“SPIRITUAL RETREAT”: MENYEPI BERSAMA ALLAH

Jurnal Suficademic | Artikel No.62 | Mei 2023

SPIRITUAL RETREAT”: MENYEPI BERSAMA ALLAH
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Ini cerita bagi Anda yang pernah merasakan bulan madu. Mungkin Anda pernah menghabiskan waktu selama berhari-hari bersama pasangan. Di sebuah tempat yang tenang dan sunyi. Mungkin di pulau terpencil. Di tempat yang indah dan penuh privacy. Mungkin juga di tempat yang ramai. Di kamar hotel mewah misalnya. Tapi tenang dan damai.

Selama waktu itu, Anda tidak diinterupsi oleh kegiatan apapun dan oleh siapapun. Tidak ada beban pekerjaan. Tidak ada ingatan untuk persoalan yang belum diselesaikan. Sepanjang waktu itu, terbangun hubungan intimasi. Hari-hari dihabiskan dengan cara saling pandang. Saling bisik. Saling menyebut. Saling menatap. Saling menggoda dan merajuk. Bahkan lebih jauh dari itu, Anda lebur dalam satu jiwa, dalam rasa kesatuan yang sangat dalam dengan kekasih Anda.

Ini tidak berlaku hanya untuk “honeymoon”, ketika pertama mengikat hubungan. Suasana seperti ini idealnya dirancang setiap tahun. Apakah 10 hari, 7 hari atau 5 hari. Minimal 1 sampai 3 hari. Kita bersama pasangan ada waktu libur yang tidak terganggu oleh apapun. Jangan terbelenggu dengan kesibukan dunia dan rutinitas lainnya. Termasuk anak-anak. Tinggalkan dan lupakan mereka sejenak. Jika masih kecil, titip ke mertua atau saudara. Atau suruh jaga sama orang. Kasih upah sedikit. Tinggalkan bekal dan belanja secukupnya.

Ini adalah cara paling efektif bagi kita untuk memperbaharui ikatan dan harmonisasi dengan pasangan. Cari ruang sunyi. Menyepilah. Matikan Hp bila perlu. Ini penting untuk menata kembali komunikasi. Untuk meng-update rasa. Untuk memperbaiki “chemistry” (getaran cinta).

Jika dalam satu tahun Anda tidak punya waktu untuk melakukan perjalanan dengan pasangan, hidup Anda sudah tidak jelas. Anda sudah “terpenjara” dengan rutinitas dunia. Ini termasuk ciri-ciri keluarga “tidak sejahtera”, miskin secara kultural. Keluarga yang kehilangan ruang untuk berwisata (vacation/retreat) adalah keluarga yang buruk. Memang setiap hari Anda bertemu istri di rumah. Tapi, mungkin sang suami/istri terlalu sibuk dengan yang lain. Suasana dan beban kerja di kantor sering terbawa ke rumah. Perlu suasana berbeda untuk kembali mengikat rasa.

Untuk itu, Anda harus pergi meninggalkan skedul dan pola hidup harian. Lalu pergi ke bagian dunia lain, guna mencari suasana baru dalam membangun kedekatan dengan pasangan. Ada manfaat besar sepulang dari “menyepi” ini. Kekuatan emosi dengan pasangan akan di re-charge. Gelombang bahagia pasti didapat. Ini menjadi energi dalam membina hubungan jangka panjang.

Dengan Tuhan juga begitu. Itulah yang disebut “suluk”. Sebagian lain menyebutnya “iktikaf”, atau “khalwat” (spiritual retreat). Polanya serupa. Anda harus meninggalkan dunia, rutinitas dan kepadatan jadwal sehari-hari. Lalu menempuh jalan dan ruang khusus untuk bersepi-sepi, hanya berdua dengan-Nya. Anda harus mengerti bahwa berduaan dengan Allah dalam periode tertentu; 5, 10, 30, atau 40 hari adalah sebuah keniscayaan sebuah hubungan. Kalau Anda sungguh mencintai-Nya.

Cinta dan intimasi, baik dengan manusia maupun Allah, hanya bisa dibangun dengan cara seperti itu. Hubungan seperti ini akan memperkuat relasi dengan Allah. Memang dalam sehari ada 5 kali kita bertemu dengan-Nya. Itupun pura-pura bertemu, di tengah kesibukan kita. Seolah-olah kita menyembahnya. Padahal, jiwa kita tidak bersama dia. Hayalan kita saat sholat entah kemana-mana.

