“SPIRITUAL BRAINWAVES”: MENATA GELOMBANG YANG BERKESADARAN ILAHI

“Jurnal Suficademic” | Artikel No. 24 | Februari 2023

“SPIRITUAL BRAINWAVES”: MENATA GELOMBANG YANG BERKESADARAN ILAHI
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Pertama akan kita reviu sedikit tentang “gelombang otak” (brainwaves). Nanti akan kita hubungkan bagaimana gelombang ini dapat disimulasikan (re-programing) untuk kesuksesan dan kebahagiaan dalam berbagai aspek kehidupan. Gelombang-gelombang ini berpengaruh dalam membentuk emosi, pemikiran dan perilaku kita. Serta pada akhirnya kita akan membuka sedikit tabir, tentang fungsi para guru spiritual (nabi/imam/wali) yang dihadirkan Tuhan sebagai “pembawa frekuensi” (wasilah) untuk memungkinkan gelombang elektromagnetik otak menangkap berbagai informasi bernilai Ilahiyah dari seluruh jaringan lataif/kalbu, sehingga seseorang dapat mencapai makrifah.

Apa itu Gelombang Otak?

“Gelombang otak” (brainwave) adalah gelombang listrik yang hidup dan berkesadaran, yang ada dalam diri manusia. Manusia sebenarnya bukanlah makhluk fisik. Tapi “makhluk listrik” (makhluk elektromagnetik/makhluk energi). Sesuatu yang lahir pada diri jasadiah kita; baik itu emosi, pemikiran serta perilaku, semuanya adalah wujud dari komunikasi miliaran sel saraf (neuron) di sistem saraf pusat dalam bentuk impuls gelombang listrik. Gelombang otak terjadi pada berbagai frekuensi. Ada yang cepat dan ada yang lambat. Ini dapat diukur dalam siklus per detik atau hertz (Hz). Ditemukan pada 1920 oleh Hans Berger (ahli saraf dari jerman), nama klasik dari pita Elektroensefalografi (EEG) gelombang otak ini adalah Gamma, Beta, Alpha, Theta dan Delta.

Kalau boleh kami ringkas dalam bahasa agama, manusia adalah makhluk sempurna, tajalli (manifestasi) dari sesuatu yang Agung. Manusia adalah makhluk makro (imej, miniatur atau blueprint dari jaringan “otak” semesta Tuhan) dalam bentuk mikro (gerak substansial partikel-partikel energi dalam jaringan subatomik saraf otak kita).

Dalam diri manusia yang sangat kecil itu, telah ditempatkan oleh Tuhan sebuah ‘Arasy, God-spot, atau pusat bersemayamnya kesadaran. Secara fisikal, itu adalah “otak”, yang memiliki jaringan informasi ke seluruh Lauh Mahfudz jasad (pusat muraqabah, kitab catatan/takdir, titik lataif atau qalbu; semua itu adalah “mata batin” atau informan dunia ilahi). Dari interaksi otak dan kalbu inilah lahir akal dan berbagai kesadaran (fuad). Kesadaran-kesadaran inilah yang menentukan, apakah ia akan sukses atau tidak, akan menjadi makhluk terbaik atau tidak.

Karena manusia adalah makhluk energi (gerak hidup dan berkesadaran dari berbagai gelombang cahaya/elektromagnetik), maka jika ingin mengubah nasib, lakukan re-programing pada berbagai tingkatan gelombang ini. Lakukan visualisasi positif terhadap dunia Anda pada level alam kesadaran ruhaniah yang dalam. Perbaiki algoritma hidup Anda di alam “meta”, atau alam arketip imajinal ini. Kalau kata Guru kita Abuya Sufimuda, “Ubah film kalian disana, dari film sedih ke senang, dari film miskin ke kaya”. Sebab, segala tampilan lahiriah kita (sakit, bahagia, gagal atau sukses), itu akibat-akibat yang muncul dari bentuk-bentuk kesadaran subsconsious dan superconscious otak/ruhani.

