainya.

Artinya, kalau mata fisik tertutup, Anda punya kemampuan untuk berada dimana-mana. Ada ‘mata’ (kesadaran) lain yang dapat membuat Anda berpindah tempat. Begitulah kira-kira nanti kalau mata kita sudah “tertutup” (mati), barulah (ruh) kita akan mampu berjalan kemana-mana.

Ok. Mungkin Anda tidak setuju, bahwa saat menutup mata lalu Anda berada ditempat lain. Anda akan menganggap itu sebagai hayalan. Itu cuma imajinasi. Itu hanya permainan mental belaka. Itu tidak benar-benar terjadi. Sebab, fisik Anda tidak benar-benar berada ditempat yang anda bayangkan itu.

Iya, benar. Fisik Anda tidak ikut serta bersama imajinasi. Sebab, imajinasi Anda masih lemah. Kalau imajinasi sudah kuat, fisik Anda juga akan ikut. Kalau Anda mampu menerbangkan imajinasi Anda ke suatu titik dimuka bumi, fisik Anda akan terbang kesana. Ini seperti membangun “visi” yang kuat dan itu bisa menjadi kenyataan.

Ini juga serupa dengan proses “teleportasi” yang kita nonton di film-film fiksi ilmiah (science fiction). Bayangkan, kalau pemindahan materi dari satu titik ke titik lain itu benar-benar ada; maka itu salah satunya adalah peristiwa “Israk Mikraj”.

Nabi kita sudah mampu menerbangkan (memindahkan) seluruh kesadarannya ke tempat-tempat yang Beliau inginkan. Kalau kesadarannya bisa bergerak ke Baitul Maqdis, maka fisiknya juga bisa ikut serta. Mungkin teknologi “teleportasi” ini juga yang digunakan oleh jin dan orang saleh pada masa Sulaiman untuk memindahkan sebuah objek singgasana milik Ratu Bilqis dalam “sekejap mata”, bahkan lebih cepat dari itu (QS. An-Naml: 38-40):

قَالَ يٰٓاَيُّهَا الْمَلَؤُا اَيُّكُمْ يَأْتِيْنِيْ بِعَرْشِهَا قَبْلَ اَنْ يَّأْتُوْنِيْ مُسْلِمِيْنَ [38] قَالَ عِفْرِيْتٌ مِّنَ الْجِنِّ اَنَا۠ اٰتِيْكَ بِهٖ قَبْلَ اَنْ تَقُوْمَ مِنْ مَّقَامِكَۚ وَاِنِّيْ عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ اَمِيْنٌ [39] قَالَ الَّذِيْ عِنْدَهٗ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتٰبِ اَنَا۠ اٰتِيْكَ بِهٖ قَبْلَ اَنْ يَّرْتَدَّ اِلَيْكَ طَرْفُكَۗ فَلَمَّا رَاٰهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهٗ قَالَ هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْۗ لِيَبْلُوَنِيْٓ ءَاَشْكُرُ اَمْ اَكْفُرُۗ وَمَنْ شَكَرَ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ [40]

[38] Dia (Sulaiman) berkata, “Wahai para pembesar, siapakah di antara kamu yang sanggup membawakanku singgasananya sebelum mereka datang menyerahkan diri?”

[39] Ifrit dari golongan jin berkata, “Akulah yang akan membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari singgasanamu. Sesungguhnya aku benar-benar kuat lagi dapat dipercaya.”

[40] Seorang yang mempunyai ilmu dari al-kitab berkata, “Aku akan mendatangimu dengan membawa (singgasana) itu sebelum matamu berkedip.” Ketika dia (Sulaiman) melihat (singgasana) itu ada di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau berbuat kufur. Siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Siapa yang berbuat kufur, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.”

Teknologi yang sama sepertinya juga ditiru oleh paranormal, untuk melakukan proses transfer sebuah objek, dari satu tempat ke tempat lain melalui perubahan energi. Seringkali yang dikirim adalah jarum, paku dan objek-objek lain ke tubuh seseorang. Secara tradisional ini disebut “santet”. Dalam bahasa Inggris disebut “apport”. Karena motifnya jahat (berdimensi jin), pekerjaan ini terkutuk.

