IDA DAYAK DAN FENOMENA METAMEDIK

Jurnal Suficademic | Artikel No.52 | April 2023

IDA DAYAK DAN FENOMENA METAMEDIK
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Kali ini kami menggunakan istilah “metamedik”. Sebagai padanan untuk metafisika. Jika alam material fisika menjadi basis dunia medik; sebaliknya, metafisika adalah landasan kerja untuk pengobatan metamedik (supramedik).

“Meta” berasal dari bahasa Yunani. Artinya “beyond”, “after” atau “paska” (post- atau ad-). Kata meta memiliki makna lebih komprehensif dalam memandang dunia. Bahwa ada sesuatu yang lebih luas dari alam fisika. Karena berada di atas alam fisika, dan sifatnya “niskala”, maka dunia meta juga disebut dunia transendental.

Bahkan Facebook pun sudah bernama “Meta”. Meta juga berarti “virtual”. Setelah alam fisik, ada “alam ide” yang cerdas dan kreatif (metaverse). Wujudnya ada, tapi halus dalam bentuk algoritma virtual. Alamnya hidup dan canggih, walau bersifat abstrak dalam pandangan mata biasa. Harus ada mata lainnya untuk menjangkau dunia ini.

Alam meta adalah alam esoterik, alam cahaya. Dalam bahasa agama juga disebut sebagai alam ruh atau jiwa. Atau alam “gaib” yang menyelimuti semesta fisik. Agama memandang alam ini lebih tinggi hirarkinya daripada alam fisika. Sebab, alam ini lebih dekat kepada Tuhan. Bahkan perjalanan di alam inilah yang harus ditempuh sebelum sampai kepada Tuhan.

Kalau merujuk kepada teori emanasi Al-Farabi, misalnya, alam meta ini lebih duluan ada daripada alam fisik. Segala sesuatu tercipta dari Allah, “The Meta-Being” (Wujud Dzat). Allah pada awalnya sendiri. Lalu Dia beremanasi. Dari pancarannya lahirlah “Cahaya Pertama” (Nur Muhammad). Cahaya ini mengalami ekspansi sehingga melahirkan alam selanjutnya, termasuk alam ruh atau jiwa.

Jadi, sebelum mendhahir dalam wujud fisik, manusia sudah punya wujud cahaya (ruh/jiwa). Tampilan luar kita adalah makhluk fisik (atom). Tapi, dalamnya adalah ruh/jiwa (cahaya). Kita adalah makhluk fisik yang lahir dari pancaran cahaya. Mirip film di layar bioskop. Kita adalah makhluk di layar semesta, yang muncul akibat emanasi cahaya dari Proyektor Allah SWT (Nurun ‘ala Nurin, QS. An-Nur: 35).

Ruh/jiwa kita juga disebut sebagai “metadata”. Semua data tentang kita, tersimpan dalam jiwa. Suatu ketika, fisik akan mati dan hancur dimakan bumi. Tapi, manusia dalam bentuk metadata abadi. Wujud jiwa inilah yang akan kembali ke Allah. Keseluruhan wujud duniawi kita tersimpan dalam bentuk database metadata (ruh/jiwa). Data-data ini akan kita pertanggung jawabkan di akhirat nanti.

Medik Vs. Metamedik

Jadi, alam terbagi dua: fisik dan metafisik. Mereka yang beragama percaya kepada kedua hal ini. Sementara, kaum agnostik menerima realitas fisika dan menolak objektivitas metafisika (ruh).

Eropa telah mengalami gelombang ateisme sejak abad 17. Sistem pemikiran dan edukasi mereka berusaha menolak hal-hal “gaib”. Karenanya, fokus klinis tertumpu pada pengobatan wujud fisik. Sistem ini menyebar ke seluruh dunia. Karena itu, dokter kita yang berkiblat ke barat hanya percaya kepada “the best scientific evidence from clinical research” (evidenve-based). Di luar itu akan dianggap “klenik”, “perdukunan”, “pengobatan alternatif” dan lain sebagainya.

Tapi 100 tahun belakangan, pemikiran materialistik newtonian sudah berubah. Sejak awal abad 20, keberadaan atom sebagai partikel terkecil dari materi sudah disanggah. Para saintis menemukan, ada unsur lebih kecil yang membentuk proton, newtron dan elektron dari Atom. Unsur itu adalah quanta cahaya. Ternyata, emanasi cahaya yang menyebabkan lahirnya atom.

Artinya, manusia sebagai makhluk fisik (materi), itu hanya akibat dari gelombang cahaya di kedalaman dirinya. Cahaya inipun berlapis. Ketika terus ditelusur lewat zoom mikroskopis, bahkan tidak terlacak lagi wujudnya (total gaib). Manusia, bahkan seluruh alam materi, berasal dari kegaiban (dari dark matter, dark energy, sampai kepada Penyebab Awal itu semua: Dzat Allah).

Jadi, dunia medik hanya bermain pada struktur kasat ontologi fisik, pada wilayah “atomic scale”. Sementara, para guru spiritual terfokus pada “quantumic scale” yang dipercaya sebagai ontologi yang menyusun segala elemen fisik. Dunia klinis barat yang materialistik hanya percaya pada wujud fisik manusia. Manusia adalah makhluk materi (atomic being), dengan segala hukum alam yang menguasainya. Karenanya, mereka dilatih dan terlatih untuk menguasai wilayah kasat inderawi ini (materially empiric).

Maka untuk mengubah struktur fisik, seperti tulang misalnya, harus dioperasi unsur-unsur fisiknya. Untuk meluruskan tulang bengkok, materi tulangnya harus dipatahkan dulu. Pengobatan dan masa kesembuhannya tentu butuh waktu relatif lama. Sebab, mekanisme kerja alam fisika (materi) itu lambat. Obat-obatan juga diberikan sesuai kebutuhan materi tulang. Yang ditangani itu unsur materinya.

Sementara, para pelaku metamedik (umumnya ditemukan dalam dunia sufi dan orang-orang berbakat lainnya), mata “bashirah” mereka terfokus pada kuanta cahaya. Mereka mampu menemukan “crack” lebih dalam daripada level materi. Segala penyakit dan cacat pada level materi, itu bisa diperbaiki pada level cahaya pembentuknya.

Mereka tidak mau memberi “racun farmasi” (obat-obat kimia) untuk “mempengaruhi” cara kerja elemen materi. Mereka percaya, materi itu punya jiwa. Jika jiwa bisa dikomunikasikan untuk memperbaiki dirinya, maka otomatis alam fisik akan kembali sehat. Proses kesembuhan juga sangat cepat. Secepat ini sudah bermain pada kecepatan cahaya. Karena yang disembuhkan memang pada level kuanta cahaya. Makanya sering disebut “ajaib” (karamah/mukjizat).

Manusia, pada level terdalam memang tersusun dari unsur-unsur non-fisik. Mulai dari gelombang elektromagnetik, sampai ke cahaya murni (ruh). Bisa saja sebuah penyakit dapat disembuhkan melalui efek plasebo (sugesti melalui obat palsu dan tipuan harapan). Atau bisa juga melalui penataan kembali “kesadaran diri” (gelombang otak). Ketika brainwave berhasil diperbaiki, fisik dan mental akan sehat kembali.

Gelombang elektromagnetik punya kemampuan kerja lebih cepat dari gerak materi. Artinya, kalau Anda punya kemampuan zikir/meditasi yang baik (dari gelombang Beta ke gelombang Alfa, Theta dan Delta), dalam waktu relatif tidak lama Anda akan sembuh dan segar kembali. Tubuh dapat disembuhkan melalui mekanisme gelombang listrik dalam diri.

BACA: “Spiritual Brainwaves: Menata Gelombang yang Berkesadaran Ilahi”

Ada yang lebih canggih dari gelombang Beta, Alfa, Theta dan Delta. Yaitu gelombang Gamma. Ini gelombang spiritual yang sangat tinggi dan biasanya dimiliki oleh para nabi, sufi, guru-guru spiritual dan orang-orang tertentu. Pada level ini, mereka sudah punya kesadaran untuk berkomunikasi dengan berbagai jenis alam. Mereka sudah bekerja pada level cahaya. Mereka mampu berkomunikasi dengan “malaikat” tertentu (hukum-hukum esoteris yang mengatur alam/sunnatullah). Wujud kesadaran mereka sudah lebur dalam dimensi cahaya dari alam ini. Alam patuh pada mereka. Mereka sudah segelombang dengan alam.