Kalau Anda membaca teks klasik semacam “Martabat Tujuh” punya Ibnu Arabi, gelombang-gelombang otak ini merupakan wujud manusia sebelum mendhahir dalam rupa fisik. Wujud manusia bergradasi/bertajalli dari dimensi Ahadiyah ke Wahidiyah. Dari wujud ruhani ke wujud materi. Sebenarnya, antara ruh dan materi, semuanya satu. Gelombang-gelombang ini merupakan bagian dari wujud batiniah yang tidak terpisah dari dimensi material manusia.

Berbagai Gelombang Otak

Otak manusia memiliki frekuensi yang berbeda-beda untuk setiap keadaan, seperti pada saat sadar, rileks, tidur ringan, tidur nyenyak, trance, panik, dan sebagainya. Frekuensi otak akan selalu berbeda sesuai kondisi pikiran dan fisik seseorang. Getaran/frekuensi merupakan jumlah gelombang (impulse) per detik dengan satuan Hz (Hertz). Jenis gelombang tersebut, dari frekuensi tertinggi ke rendah, adalah: Gamma (>35 Hz), Beta (12-35 Hz), Alpha (8-12 Hz), Theta (4-8 Hz), dan Delta (1-4 Hz).

Pertama, Gamma – Alam Atas Sadar, Superconscious (>35 Hz). Pada tingkat kesadaran ini, seseorang digambarkan mengalami: genius brainwaves, higher awareness, higher level of consciousness, heightened perception, intense concentration and focus, insight, expanded consciousness, experienced by spiritual guru, mystical and out of body experiences, self awareness, spiritual insight and visionary.

Ini kondisi seseorang dalam keadaan sadar, tapi memiliki pencerahan spiritual yang luar biasa (sudah tersambung dengan “otak Tuhan”, spiritually genius). Karakter damai dan penuh kasih sayang ada pada pemilik gelombang otak level ini. Mereka adalah guru-guru spiritual semacam nabi, imam atau wali. Pada level tinggi (Hypergamma atau Lambda, 100-200 Hz), orang-orang yang berada pada gelombang ini dapat secara supernatural berkomunikasi dengan Tuhannya. Mereka selalu mengalami pengungkapan batin, dan mampu menerima wahyu/ilham dalam bahasa-bahasa yang tinggi. Dalam kondisi sadar mereka menginisiasi mukjizat, kesembuhan dan kejadian-kejadian luar biasa; sesuai kebutuhan.

Untuk mencapai level ini, anda harus kuat berzikir. Setelah “zikir” (Asma/gelombang Ketuhanan) menetap dalam diri, dalam keadaan sadar sekalipun Anda dapat mengalami epifani (penampakan ilahi). Kalau Anda membaca “Power vs. Force” (David R.Hawkins, 2023), dari skala 0-1000, Gamma berada pada level kesadaran 500 ke atas. Dan ini hanya dikuasai oleh spiritual masters atau orang-orang suci. Sebab, untuk masuk ke alam ini harus melalui proses penyucian kesadaran tingkat tinggi. “Tidak ada yang dapat menyentuh informasi/Qur’an/pengetahuan makrifah di alam ini, kecuali oleh orang-orang yang telah disucikan” (QS. Al-Waqiah: 79).

Kedua, Beta – Alam Sadar, Conscious Mind (12-35 Hz). Pada tingkat kesadaran ini, seseorang digambarkan mengalami: alertness, busy, active mind, awake, alert consciousness, thinking, excitement, extremely aware, quitely alert, problem solving, engaging, cognitive processing, concentration, learning, linear thinking, left brain thinking, stress, anxiety, fear, routine job minded, focused, listening, decision making.

Ini kesadaran normal umumnya manusia sehari-hari. Kondisi dimana otaknya terjaga untuk fokus bekerja. Bila otak penuh dengan gelombang Beta untuk waktu lama, seseorang akan mengalami ketegangan dan sulit bersantai. Was-was. Jika muncul terus menerus pada malam hari, kondisi ini bisa membuat Anda sulit tidur, hingga menimbulkan insomnia ataupun migrain. Kebanyakan berfikir membuat Anda lelah dan stress. Sebab, aktifitas intelektual/berfikir kritis itu fungsi otak kiri yang berada pada level ini. Kalau shalat masih membawa gelombang Beta, itu berhaya. Mental dan persepsi Anda akan liar kemana-mana.

Karena itu, shalat disuruh pelan. Kalau terburu-buru akan hadir gelombang was-was (sisi negatif dari Beta). Saat shalat, otak dimatikan, jangan terlalu kritis dan analitis. Jangan terlalu suka mengevaluasi bacaan imam. Apalagi imamnya orang Cina, pasti bacaannya aneh itu. Mengintip-intip kesalahan orang, itu pekerjaan di kesadaran Beta. Kalau tidak khusyuk, walau sah, shalat tetap tertolak (tidak diterima). Karena dianggap “lalai”, atau berada pada gelombang yang salah, sehingga tidak terhubung dengan Allah. Sibuk dengan urusan “dunia” (Beta).

Ketiga, Alpha – Alam Bawah Sadar, Subconscious Mind (8-12 Hz). Pada tingkat kesadaran ini, seseorang digambarkan mengalami: relaxed, light meditation, reflective, restful, physically and mentally awake, awake but drawsy, lucid, calm, not thinking, recharged, mental coordination, creativity and visualization.

Gelombang ini akan muncul ketika seseorang mulai melakukan rileksasi atau meditasi ringan. Dalam kondisi ini, Anda dalam keadaan sadar, tapi santai. Gelombang ini dapat mengurangi stress atau rasa sakit. Untuk menegakkan zikir/shalat, Anda harus memulainya dari level ini. Karena itulah kita disuruh berwudhuk. Sebab, air merupakan elemen yang dapat menurunkan kesadaran Beta ke Alpha. Kalau sedang marah (Beta) juga disuruh segera berwudhuk. Untuk mulai membangun kesadaran Alpha, shalat dibolehkan sambil menutup/memicingkan mata atau meredupkan lampu. Kalau sudah mahir, ketika dilevel Gamma, sambil buka matapun anda bisa khusyuk dan mampu melihat Allah SWT.

Keempat, Theta – Alam Bawah Sadar, Sub-Conscious Mind (4-8 Hz). Pada tingkat kesadaran ini, seseorang digambarkan mengalami: tired, light sleep, dreams, reduced consciousness, creative, fantasy, insight, deep states, deep meditation, deep relaxation, intuition, mental imagery, drowsiness, “auto-pilot” states, flashes of insight and inspirations, high creativity, spontaneous healing.

Kondisi Theta terbentuk saat kita mulai tertidur (deep relaxation), atau zikir sudah mulai mendalam. Saya khawatir, shalat kita sehari-hari sulit mencapai level ini. Rata-rata, kalaupun khusyuk, itu dilevel Alpha. Kalaupun tertidur saat shalat, itupun tidur menghayal. Untuk mencapai level Theta hanya bisa dilakukan dengan zikir dalam waktu relatif lama. Karena itulah, kita disuruh memperbanyak zikir.

Zikir adalah bentuk dari Daim-nya shalat (sholat berketerusan, dalam waktu lama). Zikir dapat membawa Anda ke level awal mukasyafah. Akan muncul insight atau creative visonary (bashirah) dari proses zikir. Banyak kesembuhan terjadi dengan proses zikir yang dibangun di level Theta. Kami aktif menulis, itu juga syafaat setelah mengakses gelombang Theta melalui zikir yang diijazahkan Guru. Bahkan dalam kondisi sadar, sering muncul “mimpi” (ide-ide kreatif) dari alam yang lebih tinggi. Ada bisikan-bisikan yang hadir untuk menuangkan sesuatu. Begitu banyaknya ilham yang masuk, terkadang kebingungan harus menulis yang mana. Seringkali kami menulis apa yang tidak kami tau. Tapi diberitau sepanjang proses menulis, paragraf demi paragraf. Termasuk artikel yang sedang Anda baca ini. Maha Suci Allah!

