MENGUBAH REALITAS DARI ALAM “IDE” (TAFSIR SUFISTIK AR-RA’D: 11)

Jurnal Suficademic | Artikel No.57 | Mei 2023

MENGUBAH REALITAS DARI ALAM “IDE” (TAFSIR SUFISTIK AR-RA’D: 11)
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Plato (427-347 SM) berkata, “reality created by the mind. We can change reality by changing our mind”. Realitas diciptakan oleh pikiran. Kita dapat mengubah realitas dengan cara mengubah pikiran. Dalam bahasa serupa, Quran menyampaikan, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah realitas suatu kaum, sampai mereka mengubah realitas internal jiwa (anfus) mereka” (QS. Ar-Ra’d: 11). Sebagaimana firman-Nya:

لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ

“Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah realitas suatu kaum sampai mereka mengubah realitas internal (diri/jiwa) mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (QS. Ar-Ra‘d [13]: 11)

Realitas “Ide/Jiwa” (Alam Metafisika) Mendahului “Materi” (Alam Fisika)

Proses penciptaan sesuatu dimulai dari “ide”. Ketika kita menulis, melukis, merangkai atau menciptakan sesuatu; itu diawali dari ide. Kejadian makhluk di alam ini juga begitu. Segala sesuatu tercipta, setelah sebelumnya ada dalam ide Tuhan. “Ide” merupakan ilmunya Tuhan. Segala realitas eksternal, apa yang nampak atau tidak nampak secara fisik, itu sudah duluan ada secara potensial dalam pikiran, atau idealisme Tuhan.

Filsafat “idealisme” ini diperkenalkan oleh Plato (427-347 SM). Menurutnya, ide lebih tinggi nilainya dari wujud kebendaan atau materi. Melalui pemikiran ini, ia ingin membuktikan keberadaan alam metafisika, termasuk Tuhan, sebagai asal usul semua benda di semesta fisik. Pikiran (mind), roh (soul) dan jiwa (spirit) adalah alam yang terkesan abstrak, tapi nilainya absolut.

Kesatuan Realitas, Fisika (Eksternal) dan Metafisika (Internal)

Masih terkait dengan pemikiran idealisme, wujud atau realitas, itu ada dua. Wujud internal dan wujud eksternal. Wujud internal adalah ide, yang mendahului wujud eksternal. Sebelum sesuatu aktual di alam luaran, itu harus terlebih dahulu terbentuk di alam ide.

Alam semesta ini adalah wujud luar dari ide-ide Tuhan. Makhluk adalah wujud dhahir dari sisi batiniah dari keilmuan Tuhan. Alam kejadian adalah pancaran dari wujud ide-ide kreatif Tuhan.

Antara ide dan produk, itu sebenarnya menyatu. Ide adalah softwarenya. Produk merupakan hardwarenya. Karya cipta merupakan pengejawantahan dari ide. Tidak ada jarak yang memisahkan antara inovasi dengan ide. Inovasi adalah bentuk fisik, sedangkan ide adalah ruhnya. Si ide sudah masuk dan menyatu dalam wujud si materi.

Artinya, antara alam dunia (materi) dengan akhirat (spiritual), itu menyatu. Antara (ide) Tuhan yang batiniah dengan makhluk, itu manunggal, “lebih dekat dari urat leher”. Segala sesuatu, Yin dengan Yang, itu Ahad. Alam Ahadiyah yang maha misteri, dengan penampakan Wahidiyah-nya, itu hakikatnya satu.

Antara subjek dengan objek pengetahuan, itu tunggal. Mulla Sadra (1572-1640 M) dalam filsafatnya menyebut ini sebagai “ittihad al-‘aqil wa al-ma’qul”. Antara subjek yang mengetahui (‘aqil) dengan objek pengetahuan (ma’qul), itu wujudnya satu. Antara kita sebagai realitas kejadian, dengan ide-ide internal yang membuat kita berubah, itu satu. Lebih tinggi lagi, antara si Pembuat karya (Allah) dengan segala karya-Nya, itu tidak berjarak (imanen). Antara jiwa dengan materi, itu menyatu. Antara “diri yang halus” (ruh/jiwa), dengan “diri kasar” (fisikal appearance) itu menyatu.

Membuat Perubahan dari berbagai “Alam Ide” (Jiwa/Ruh)

Karena itu, kalau ingin memperbaiki wujud eksternal dari diri, perbaikilah wujud internalnya. Nasib kita di dunia ini sangat ditentukan oleh alam “ide”. Sesuai hirarki wujud, “ide” inipun ada dua makna. Dalam makna “mikro” dan “makro”.

Ide “mikro” adalah pikiran sederhana kita (thought). Kalau kita memiliki positif thinking (husnuzhan) tentang sesuatu, maka vibrasi kejadian akan berbeda. Alam akan membaik jika seseorang punya cara berfikir positif. Berburuk sangka, curiga, apatis; merupakan beberapa model “ide” yang destruktif. Kalau ini tidak diperbaiki, hidup kita pelan-pelan akan tenggelam dalam berbagai penyakit dan kegagalan.

Ide “mikro” adalah gelombang-gelombang elektromagnetik yang membentuk kesadaran di alam fisikal kita. Kalau electromagnetic waves seperti Beta, Alfa, Delta dan Theta bisa ditata, otomatis kehidupan kita akan lebih sukses dan bahagia. Jadi, bermain pada level material gelombang pun, manusia bisa berubah menjadi lebih baik.

Tapi ada yang lebih tinggi dari gelombang ide-ide “mikro” alam sadar dan bawah sadar tersebut. Alami ini disebut sebagai alam atas sadar, ide “makro” atau Ruh. Boleh saja kita sebut sebagai gelombang Gamma. Ide “makro” adalah jiwa/ruh manusia pada level semesta.

“Penghulu alam” adalah konsep untuk manusia sempurna, yang telah menguasai alam makro. Muhammad SAW disebut sebagai penghulu alam, karena dianggap sebagai prototipe unveral dari wujud alam yang lebih tinggi. Ia makhluk micro. Tapi ia juga tajalli, atau pancaran dari sesuatu yang Maha Besar di atas sana, yang jiwa-Nya meliputi alam semesta.

Manusia, dalam konsepsi platonik, adalah makhluk “mikro” (microcosm) sekaligus “makro” (macrocosm). Kita ini makhluk multiple wujud. Ada wujud awal, ada wujud akhir. Wujud awal kita adalah Ruh (berdimensi arwah). Wujud akhir kita adalah gelombang materi (berdimensi kebendaan). Pada dimensi Ruh, kita adalah makhluk ukhrawi. Dimensinya cahaya, tinggi. Pada dimensi materi, kita adalah makhluk duniawi. Dimensinya atomik, rendah. Tetapi keduanya menyatu. Ahad.

Karena itu, kalau ingin mengubah realitas duniawi, seseorang dapat melakukan “perjalanan” ke alam asal. Di alam itulah “cahaya” film kita terproduksi. Maka, “Kalau ingin mengubah nasib di dunia, pergilah ke studio itu, ubahlah film Anda. Dari film sedih ke film bahagia. Dari film susah ke film senang. Dari film gagal ke film sukses”, kata Guru Sufi.

Seorang ahli sufi misalnya, melalui meditasi pagi (Subuh), bisa mengubah masa depan. Mereka baru berhenti berzikir setelah memperoleh getaran dari alam malakut, bahwa hari itu mereka akan memperoleh kemenangan. Baru kemudian mereka bergerak untuk berkerja dan mencari rezeki. Itulah yang disebut shalat Subuh yang “mengubah nasib” dan “melancarkan rejeki”. Zikirkan jiwa Anda di awal pagi. Masuk ke alam cahaya, ke kedalaman diri, melalui wirid-wirid ruhani. Perbaiki apa yang rusak dengan Kalimah Suci. InsyaAllah, dunia akan menjadi milik kita sepanjang hari.

Banyak perubahan instan, termasuk pengobatan ajaib, terjadi ketika alam ini diintervensi. Kalau crack pada sisi ruhani bisa diperbaiki, penyakit dan cacat bisa sembuh seketika. Pada nabi, wali atau sufi punya kekuatan/kesadaran ruhiyah Gamma yang ajaib semacam ini. Mereka bisa berkomunikasi secara efektif dengan “Alam Ide” (gelombang Ruh/Tuhan).

Struktur seseorang, secara substansial tersusun atas ide, informasi atau pengetahuan. Kalau Anda bisa menguasai informasi, rahasia dan isi hati seseorang, Anda bisa menguasai orang itu. Menguasai jiwanya, berarti menguasai fisiknya. Dalam simulasi hipnoterapi misalnya, penyembuhan seseorang bisa diubah setelah alam bawah sadar mereka ditata ulang. Alam sadar dan bawah sadar seseorang tersusun atas ide-ide (memori) empirik. Semua bisa diperbaiki.

Proses tazkiyatun nafs dalam dunia sufi, via dzikir, juga melakukan hal yang sama. Bahkan lebih tinggi lagi. Para guru sufi yang ahli akan mampu men-setting kembali alam atas sadar (ruhani) para murid. Sehingga terbuka aura dan kimia kesadaran baru yang “pure and enlightened”. Bahkan mampu terkoneksi dengan Akal Awal, Alam “Ide” Ketuhanan (Alam Rabbani) atau biasa disebut “Nur Muhammadi” (Ruh Awal/Jiwa Tertinggi). Kalau ini terjadi, Anda telah mengalami evolusi menjadi manusia baru. Manusia yang berkesadaran ketuhanan, “Insan Ilahi”.

Metode untuk masuk dari kesadaran material ke kesadaran gelombang elektromagnetik disebut sebagai “mind-technology”. Ini bagian dari ilmu “neuroscience”. Sedangkan perjalanan untuk masuk ke kesadaran lebih tinggi (Gamma/Ruhaniah), itu disebut sebagai “Ruh-Technology”. Ini bagian dari ilmu “spiritual science” (tasawuf/Irfan/tariqah). Perjalanan pada level spiritual bisa membuat Anda berjumpa dengan wujud halus dari diri Anda. Bahkan berjumpa dengan Allah, sebagai asal usul ide dan keberadaan Anda. Bahkan sebenarnya, itulah “hakikat” Anda.

Kalau seseorang bisa kembali kewujud hakiki ini, dimana mereka telah kehilangan diri material dan yang tumbuh hanya kesadaran yang serba meliputi (telah larut dalam jiwa kosmik, “sidrah al-muntaha”), ia akan menjadi “kaki tangan” Tuhan dalam membentuk realitas dunia. Anda bisa menjadi co-Creator atau khalifah-Nya. Pada kondisi ini, arah spiritual dan kesuksesan dunia, ada di tangan Anda.

Itulah yang terjadi pada Muhammad SAW. Selama berhari, bermalam, berminggu, bermalam dan bertahun; ia melakukan “perjalanan spiritual”. Ia melakukan refleksi ruhaniah secara intensif untuk masuk ke alam lebih tinggi, untuk mengubah nasib umat langsung dari level makro (langit). Kemudian ia turun dan memimpin semua perubahan itu pada tataran mikro (bumi). Hanya dalam waktu sekejap, 22 tahun, Arab berubah. Bahkan dunia selama ribuan tahun kemudian ikut mengalami vibrasi yang ia bawa dari alam sana.

Perubahan Cepat adalah “Mukjizat

Perubahan yang terjadi secara alamiah, itu disebut “law of nature” (sunnatullah). Perubahan biasanya terjadi secara gradual. Tapi, untuk disebut sebagai “mukjizat”, perubahan harus dilakukan melalui “hukum-hukum khusus” dan terjadi secara (relatif) cepat. Hanya melalui interaksi dengan ide-ide makro (alam langit/ruhaniah), manusia akan mungkin melahirkan mukjizat. Mukjizat adalah inspiring examples, perubahan yang terjadi secara cepat, via negosiasi dengan Tuhan, dan menjadi tauladan bagi generasi selama berabad-abad.

Quran adalah kumpulan teks dan jiwa utopis Muhammad SAW, yang penuh mukjizat. Teksnya terlalu ideal memang. Tapi bisa ia wujudkan secara cepat dalam realitas sosial, pada kondisi tempat dan zamannya. Itulah mukjizat Quran, bisa mengubah persepsi dan daya juang masyarakat, secara total, hanya dalam waktu singkat. Karenanya, jiwa kita harus berdimensi Qurani (ukhrawi/utopis/idealisme ruhiyah), sebelum di transform dalam konteks dunia masing-masing. Quran dan getaran ide-ide “malakut” dari alam ilahiyah inilah yang diperjuangkan seorang mukmin, untuk termanifestasi dalam segala aspek sosial.

Inilah yang di awal surah ar-Ra’d 11 disebut sebagai “malaikat” yang menyertai, di depan dan belakang (min baini yadaihi wa min khalfihi), yang bekerja sesuai perintah Allah (yahfadhunahu min amrillah). “Malaikat” adalah “ide-ide” dari alam makro, gelombang ruhiyah, ilham, wahyu, muraqabah atau amar Allah yang membisiki dan menggerakkan kita dalam berjuang dan berkreasi. Allah akan mengubah realitas kita untuk menjadi manusia yang lebih sempurna melalui kehadiran jiwa malakut ini.

Malaikat lah yang sebenarnya paling berhak mengatur dan mengelola alam dunia; untuk melahirkan realitas dunia yang adil dan sejahtera. Bukan iblis dengan segala nafsu keburukannya. Manusia adalah malaikat, sekaligus iblis, tergantung kekuatan apa yang di downloadnya saat beribadah dan bekerja.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

#powered by SUFIMUDA
___________________
FOLLOW US
:
SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
saidmuniruddin.com
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
TikTok:
tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Twittertwitter.com/saidmuniruddin
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

One thought on “MENGUBAH REALITAS DARI ALAM “IDE” (TAFSIR SUFISTIK AR-RA’D: 11)

Comments are closed.

Next Post

"ATSARIS SUJUD": TANDA-TANDA BEKAS SUJUD (TAFSIR SUFISTIK AL-FATH: 29)

Fri May 5 , 2023
Jurnal […]

Kajian Lainnya