Beda dengan israk mikraj, itu sebuah proses teleportasi diri yang bernilai agung (berdimensi salih). Sebab, akan menjangkau tempat-tempat (stations/maqamat) penuh berkah. Juga akan semakin mengungkap kebesaran akan ayat-ayat Allah. Seperti disinggung dalam Al-Israk ayat 1: “.. dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami..”. Alladzii baaraknaa haulahuu linuriyahuu min aayaatina.

Bagaimanapun, kita harus belajar cara “membawa” (menteleportasi) diri kita kepada-Nya. Kalau tidak, justru iblis yang akan membawa kita kepada mereka.

***

Bagaimana proses teleportasi (israk mikraj) mungkin terjadi?

Begini. Keseluruhan struktur fisik kita -bahkan juga alam semesta, menurut teori fisika quantum, itu tersusun dari “kesadaran cahaya”. Sains moderen mengatakan, fisik kita bukan materi (atom) sebagaimana dipercaya oleh ilmuan klasik (newtonian). Fisik kita, itu kelihatannya saja berbentuk materi. Tapi esensinya adalah partikel cahaya yang “hidup dan bergerak” (quark/photon). Cahaya yang tidak bermasa (massless) inilah yang menyusun struktur proton dan neutron. Bahan baku pembentuk manusia adalah cahaya, yang menyusun atom, seterusnya menjadi molekul, menjadi sel dan memberi bentuk pada wujud jasad setiap Bani Adam.

Wujud fisik kita, itu pancaran cahaya. Kita semua adalah “film” di layar bioskop, yang bergerak dan berbicara, yang lahir dari sorotan cahaya. Karena itu tidak salah kalau kita ini bernilai “fana”, cuma gerak cahaya, tidak sungguh-sungguh ada. Yang riil atau absolut ada adalah wajah/wujud dari cahaya. Gambaran fisik kita akan sirna jika tidak ada cahaya (QS. Ar-Rahman: 26-27).

Jadi, eksistensi dan materialitas kita, itu “tajalli” (manifestasi) dari cahaya yang ada di kedalaman diri kita semua. Pusat cahaya itu, kalau terus diteliti, akan sampai kepada Allah SWT, yang merupakan “Cahaya di atas Cahaya” (QS. An-Nur: 35).

Jika seseorang bisa kembali kepada kesadaran “cahaya” atau kepada wujud “asalnya”, ia akan memperoleh energi luar biasa, yang dalam kalkulasi Einstein dijelaskan dengan E=mc². Cahaya punya kecepatan tinggi untuk berpindah dari satu ruang geografis ke ruang geografis lainnya. Bayangkan, ini bukan sekedar cahaya biasa. Tapi “cahaya” yang punya kesadaran. Cahaya yang mampu berfikir. Cahaya yang dapat melihat.

“Kesadaran kuantumik” inilah yang dilatih Muhammad SAW sejak muda, di sebuah laboratorium spiritual yang kita sebut “Gua Hirak”. Sehingga, pada titik tertentu, ia terurai dari sosok “makhluk jasadi” (bermassa) menjadi “makhluk cahaya”. Makhluk penuh mukjizat (Energi). Ia bisa berpindah, tidak hanya dari satu wilayah spasial ke wilayah spasial lainnya. Karena waktu telah menjadi relatif, ia juga dapat bermigrasi dari satu zaman ke zaman lainnya. Dengan kekuatan ini, kesadaran spiritualnya membumbung tinggi, dapat melihat surga dan neraka. Energi ini membuat Beliau berada di puncak pengetahuan (sidrah muntaha). Pengetahuan itu sendiri sebenarnya hanya “seberkas cahaya”. Dengan ketajaman kesadaran dan penglihatannya ini (kasyaf), ia menjadi saksi atas tindak tanduk umat manusia.

Melalui Cahaya ini, Nabi tidak hanya mampu mengakses ruang-ruang yang ada di bumi (melakukan israk, horizontal journey). Beliau juga dapat mengakses alam dimensional atau “pintu-pintu langit” lainnya (melakukan mikraj, vertical journey). Kekuatan cahaya, selain mampu menembus penjuru “bumi” yang sifatnya material, juga dapat diarahkan ke penjuru “langit” yang berdimensi transendental. Sebab, alam yang berlapis-lapis ini, seperti kata Quran, semuanya gradasi dari Wujud/Cahaya (Tuhan).

