Articles

“PANGGILAN ALLAH”: MELAMPAUI RUTINITAS IBADAH

Membangun Toleransi/Kearifan

Karena itu, dalam dunia tasawuf atau kenabian, kita dilarang mengukur dan mengevaluasi tindak tanduk nabi. Sebab, tugas lower staf seperti kita, dengan tugas top manajer seperti nabi/imam/wali, itu beda. Beda fleksibilitas dan dinamikanya. Bagi para kekasih (khalifah Allah) ada hukum-hukum khusus dalam bekerja. Ada pola interaksi yang unik dengan Allah; yang berbeda dengan kaum awam. Kita yang awam, kalau bekerja itu masih sepenuhnya mengikuti buku panduan (teks/manual). Nabi atau para pewarisnya, itu sudah lebih banyak mengikuti arahan langsung dari Pimpinan (Allah).

Jangan mengganggap seorang yang shalih telah melanggar hukum Tuhan, ketika terlihat tidak mengikuti SOP yang umum. Jangan menyebut ia zindiq gegara meninggalkan anak dan istri dalam keadaan lapar. Boleh jadi, “keanehannya” (sifat majdub atau dinamika kehidupan mereka) itu bagian dari gerak lain yang sengaja diperintahkan Allah. Untuk itu, dunia tasawuf mengajarkan kita toleransi. Spiritual orang beda-beda. Masing-masing urus apa yang menjadi kewajibannya. Jangan suka mengintip kesalahan/keanehan orang, Allah lebih tau dari Anda. Anda jangan pula membuat anak istri kelaparan (seolah-olah ada izin Tuhan). Ikuti aturan/syariat umum, buat mereka kaya raya dan kenyang.

PENUTUP. Sesekali Anda perlu bertanya, “Sebenarnya apa maunya Tuhan terhadap diri saya, melampaui semua rutinitas yang sedang saya lakukan?”. Lalu cari metode untuk mendengar apa jawaban Tuhan. Momen pertama Anda mendengar apa kata Tuhan untuk diri Anda, sebenarnya itulah momen awal Anda bertuhan. Itulah makrifat, awal dari agama adalah dekat dan komunikatif dengan Allah.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

#powered by SUFIMUDA
___________________
FOLLOW US
:
saidmuniruddin.com, “The Suficademic”

1 Comment

  1. Dani

    Terima kasih.

Komentar Anda

%d bloggers like this: