Articles

“AHSANI TAQWIM, ASFALA SAFILIN”: MANUSIA DALAM DUA WUJUD EKSTRIM

Meskipun “materi” (atom) bukanlah Tuhan, tapi keberadaan “materi” (atom) tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Tuhan. Semua tercipta dalam mata rantai proses yang tersambung kepada Allah. Karenanya dikatakan, “semua ada dalam ilmunya Allah”, “Dia maha meliputi”, “Dia ada dimana-mana”, “kemanapun engkau menghadap, disitu ada Dia”. Semua membawa DNA atau jejak keberadaan-Nya.

Para filsuf dan mistikus menyebut proses penciptaan ini sebagai tahapan manifestasi. Allah terus “bertajalli” (memanifestasikan citra diri-Nya) dalam aneka Rupa. Allah “bertanazzul” (turun) dari satu langit ke langit lainnya. Allah hadir dari satu alam ke alam lainnya. Allah ada secara absolut di segala dimensi, baik mikro atau makro. Dia ada sejak di alam azali (complete silence and loneliness), sampai ke alam multiplisitas (heterogen). Allah itu ada “disana”, juga “disini”. Dia itu transenden, juga imanen. Dia itu Wujud asing yang Ahad, sekaligus Ruh yang menempati qalbu sosok populis, Ahmad. “Ana Ahmad bila mim”, kata Nabi SAW. Allah itu jauh, sekaligus dekat.

Ulasan lain bagaimana Dia menghadirkan/memanifestasikan diri dari dimensi Ahadiyah (ketunggalan mutlak) ke dimensi Wahidiyah (aneka alam dan partikularitas), dapat di baca pada artikel “Tauhid: Dari Ahadiyah ke Wahidiyah”.

Manusia, pada wujud esensialnya, ternyata juga mendapat bagian dari pancaran “cahaya” ini. Pada dimensi kuantumik, manusia adalah “makhluk cahaya”. Saintis moderen sudah menemukan, ternyata, manusia tercipta dari cahaya.

Manusia bukan makhluk materi murni. Manusia adalah makhluk immateri. Apa yang dulu disebut sebagai “Atom” -dan dipercaya sebagai unit terkecil dari materi; ternyata tersusun dari proton dan neutron, yang dikelilingi asap elektron. Ketika diteliti lebih lanjut, ternyata, semua elemen pembentuk atom, itu tersusun dari “quark” (pusaran cahaya).

Rupanya, materi (atom) tercipta dari unsur immateri (cahaya). Dengan kata lain, cahaya (kuark) beremenasi membentuk atom. Atom, karena memiliki unsur cahaya yang secara substantif “berkesadaran” (ruhiy) juga terus bergerak dan beremanasi sampai membentuk wujud “tanah” (sel-sel manusia).

Komentar Anda

%d bloggers like this: