“THE POWER OF KALIMAH”: TAHLIL ITU SENJATA DAN TELEPORTER AMAL

Jurnal Suficademic | Artikel No.55 | April 2023

“THE POWER OF KALIMAH”: TAHLIL ITU SENJATA DAN TELEPORTER AMAL
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Ada satu kalimat tayyibah yang paling populer. Yaitu, “La ilaha illa Allah”. Sering disebut sebagai “Tahlil”. Secara tekstual, ia hanya sebuah kaligrafi biasa. Secara lafadz, ia hanya bacaan sederhana. Pada dimensi eksoteris (lahiriah), tidak ada yang luar biasa dari kalimat ini. Jangankan Anda, Cina yang belum masuk Islam pun bisa membacanya. Yahudi dan kaum Kristiani Arab juga fasih sekali mengeja kalimat ini. Tapi tidak ada efek sama sekali.

Kalimat ini baru akan hidup dan menyala, ketika diisi dengan Ruh (Kalam ‘Ala). Melalui wasilah tertentu, kalimat ini bisa tersambung dengan unsur-unsur esoteris Kitabi yang ada di Lauh Mahfudz. Kalimat ini, sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Fathir 10, ketika dapat disambungkan dengan “Cahaya” Tuhannya, berubah menjadi senjata dan media teleportasi ruhani yang luar biasa.

BACA: “Alif Lam Mim”, Itulah Kitab!

Kalimah Tayyibah sebagai “Senjata”

Kami teringat. Seringkali Guru Sufi berpesan, kalau ada masalah, kerjakan Tahlil. Kalau ada orang jahat sedang mengganggu kalian, lalukan Tahlil. Kalau ada musuh yang berusaha mengganggu zikir-zikir kalian, amalkan Tahlil. Teknik bertahlil ini diajarkan secara khusus dalam tingkatan suluk tertentu, setelah kuat dengan ismu Dzat.

Tahlil ini memang “senjata”. Kalimah inilah yang pernah membuat pedang Ghauras bin Harits, seseorang dari suku Muharib, jatuh seketika dari genggamannya. Kisah ini diuraikan Hakim berdasarkan riwayat dari Jabir:

 الناس في العضاه يستظلون تحتها ، وعلق النبي صلى الله عليه وسلم سلاحه بشجرة ، فجاء أعرابي إلى سيف رسول الله صلى الله عليه وسلم فأخذه فسله ، ثم أقبل على النبي صلى الله عليه وسلم فقال : من يمنعك مني؟ قال : ” الله ” ! قال الأعرابي مرتين أو ثلاثا : من يمنعك مني؟ والنبي صلى الله عليه وسلم يقول : ” الله ” ! قال : فشام الأعرابي السيف ، فدعا النبي صلى الله عليه وسلم أصحابه فأخبرهم خبر الأعرابي ، وهو جالس إلى جنبه ولم يعاقبه – وقال معمر : وكان قتادة يذكر نحو هذا ، وذكر أن قوما من العرب أرادوا أن يفتكوا برسول الله صلى الله عليه وسلم فأرسلوا هذا الأعرابي ، وتأول : ( يا أيها الذين آمنوا اذكروا نعمة الله عليكم إذ هم قوم أن يبسطوا إليكم أيديهم ) الآية . وقصة هذا الأعرابي – وهو غورث بن الحارث – ثابتة في الصحيح

Ghauras berniat jahat untuk membunuh Nabi Muhammad SAW. Nabi SAW tidak melawan. Namun, secara batiniah, Nabi menghantam si pemilik pedang ini dengan Tahlil (dalam hadis disingkat dengan kalimat “Allah”). Si Ghauras seketika goyang. Gemetar dan lemas, tanpa alasan yang jelas. Pedangnya jatuh. Sebuah riwayat mengatakan. Setelah ia menyerah, Nabi menerimanya masuk Islam, sekaligus mengajarkan Kalimah yang telah membuatnya kalah, “La ilaha illa Allah”.

Kisah ini juga dikaitkan dengan turunnya Al-Maidah ayat 11. Disebutkan, ada kaum yang bermaksud menggerakkan tangannya untuk berbuat jahat kepada Muhammad, maka Allah menahan tangan mereka. “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal” (QS. Al-Maidah: 11).

Kalimah “Allah” atau “La ilaha illa Allah”, jika disalurkan dengan metode yang benar, itu bisa menjadi benteng pertahanan. Sebagaimana doa yang diajarkan: “Ya Allah, bentengilah kami dengan Kalimahmu, La ilaha illa Allah”. Bahkan dalam kondisi perang, Kalimah ini bisa menjadi senjata kaum mukmin.

Kita butuh rudal, nuklir dan senjata canggih lainnya. Tapi, bagaimana dengan nasib kaum yang lemah, yang mereka hanya memiliki Allah? Kalimah inilah senjatanya. Betapa banyak kaum muslim disaat lemah, kekurangan senjata dan pasukan, namun mampu memenangkan perang dan membunuh banyak musuh. Sebenarnya bukan mereka yang membunuh. Melainkan Allah, melalui Kalimah. Tanpa itu, kita menjadi buih. Ramai, tapi tidak bertenaga:

فَلَمْ تَقْتُلُوْهُمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ قَتَلَهُمْۖ وَمَا رَمَيْتَ اِذْ رَمَيْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ رَمٰىۚ وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِيْنَ مِنْهُ بَلَاۤءً حَسَنًاۗ اِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

“Maka, (sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah yang membunuh mereka dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, melainkan Allah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) Dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-Anfāl [8]:17)

Sebelum perang, Nabi dan para pengikutnya, secara mistis telah mentahlilkan para musuh untuk binasa. Sehingga dalam proses jihad, turun serta ribuan “malaikat” untuk menghabisi orang-orang jahat (QS. Aali Imran: 123-129).

Karena itu, hati-hati. Jangan mencari perkara dengan ahli zikir, terkhusus dengan wali Allah. Kalau terzalimi, mungkin mereka tidak akan membalas secara langsung. Mereka hanya mengadu kepada Allah lewat tahlilnya. Bisa tenggeng kita. Bisa stroke mendadak kita. Bisa muntah darah seketika. Bisa berhenti bernafas, tanpa perlu riwayat medik yang jelas. Bermusuhan dengan para wali, itu seperti bermusuhan dengan Allah. Kalau seseorang menyatakan perang dengan wali Allah, Allah akan nyatakan perang dengan mereka. Karena itu, jangan suka menzalimi orang. Apalagi orang yang tidak Anda kenal. Doa orang terzalimi, dalam hal ini orang shaleh, itu makbul sekali.

Kalimah Tayyibah sebagai “Teleporter”

Begitupun ketika sudah melakukan berbagai amalan, “tutup dengan Tahlil”, kata Guruu Sufi. Suluk yang dipimpin sang Sufi juga selalu ditutup dengan Tahlil yang bervibrasi tinggi, sebagai cara untuk mengirim semua amalan zikir dan nilai sedekah kepada sang Ilahi. Artinya, Tahlil memang menjadi teleporter semua wujud ruhaniah amalan kita, agar sampai kepada Allah. Kalau kita ada kenduri di rumah, itu biasanya juga ada Tahlil. Tujuannya, agar semua kenduri, doa dan amal shaleh kita diterima atau terhantarkan kepada Allah. Untuk melakukan Tahlil, biasanya kita undang orang-orang. Dengan harapan, ada orang-orang shaleh yang hadir, yang Tahlilnya berpower, sehingga di sambut oleh Allah.

Lebih dalam lagi, seorang Guru Sufi juga bercerita, terkait keberadaan arwah. Suatu ketika Beliau berkata: “Semalam, (ruh) salah satu anak muridku yang baru meninggal hadir kesini, lalu saya Tahlilkan dia”. Tujuan di Tahlilkan adalah untuk membantu ruhnya kembali kepada Allah.

Karena itulah, kita baru sadar, kenapa setiap ada orang meninggal itu ada acara Tahlilan. Itu tidak main-main. Bukan bid’ah itu. Tahlil itu media “teleporter”, alat transportasi ruhaniah. Apalagi yang men-Tahlil-kan si mayat adalah sekelompok orang sholeh. Tentu lebih mudah naik ruhnya. Karena itu kita dianjurkan untuk saling mendoakan. Termasuk kepada saudara-saudara kita yang meninggal. Orang meninggal akan melakukan “safar” arba’in selama 40 hari di alam arwah. Doa dan Tahlil kita akan membantu dia dalam perjalanan kembali kepada Allah.

Terkait dua fungsi Kalimah Tayyibah (sebagai transporter amal dan senjata untuk menghancurkan tipu daya iblis dan setan) diulas dalam Surah Fathir ayat 10:

مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْعِزَّةَ فَلِلّٰهِ الْعِزَّةُ جَمِيْعًاۗ اِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهٗ ۗوَالَّذِيْنَ يَمْكُرُوْنَ السَّيِّاٰتِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ ۗوَمَكْرُ اُولٰۤىِٕكَ هُوَ يَبُوْرُ

“Siapa yang menghendaki kemuliaan (ketahuilah) kemuliaan itu semuanya milik Allah. Kepada-Nyalah akan naik Kalimah Tayyibah dan amal saleh akan diangkat-Nya. Adapun orang-orang yang merencanakan kejahatan akan mendapat azab yang sangat keras dan rencana jahat mereka akan hancur” (QS. Fāṭir [35]:10)

Penutup

Kalimah Tayyibah (i.e. Tahlil) dalam dimensi tertinggi, itu adalah “Kalam Esoteris”, pancaran Cahaya Ilahi itu sendiri. Allah yang Ahad, hakikat azalinya tidak terjangkau. Namun Dia termanifestasi dalam berbagai dimensi Wahidiyah (penampakan ciptaan). Pada awalnya Dia menjelma di alam “antara” dalam wujud Kalimah, dalam wujud Ruh yang belum berdimensi dunia, belum berhuruf dan bersuara. Kalimah Allah, pada dimensi tertinggi ini adalah esensi mukjizati, pancaran langsung dari Dzat-Nya sendiri. “La ilaha illa Allah Kalami, wa huwa Ana”.

BACA: “Tauhid, dari Ahadiyah ke Wahidiyah”

Kalimah Tayyibah ini kemudian didhahirkan oleh Muhammad SAW ke tengah penduduk bumi, dalam bungkusan huruf dan lafadz. Sehingga, kalimat ini memiliki eksistensi baru, yang bisa didengar dan dibaca oleh kaum awam. Tapi, untuk menjangkau hakikat dari Kalimah, kita harus naik ke alam malakut. Di alam metafisis inilah esensi wujudnya berada. Ruh dari teks/kalimat suci, itu ada di alam ruhani. Tanpa kemampuan untuk menjangkau alam ruhaniah, atau tanpa wasilah Ruhaniah, bacaan-bacaan lahiriah kita sulit tembus ke dimensi Ilahiah.

Karena itu, Kalimah tauhid disebut sebagai “kunci surga”. Sebagaimana riwayat dari Mu’adz bin Jabal: “Siapa pun yang akhir kalamnya adalah “La Ilaha Illa Allah”, ia akan langsung diteleportasi ke surga” (HR. Abu Dawud):

مَنْ كَانَ آخِرَ كَلَامِهِ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله دَخَلَ الْجَنَّةَ

Tapi, seorang ahli sufi bernama imam Hasan Bashri (642-728 M) menjelaskan. Ada syarat, ada kewajiban dan hak pada bacaan kalimat ini, untuk dapat membawa seseorang ke surga. Sebab, ini bukan sekedar kalimat “lisan”. Konon lagi, lisan kita rata-rata terkunci semua kalau mau mati. Ini merupakan Kalimah “qalbu”. Mesti ada kehadiran wasilah Ruhani yang memberi power pada kalimat Tahlil. Barulah ia menjadi alat teleportasi ruh ke surga.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

#powered by SUFIMUDA
___________________
FOLLOW US
:
SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
saidmuniruddin.com
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
TikTok:
tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Twittertwitter.com/saidmuniruddin
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

One thought on ““THE POWER OF KALIMAH”: TAHLIL ITU SENJATA DAN TELEPORTER AMAL

Comments are closed.

Next Post

BERBICARA PADA DIMENSI MASING-MASING

Tue May 2 , 2023
Jurnal […]

Kajian Lainnya