Inilah “sultan” (QS. Ar-Rahman: 33), ilmu para nabi dan salihin yang memungkinkan mereka “terbang” sampai ke sisi Tuhan. Inilah ilmu cahaya. Ilmu menghilang. An inner, spaceless journey. Sebuah teknologi spiritual.

Dalam dunia saintifik, teknologi ini disebut “quantum teleportation“: an instant journey, a travel without crossing any intervening space. Teleportasi adalah pengalihan materi dari satu titik ke titik lain, tanpa melewati jarak antara kedua titik. Ilmu ini diadopsi dalam film-film sci-fi, semacam “Star Trek”, untuk mensimulasikan space-based teleportation. Sampai saat ini, teori “teleportation kuantum” masih dianggap sebagai sesuatu yang mungkin terjadi. Para ahli masih berfikir keras bagaimana cara mewujudkannya. Tapi, secara sufistik, Alquran surah Israk ayat 1 menerangkan, bahwa ini sudah pernah diuji.

Jadi, dalam diri manusia, itu ada “organisme” yang hidup dan berkesadaran. Itulah Ruh, Cahaya. Ruh lebih tua dari usia fisik. Artinya, fisik itu wujud yang muncul setelah adanya Ruh. Fisik punya kemampuan terbatas, tidak mampu menembus ruang dan waktu. Ruh bisa. Bahkan abadi. Setelah fisik mati, Ruh masih harus melakukan perjalanan sampai kepada waktu tidak terhingga.

Tapi, kalau Ruh sejak awal tidak dilatih untuk terbang menjumpai Tuhan, khawatir kita, saat fisik mati, Ruh menjadi bodoh dan “gentayangan”. Maksudnya, Ruh juga harus didewasakan. Harus dicerdaskan sejak awal untuk melakukan salik (perjalanan) menuju Tuhan.

Muhammad SAW, juga semua nabi, itu sejak di dunia sudah mampu bertemu Tuhan. Tidak menunggu mati untuk berjumpa Tuhan. Ruh mereka sejak di bumi sudah mampu membersamai Tuhan. Dengan demikian, saat mati juga akan terus bersama Tuhan. Sebab, Ruh sejak awal sudah bertemu Allah. Kalau meninggal sama saja, Ruh itu otomatis sudah bersama Allah.

Yang kita khawatirkan, kalau sejak hidup di dunia, Ruh kita belum mampu mikraj untuk mengenal Allah, bagaimana saat mati? Bagaimana mungkin ia akan mampu menemui Allah, sesuatu yang sejak di dunia belum dikenalnya?

Perjalanan di akhirat untuk menemukan Allah tentu sangat ribet. Perjalanan di dunia saja, tanpa peta, bisa tersesat kita. Konon lagi akhirat yang maha luas itu. Jalan menuju langit sangatlah rumit. Dimana kita akan mencari Allah? Kecuali ada alat navigasi (pembimbing).

Nabi Muhammad SAW sekalipun, saat hidup di dunia, ada yang menuntun untuk menemui Allah. Yang membimbingnya, pertama, adalah “burak”. Itu “kendaraannya”. Burak adalah “cahaya”, kilat (al-barqi), atau kuanta sub-atomik. Biar ceritanya lebih menarik buat anak-anak, Burak digambarkan secara imajinal sebagai “makhluk putih, lebih kecil dari bagal, lebih besar dari keledai”. Lalu kemudian muncul pula gambar singa bersayap, berkepala perempuan. Mungkin gambaran seperti itu lebih mudah dijual kepada orang awam. Sebab, kalau di jaman itu dijelaskan peristiwa mikraj melalui rumus-rumus fisika, bisa gila semua orang saat diajak memahami mistisme Islam.