Kelima, Delta – Alam Tidak Sadar, Unconscious (1-4 Hz). Pada tingkat kesadaran ini, seseorang digambarkan mengalami: deep and dreamless sleep, unconscious, loss of bodily awareness, repair, deep healing state, deep physical relaxation, growth hormone released, access to collective unconscious mind, ecstatic state of consciousness, spiritual insight and out of body and mystical experiences.

Gelombang Delta adalah gelombang otak yang paling lambat dan terjadi saat Anda tertidur pulas, atau meditasi yang sangat lama dan dalam. Kekuatan gelombang ini sangat rendah. Pada kondisi meditatif yang sangat mendalam, itu memungkinkan bagi Anda untuk mengalami “perjalanan ruh” (out of body experiences). Para nabi, seperti Yusuf as, juga sering mendapat wahyu (spiritual insights) melalui mimpi-mimpi kreatif pada gelombang Delta.

Para nabi dan guru-guru spiritual melatih diri untuk berzikir berjam-jam, berhari-hari dan bermalam-malam, untuk mencapai kecerdasan ini. Bahkan bisa mencapai 40 malam tanpa henti (QS. Al-Araf: 142). Ketika zikir sudah menguat dalam diri mereka, untuk mengakses dunia spiritual itu sudah bisa dilakukan dalam keadaan sadar (Gamma), tanpa harus menunggu ketiduran. Kemampuan menguasai gelombang Gamma akan membuat seseorang sukses dan terpilih disisi Tuhan. Doanya makbul. Karena segelombang dengan Allah.

Zikir”, Kunci untuk Menata Gelombang Otak/Ruhani

Saudara-saudara sekalian, dari teori gelombang otak ini kita paham. Bahwa yang paling dibutuhkan oleh seseorang untuk masuk dari Alam Sadar (Beta) ke Alam Bawah Sadar (Alpha, Theta dan Delta) lalu kemudian naik ke Atas Sadar/Supra-rasional (Gamma), adalah kemampuan untuk rileks. Semua agama samawi membawa praktik-praktik spiritual yang serupa. Di dunia barat dan timur lainnya, itu diperoleh lewat meditasi dan teknik-teknik pernapasan (seperti yoga).

Dalam Islam, itu adalah zikir dan juga dengan berbagai ritme nafas. Ada teknik-teknik zikir yang diajarkan Rasulullah dan diwariskan kepada kita melalui para walimursyid, untuk kita mengakses berbagai gelombang yang lebih adem dalam upaya terintegrasi dengan-Nya. Karena itulah para nabi sering berkhalwat (melakukan suluk atau iktikaf) melalui cara-cara yang dapat membuka tabir ke alam gelombang yang lebih tinggi/halus.

Zikir berfungsi secara unik. Zikir dapat membawa kesadaran Anda naik ke level Gamma (higher intuitive, supersadar). Sekaligus dapat membawa Anda turun ke Alfa, Theta, Delta. Miracles (mukjizat) yang dilakukan melalui zikir, itu dapat terjadi baik pada gelombang tinggi (Gamma) ataupun rendah (Alfa, Theta dan Delta). Uniknya, zikir juga dapat dilakukan dalam keadaan sadar (sambil bekerja, pada kondisi Beta), dan itu bisa membuat seseorang mengalami mukasyafah/muraqabah. Zikir membuat Anda naik ke gelombang para wali dan nabi (Atas Sadar, Gamma).

