“HUMAN CONSCIOUSNESS”: MALAIKAT VS. IBLIS

Jurnal Suficademic | Artikel No.49 | April 2023

“HUMAN CONSCIOUSNESS”: MALAIKAT VS. IBLIS
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Suatu ketika, seorang anak kecil dibawa ayahnya ke majelis tauhid. Lalu dia bertanya:

“Ayah, apakah yang memberi ceramah tauhid ini orang baik?”

Si ayah menjawab:

“Nak, bukan cuma malaikat yang meng-Esakan Allah. Iblis juga sangat menyukai isu-isu tauhid”.

Esoknya, si anak dibawa ke sebuah balai agama. Lalu ia kembali bertanya:

“Ayah, apakah mereka yang sedang mengaji Quran ini orang baik semua?”

Si ayah menjawab:

“Nak, bukan cuma malaikat yang pandai mengaji. Iblis juga sangat ahli dalam membaca kitab suci”.

Kemudian, si anak dibawa lagi ke sebuah forum ahli agama. Dia kembali bertanya:

“Ayah, apakah orang-orang berjenggot dan bersurban ini baik semua?”

Si ayah menjawab:

“Nak, bukan hanya malaikat yang cerdas dan bersurban. Iblis pun sangat alim dan berjubah”.

Hari selanjutnya, si anak dibawa ke masjid oleh ayahnya. Dia melihat ramai sekali orang beribadah. Kembali ia bertanya:

“Ayah, apakah mereka yang sedang menyembah Allah ini orang baik semua?”

Si ayah menjawab:

“Nak, bukan cuma malaikat yang sungguh-sungguh menyembah Allah. Iblis juga tidak pernah absen dari ruku’ dan sujud kepada Allah”.

Beberapa waktu kemudian, si anak kembali diajak ke kantor dinas ayahnya. Disitu ia melihat banyak yang sedang bekerja. Si anak penasaran dan kembali bertanya:

“Ayah, apakah yang sedang bekerja ini orang baik semua?

Si ayah menjawab:

“Nak, bukan cuma malaikat yang mengabdi di alam ini. Iblis juga ikut mencari uang berlebih pada berbagai proyek di dunia”.

Beberapa waktu kemudian, si anak dibawa ayahnya ke gedung dewan. Dia melihat para politisi sedang berdiskusi tentang budget dan legislasi untuk mengatur kehidupan masyarakat. Dia bertanya:

“Ayah, apakah orang-orang berdasi yang sedang membahas berbagai aturan dan aspirasi ini baik semua?”

Ayahnya menjawab:

“Nak, bukan cuma malaikat yang memikirkan nasib umat. Iblis juga selalu berjuang atas nama rakyat”.


Malaikat dan iblis adalah makhluk yang penampilan lahiriahnya sama. Sama-sama menyatakan dirinya bertauhid. Sama-sama beribadah dan bekerja. Tapi motivasi dan gelombang kesadarannya berbeda. Begitulah. Antara yang hak dengan yang batil, antara yang baik dengan yang jahat, itu bedanya tipis sekali. Bahkan terlihat sama. Padahal, esensinya beda sekali.

Menurut QS. Asy-Syams ayat 8, dalam diri manusia ada dua gelombang kesadaran yang saling bertarung untuk mengendalikan manusia: fujur vs taqwa. Dalam bahasa Hawkins (2013) disebut force vs power. Fujur (force) adalah bentuk kesadaran yang bernilai rendah dan destruktif. Seperti pride, anger, desire, fear, grief, apathy, guilt and shame. Sedangkan taqwa (power) memiliki gelombang bernilai tinggi dan konstruktif. Seperti courage, neutrality, willingness, acceptance, reason, love, joy, peace and enlightenment.

Ketika level kesadaran turun ke frekuensi “fujur” (skala 20-175), manusia menjadi iblis. Perilakunya memburuk. Jiwanya membusuk. Sebaliknya, ketika naik ke frekuensi “taqwa” (skala di atas 200), manusia perlahan menjadi manusia sempurna. Akhlaknya membaik. Jiwanya mulai bercahaya. Pada skala 500 ke atas, jiwa kenabian mulai aktual (Lihat tabel “The Level of Consciousness” -LoC, di atas).

Manusia adalah Adam; makhluk “surgawi” (spirit/ruh) yang diutus ke dalam dimensi jasadiah bumi. Dalam wujud material ada unsur jiwa (Cahaya). Karena itulah, manusia terlahir dalam keadaan fitrah (suci), sebagai “malaikat” dalam rupa manusia. Karena itu manusia punya naluri untuk beragama dan bekerja. Namun perjalanan dunia berpotensi membuat kesadaran ruhani terdegradasi. Ketika terlibat dalam berbagai perilaku kotor dan koruptif, kita bisa bablas, jadi iblis.

Iblis itu makhluk beragama dan rajin beribadah. Tapi ibadahnya tertolak. Karena gelombang kesadarannya berpenyakit, penuh ego dan benci. Level LoC-nya rendah. Sementara malaikat, semua amal ibadahnya diterima. Sebab, hatinya penuh rasa taqwa (suci/khusyuk). LoC-nya tinggi. Alam semesta, atau Nurun ‘Ala Nurin, hanya menerima gelombang yang murni. Hanya jiwa-jiwa yang suci (nafs muthmainnah) yang akan diteleportasi oleh Ruh semesta ke sisi Allah SWT.

Ketika seseorang terus menerus melakukan proses penyucian diri, gelombang malaikatnya semakin sempurna. Karena itulah perlu jalan tasawuf (irfan/tarikat) supaya seseorang dapat kembali meng up-grade potensi kemanusiaannya ke gelombang Cinta atau taqwa:

وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰىهَاۖ (7) فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ (8) قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ (10)

(7) “Dan demi jiwa serta penyempurnaannya; (8) Lalu Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan (fujur) dan ketakwaannya”; (9) Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya; (10) Sungguh beruntung orang yang menyucikannya(QS. Asy-Syams: 7-10).

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

#powered by SUFIMUDA
___________________
FOLLOW US
:
SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
saidmuniruddin.com
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
TikTok:
tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Twittertwitter.com/saidmuniruddin
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

2 thoughts on ““HUMAN CONSCIOUSNESS”: MALAIKAT VS. IBLIS

Comments are closed.

Next Post

"ALIF LAM MIM": ITULAH KITAB!

Tue Apr 18 , 2023
Jurnal […]

Kajian Lainnya