Burak, itulah kesadaran ruhaniah Muhammad SAW. Itulah wujud murni gelombang elektromagnetik kemanusiaannya. Dengan energi cahaya yang super cepat dalam dirinya itulah beliau memindahkan diri; baik ruhnya, atau sekalian bermutasi bersama jasadnya. Anda bisa melesat ke Baitul Maqdis dengan itu. Ke Mekkah, ke Tokyo, ke Paris; atau kemanapun yang anda suka di bumi ini. Tapi, anda tidak mengandalkan “gelombang rendah” dalam diri anda untuk berjumpa Tuhan di dimensi berbeda.

Untuk itulah, Anda butuh gelombang atau cahaya lebih tinggi. Yaitu, “Cahaya di atas Cahaya”. Anda butuh guide, Mursyid, Rasul atau Jibril. Itulah Cahaya yang dapat mempertemukan Anda dengan Allah. Itulah signifikansi kehadiran para wali/rasul. Wali adalah “penolong” kita untuk berjumpa Allah. Begitu pula dengan rasul, mereka adalah “utusan” Allah. Karena jabatannya sebagai “utusan”, maka mereka pasti tau dimana keberadaan sosok yang mengutusnya (Allah). Mereka pasti punya “kontak” dan berbagai kontak dengan-Nya. Rasul/wali adalah “wasilah”, orang-orang yang sudah duluan berjumpa Allah, dan punya kemampuan membawa umat untuk menjumpai Tuhan yang pernah dijumpainya.

Untuk berjumpa (memakrifati) Allah, Anda harus punya guru berkapasitas wali. Ia tidak hanya membimbing Anda di dunia lahiriah. Tapi juga menjadi tour guide saat Anda menempuh perjalanan ruhani (mikraj) dalam kegelapan “malam”. Mursyid/wali/al-mahdi, itu bukan hanya makhluk fisikal. Tapi ia juga punya wujud di alam gaib. Dialah spiritual leader yang membimbing kesadaran ruhaniah kita sejak di dunia. Juga menjadi pendamping (figur amalan) saat di kubur, di padang mahsyar, sampai berkumpul dengan Rasulullah.

Kaum sufi, itu kelompok-kelompok dalam Islam yang sangat serius menekuni ilmu-ilmu “mikraj” (apport, spiritual teleporting). Sebab, sufi itu kelompok yang sangat berkepentingan berjumpa Allah sejak usia dini. Mereka ingin merasakan “mati sebelum mati”. Ingin ketemu Allah, sebelum benar-benar mati. Ingin terjamin sudah bersama Allah di surga, sebelum kiamat tiba.

Untuk itulah mereka melatih “pensucian diri” (tazkiyatun nafs). Ini digambarkan dengan kalimat Subhanalladzi di awal surah Al-Isra. Yang artinya, “Maha Suci Allah”. Hanya hamba yang jiwanya suci yang akan diperjalankan. Lalu “menutup mata” sehingga suasana menjadi malam, sambil mengamalkan dzikir tertentu. Terus menerus ia bermujahadah dalam kondisi itu, sampai kemudian wujudnya menjadi “halus” seperti cahaya, tersambung dengan Cahaya di atas Cahaya, sehingga bisa berjalan dan ada dimana-mana. Sampai fana dan baqa bersama Allah SWT.

Sufi, sekilas memang terlihat bodoh. Tapi, Maha Suci Allah, mereka merupakan kelompok orang yang paling mampu membangun agama, dari level teori, menjadi teknologi. Dari beragama kepada Tuhan yang tak terjangkau, menjadi sebuah agama dengan Tuhan yang sangat dekat. Semua ini mereka disimulasikan melalui teknologi spiritual, quantum teleportation, atau “mikraj” (QS. Al-Isra’: 1):

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan (menteleportasi) hamba-Nya pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS. Al-Isrā’ [17]:1)

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

#powered by SUFIMUDA
___________________
FOLLOW US
:
SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
saidmuniruddin.com
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
TikTok:
tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Twittertwitter.com/saidmuniruddin
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

2 thoughts on ““QUANTUM TELEPORTATION”: TEKNOLOGI ISRAK MIKRAJ

Comments are closed.

Next Post

SIT, BE STILL, AND LISTEN

Wed Feb 22 , 2023
“Jurnal […]

Kajian Lainnya