Zikir juga dapat membuat seseorang terus mengalami penurunan gelombang, sampai ia masuk ke alam mimpi. Di alam itu ia juga bisa secara kreatif terhubung dengan Allah. Bahkan pada kondisi Theta, yang diperoleh melalui zikir panjang, seseorang bisa mengalami “fana”, kehilangan kesadaran materialnya. Sehingga mengalami “perjalanan ruh” (mikraj). Puasa yang biasanya menyertai praktik zikir, juga berfungsi untuk itu. Untuk membuat tubuh kita lapar, lelah, tertidur, terasa lebih ringan serta mengurangi kesadaran kritis Beta. Sehingga memungkinkan untuk munculnya pengetahuan intuitif.

Penggunaan bukhur atau asap wangi-wangian dalam ibadah juga bertujuan untuk itu. Untuk merangsang relaksasi otak sehingga mencapai maqam kesadaran otak yang lebih intuitif. Tradisi musik dan menari dalam jamaah sufi juga membantu memperkaya kesadaran gelombang yang kreatif dan imajinatif. Melalui itu, vibrasi ketuhanan dapat dirasakan secara lebih ecstatic pada bentuk-bentuk gelombang yang lebih tenang.

Begitu pentingnya kesadaran intuitif (bawah sadar) dalam beragama. Siang, saat udara terlalu panas ataupun lelah mulai mendera (gelombang negatif dari Beta mulai muncul), kita disunnahkan tidur siang walau sejenak. Tujuannya, agar gelombang otak kembali ke posisi relaks. Waktu diantara Azan dan Iqamah, kalau kita telah melakukan relaksasi selama Azan, itu doanya makbul. Saat Azan kita disuruh diam (meditatif) sambil menyambungkan diri kepada unsur-unsur wasilah (Aati Sayyidina Muhammadanil wasilata wal fadhilah) seraya membaca “mantra-mantra” pengiring Azan. Sama halnya dengan waktu diantara dua khutbah di hari Jum’at. Hampir semua jamaah berada dalam kondisi Theta, antara tertidur dan terjaga. Mungkin karena itu makbul doanya.

Terkadang, shalat Isya bagus untuk diakhirkan. Karena suasana sejuk dan ketenangan lebih mendominasi di akhir malam. Tahajud juga powerful, karena memaksimalkan sisi subconscious Alpha dan Theta dari teduh dan heningnya malam. Gelombang spritual memang kuat kehadirannya di sepertiga malam.

Orang teraniaya juga bisa efektif berdoa. Untuk diterima doa, kita memang harus membangun feeling lemah, papa dan tak berdaya dihadapan Tuhan kita. Karena ada titik dimana terbangun kepasrahan, dan itu membuka hopeless memory (La haula wala quwwata Illa Billah) yang bernilai Theta atau Delta. Apalagi kalau ada sambungan wasilah ke gelombang Gamma dari Rasulullah, itu bisa makbul sekali. Karena itulah dikatakan, doa merupakan senjata orang beriman, doa adalah “otaknya” ibadah (mukkhul ibadah). Iya, kalau cara berdoanya di maqam terbaik dari gelombang otak: Superconscious (Gamma) atau Subconscious (Alpha, Theta dan Delta).

Membaca Qur’an juga sama, agar menjadi mukjizat, harus dilakukan pada level gelombang kesadaran berfrekuensi rendah (Alfa, Theta atau Delta). Hebat sekali kalau bisa dibaca dalam gelombang Gamma, gelombang tinggi tapi berdimensi ukhrawi. Quran itu Kalam Tuhan. Makanya harus dibaca di “alam Tuhan” (subconscious atau supraconscious). Hanya ketika dibaca di level intuitif ini, jin dan setan akan lari. Kalau tidak, justru anda sendiri yang lari.

Sepuluh akhir Ramadhan, itu “itqum minannar”. Kita bisa terlepas dari gelombang panas. Hidup semakin sehat dan bahagia. Sebab, selama 20 hari sudah kita buat badan dan jiwa dalam kondisi lelah. Asupan material telah kita kurangi. Sehingga ada momentum kita mendapat “malam qadar”, dimana gelombang berfrekuensi ilahi seperti Gamma akan muncul. Turun “malaikat” (gelombang-gelombang Delta dan Gamma) yang mampu menghantarkan ibadah kita ke sisi Allah SWT. Disitu bermakna sekali nilai doa dan ibadah, setara dengan 1000 bulan penghambaan.

Israk Mikraj sekalipun digambarkan sebagai perjalanan “malam”, layl (QS. Israk: 1). Malam itu melukiskan kondisi meditatif, tenang, hening, memiliki visualisasi kreatif, berkurangnya kesadaran kritis, loss body awareness, penuh dengan spiritual insight. Pada gelombang-gelombang superconscious inilah Muhammad bisa tembus ke Sidratul Muntaha.

“Tafakkaru fi khalqillah, wala tafakkaru fi Dzatillah” (hadis). Benar, zat Allah tidak bisa diakses melalui gelombang pikir (Beta). Beta digunakan untuk urusan material duniawi (khalqillah). Sementara Dzatillah, itu untuk diakses melalui gelombang-gelombang spiritual yang lebih dalam (Delta dan Gamma). Para nabi berjumpa Tuhan. Tidak melalui potensi pikir. Tapi melalui gelombang rasa (ruh, deep meditation). Perjumpaan dengan Allah, itulah puncak bahagia.

Dalam hadis lain, Nabi SAW berkata: “Surga diisi oleh anak-anak”. Lihat anak-anak, hidupnya penuh tawa. Bahagia terus. Tidak ada beban. Kerjanya tidur. Gelombang otaknya senantiasa di Theta dan Delta, sehingga pertumbuhannya cepat. Karena selalu berada di alam subconscious, anak-anak sering terbuka indera ke enam. Sensitif dan mudah melihat objek-objek astral. Alam ukhrawi hanya bisa diakses melalui gelombang ini. Surga berada pada gelombang ini. Di alam Delta (alam embrio/rahim/ruh) inilah peristiwa “alastu birabbikum” (dialog dan musyahadah dengan Allah) pernah terjadi. Dialog dan pengalaman Musyahadah bisa diulangi lagi, jika kita mampu kembali mengakses gelombang itu (Baca: “Alastu Birabbikum: Alam Dialog dan Penyaksian”).

Anak-anak, kalau meninggal, seberapa pun nakalnya mereka, itu pasti masuk surga. Sebab, semua emosi dan perilaku mereka dikontrol dari subconscious mind. Semua tindakan tidak memiliki unsur dosa kalau dilakukan dalam gelombang bawah sadar ini. Begitu juga dengan para wali yang “majdub/jadab”, perilaku mereka aneh. Tapi tidak berdosa, sebab alamnya subconscious. Orang gila tidak punya dosa, walau nakal sekali. Karena tidak lagi berkesadaran normal di ranah Beta. Beta adalah gelombang tempat semua dosa terjadi.

Ilmu gelombang otak/ruh inilah yang sesungguhnya mampu kembali memajukan dunia Islam. Tokoh-tokoh dunia barat modern yang sukses, sangat peduli pada hal-hal yang bersifat meditatif. Kenapa kita yang beragama justru hidupnya tegang terus?

Islam pernah mengalami puncak pencapaian pengetahuan, baik di Baghdad maupun Andalusia. Itu terjadi karena ilmuannya ahli “zikir”. Para saintis, filsuf dan fuqaha juga menekuni sufisme (irfan/tariqah). Metodologi pencapaian kebenaran sangat canggih. Mereka mampu masuk ke alam kesadaran lebih tinggi untuk memecahkan aneka masalah sekaligus menggali pengetahuan-pengetahuan baru dari sisi Tuhan. Sehingga lahir magnum opus, karya-karya besar yang menjadi rujukan dari timur sampai ke barat. Tuhanlah yang sebenarnya bekerja melalui gelombang kesadaran mereka. Karena rajin mengingat Allah, Allah telah mengingat mereka (QS. Al-Baqarah: 152). Untuk mencapai level diingat oleh Allah, tidak memadai dengan tasbih 33 kali setelah sholat. Anda harus berzikir dalam jumlah tidak terhingga (“sebanyak-banyaknya”).