BACA: Mengenal “Malaikat”, Usaha Merekonstruksi Iman ke Level Paripurna

Kalau secara ruhaniah dikatakan, “Hei kanker, pergilah engkau”; maka kankernya bisa hilang seketika. Kalau dikatakan secara batiniah, “Hei tulang bengkok, luruslah engkau”; bisa lurus dalam sekejap itu. Unsur-unsur cahaya yang membentuk struktur tulang akan bekerja secara cepat untuk merestrukturisasi komponen materi. Penggunaan minyak mungkin hanya sebagai pemanis simulasi saja. Tari-tarian hanya sebagai pemantik kesadaran spiritual-kinestetis selama praktik meta atau supra-medik.

Ibu Ida Dayak, terlihat salah satu yang berbakat di bidang metamedik. Namun, karena eksposenya tinggi, tentu lama kelamaan akan menjadi sasaran kritik. Khususnya dari jaringan “kapitalisme medik” (dokter-dokter sekuler dan gurita komersialisasi obat dan rumah sakit). Ketika si ibu ini memilih bekerja secara terbuka dan masuk ke wilayah-wilayah orang untuk menolong tanpa bayar, itu seperti “memukul” sistem kesehatan moderen yang sangat koruptif dan transaksional; yang mewajibkan setoran uang kalau ingin sehat dan sembuh.

Anda bisa membaca buku seperti “The Biology of Beliefs: Unleashing The Power of Consciousness, Matter and Miracles” (Bruce Lipton, 2005) untuk melihat kritik terhadap kapitalisme dunia medik. Sekaligus disana juga digambarkan bentuk-bentuk kecanggihan tersembunyi dari pengobatan “timur” yang sederhana dan penuh kearifan. Mereka bisa mengobati, tanpa harus menyakiti/meracuni tubuh. Tubuh kita sebenarnya bisa mengobati dirinya sendiri, tanpa perlu obat. Dan ini butuh seorang ahli yang berkesadaran spiritual tinggi untuk mensimulasikannya.

Penutup

Saudara-saudara sekalian, tulisan ini tidak untuk merendahkan profesi dokter. Mereka telah bekerja baik dan menolong banyak orang dengan metode evidence-based. Disisi lain, tulisan ini bertujuan mengajak kita semua kembali kepada kesadaran spiritual. Kecuali cacat bawaan dan kecelakaan, hampir semua jenis penyakit yang muncul pada level materi, itu emanasi dari wujud kesadaran jiwa. Kalau jiwa kita busuk (penuh ananiyah/egoistik), membusuk pula tubuh kita. Kotornya pikiran dan kesadaran menyebabkan munculnya penyakit.

Karenanya, agama khususnya lewat jalan sufisme menawarkan program “penyucian jiwa”. Tujuannya, untuk menata kembali gelombang cahaya (ruh) agar kita tetap sehat. Bahkan, kalau jiwa sudah super sehat, seseorang akan dapat merasakan kehadiran Allah SWT. Itulah bahagia.

Pada level mujahadah lebih tinggi, para pengamal zikir mungkin saja terhubung dengan kekuatan-kekuatan malakut (Cahaya) yang lebih halus. Sehingga seseorang bisa memiliki kesadaran spiritual dan energi yang murni untuk menyembuhkan fisik dan qalbu manusia. Orang-orang inilah yang disebut sebagai “rahmatal lil ‘alamin”. Mereka ini mirip-mirip “utusan”, yang dikirim Tuhan untuk menunjukkan berbagai kebesaran-Nya. Keajaiban-keajaiban spiritual ini juga pernah kami tuliskan dalam buku “Karamah Auliya” (Said Muniruddin, 2019).

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

#powered by SUFIMUDA
___________________
FOLLOW US
:
SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
saidmuniruddin.com
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
TikTok:
tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Twittertwitter.com/saidmuniruddin
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

2 thoughts on “IDA DAYAK DAN FENOMENA METAMEDIK

Comments are closed.

Next Post

"RELIGIOUS NETWORKING": BERAGAMA LEWAT JALUR KHUSUS

Sun Apr 23 , 2023
Jurnal […]

Kajian Lainnya