Keinginan Kita vs. Keinginan Tuhan
Saudara-saudara sekalian, itulah kita. Orang-orang penting semua. Begitu banyak kegiatan. Sampai lupa dengan Tuhan. Kita kira, hal baik yang kita kerjakan, itu perintah Tuhan semua. Padahal, sebagian besar adalah nafsu dan keinginan kita. Kebesaran kita. Dunia kita. Seringkali shalat kita, puasa kita, haji kita, sedekah kita, isinya setan semua. Riya’. Ego. Tidak ada Tuhan di dalamnya.
Kita anggap semua pekerjaan baik yang kita lakukan, itu perintah Tuhan. Padahal sudah jelas, Tuhan menginginkan kita meninggalkan semua itu, untuk menjumpai-Nya, di tempat dan pada kegiatan yang memang betul-betul Dia inginkan. Boleh jadi, kegiatan itu tidak terlihat penting. Misalnya, ngopi. Mirip sia-sia pekerjaannya. Tapi, kalai itu memang maunya Dia, bagaimana?
Begitulah. Karena berbagai hal yang kita anggap “baik” menurut persepsi dan dalil yang pernah kita baca, kita lupa mendengar apa kemauan aktual dari Tuhan. Terkadang Tuhan menginginkan kita meninggalkan semua hal-hal yang “terkesan” baik itu, untuk mengerjakan hal lain yang menurut Dia itulah yang sebenarnya baik. Sebab, yang sesungguhnya baik adalah apa yang baik menurut Allah. Bukan menurut pikiran dan perasaan kita.
Makan saat lapar, itu baik. Tapi terkadang Tuhan mengajak kita berpuasa. Maka makan menjadi haram hukumnya. Tidur malam, itu sehat. Tapi, ketika Tuhan memanggil kita untuk bangun; maka tidur menjadi haram hukumnya.
Membangun masjid itu baik. Tapi, kalau Tuhan memanggil kita untuk membangun warung kopi; maka membangun masjid menjadi haram hukumnya. Ini kasus, kalau Anda memang mampu mendengar Allah memanggil untuk membangun warung kopi, pada saat Anda sedang membangun masjid. Kalau tidak, maka jangan bercanda, seolah-olah Anda membangun warkop dan tidak membantu pembangunan masjid dengan alasan itu keinginan Allah.
Dani
Terima kasih.