Menemukan “Wasilah” untuk Memperkuat Gelombang Otak/Ruhani

Secara saintifik terbukti, relaksasi atau meditasi (zikir) dapat membawa perubahan keadaan gelombang dalam diri seseorang. Ketika gelombangnya membaik; emosi, pemikiran dan perilakunya menjadi baik. Hidupnya berubah sukses. Namun, meditasi juga bisa membawa anda ke gelombang-gelombang “aneh” (lower self/ego), kalau tidak ada bimbingan secara khusus. Zikir, itu tujuannya untuk membawa Anda ke gelombang-gelombang ketuhanan (higher self).

Betapa banyak hypnotherapist (bahkan para ustadz) yang mengalami kegagalan hidup. Padahal kerjanya mengobati kekacauan hidup orang. Sebab, setelah mereka sedot berbagai problem orang, mereka tidak tau harus membawa kemana semua sampah dan informasi itu. Karena tidak mampu diserahkan ke Tuhan, semua penyakit tertimbun dalam kesadaran mereka. Sementara, untuk menjangkau Tuhan butuh kesadaran supertinggi.

Sulit masuk ke level Hypergamma atau Lambda (100-200 Hz) yang menjadi wilayah keahlian para kekasih Allah. Tapi itu memungkinkan jika anda punya Jibril (pembimbing ruhani) yang sudah duluan berada pada level Higher Gamma. Ia dapat memberi syafaat dengan membuka gelombang energinya kepada kita, sehingga Allah menjadi terjangkau. Allah merupakan sumber dari mata rantai eksistensi semua gelombang elektromagnetik dalam otak/ruhani.

Kalau Anda punya guru yang isi ruhaninya bersanad ke “gelombang Rasulullah”, melalui metode Rabithah; baik melalui teknik “menghadapkan wajah (spiritual visualization) ataupun penyebutan sebuah Nama (spiritual exclaimation), Anda bisa otomatis masuk ke gelombang Gamma. Sehingga koneksi dengan Allah terjadi secara cepat, tanpa harus berlama-lama melakukan rilaksasi atau meditasi. Kalau punya guru spiritual yang membawa ruhani Gamma para nabi, anda bisa tersambung dengan Allah dalam berbagai kondisi. Dalam gelombang apapun anda berada, apakah sedang di Beta, Alfa, atau Theta; anda bisa langsung secara instan masuk ke Gamma. Tidak peduli; apakah anda sedang berbaring, duduk, berdiri atau berlari; anda bisa seketika tersambung ke gelombang supra-sadar (Gamma).

Itulah fungsi nabi/rasul, atau para pewaris ruhani mereka. Mereka diutus untuk menjadi ‘wasilah’ (Spiritual Hotspot), pembawa gelombang Gamma (supra-rasional) bagi umatnya. Melalui gelombang ini, doa mudah terijabah. Fungsi shalawat sebenarnya juga itu, usaha mengakses gelombang Gamma dalam diri para utusan Tuhan, agar hajat dan doa diterima. Agar semua gelombang elektromagnetik dapat kita kembalikan ke asalnya.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

#powered by SUFIMUDA
___________________
FOLLOW US
:
SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
saidmuniruddin.com
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
TikTok:
tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Twittertwitter.com/saidmuniruddin
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

Next Post

KENAPA ACEH TERUS MISKIN?

Wed Mar 1 , 2023
KENAPA […]

Kajian Lainnya