Kita harus menyediakan waktu khusus, untuk memang selama berhari-hari selalu menghadapkan wajah kepada Allah. Pada waktu-waktu seperti ini, kita berbicara secara total, hanya dengan-Nya. Tanpa diinterupsi oleh urusan kantor dan keluarga. Itu cara terbaik untuk mencintai-Nya. Memastikan kita punya waktu yang cukup untuk bersepian dengan Allah, itu indikator kita lebih peduli dengan-Nya.

Selebihnya Dia paham. Urusan sosial adalah derivasi dari bagian kecintaan kita kepada-Nya. Anda tidak boleh fokus kepada umat, sementara hak keluarga tidak terpenuhi. Kita mencari rejeki di luar rumah, itu hakikatnya karena kecintaan kepada keluarga. Kita baru benar dalam bekerja, setelah tumbuh Cinta kepada Tuhan kita. Jadi, bangun ikatan dengan Allah terlebih dahulu. Baru diurus hal lainnya.

Semua nabi menempuh jalan “sunyi” ini. Secara berulang-ulang. Hubungan dengan Allah senantiasa diperbaharui. Inilah penyebab mereka akrab dengan Allah. Sehingga Dia menjadi kawan bicara paling utama. Mereka benar-benar mengenal Allah, dan tau cara berduaan dengan-Nya. Tanpa mengenal, sulit mencintai. Untuk itulah butuh “comblang” (guru/jibril), sebagai wasilah dalam mengenal Allah. Setelah kenal, baru mudah untuk membangun hubungan dan bersepi-sepi dalam waktu yang ditentukan.

Salah satu alasan kenapa orang-orang takut, malas atau enggan menempuh jalan ini adalah; karena mereka tidak mengenal Allah. Mungkin mereka belum menemukan orang, guru, wali atau mursyid yang dapat memperkenalkan Allah kepada mereka. Sehingga mustahil bagi mereka untuk masuk ke ruang sunyi untuk berduaan dengan Allah. Khawatir, yang ditemui justru setan.

Karena tidak kenal Allah, akhirnya mereka hanya memiliki amalan-amalan sederhana, menyebut-nyebut nama-Nya, untuk sekedarnya saja. Baik dalam sholat maupun zikir-zikir singkat setelahnya. Itu amalan orang awam. Sekedar ada. Sedikit di waktu pagi. Sedikit di waktu petang. Untuk pemula, itu oke oke saja.

Bagi para pecinta, Anda harus berliburan secara khusus, ke tempat-tempat sunyi, hanya berdua saja dengan Allah SWT, dalam waktu yang lama. Anda harus belajar menatap mata-Nya dalam-dalam, selama 24 jam. Sambil terus memanggil nama-Nya: “Allah, Allah, Allah..”. Lakukan selama berhari-hari. Secara mesra, menghiba, atau mungkin sedikit memaksa dan bahkan sedih. Tanpa henti. Lalu dengarkan, apa balasan-Nya. Ada titik dimana Dia akan berbicara kepada Anda. Pasti!

Ketika Allah membalas, itu pertanda Dia telah jatuh cinta. Minimal, telah ada perhatian kepada Anda. Pintu hati-Nya telah terbuka untuk Anda. Dia akan menjawab, kalau Anda punya metode yang benar dalam memanggil/menyebut nama-Nya. Fadzkuruuni adzkurkum. “Kau ingat Aku, Kuingat engkau” (QS. Al-Baqarah: 152).

Kalau Anda sudah capek berbicara, tapi tidak ada balasan, segera ganti pasangan Anda. Itu tanda Anda berjodoh dengan orang yang salah. Dengan Tuhan juga begitu. Kalau Anda sudah lelah berdoa, tapi tak pernah terdengar jawaban darinya, segera ganti Tuhan Anda. Besar kemungkinan, Tuhan yang selama ini Anda sembah, itu Tuhan palsu (berhala mati, imajiner dan tidak nyata). Tuhan yang asli pasti Maha Hidup, Maha Mendengar dan Maha Berbicara.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

#powered by SUFIMUDA
___________________
FOLLOW US
:
SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
saidmuniruddin.com
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
TikTok:
tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Twittertwitter.com/saidmuniruddin
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

One thought on ““SPIRITUAL RETREAT”: MENYEPI BERSAMA ALLAH

Comments are closed.

Next Post

"BE STUPID!"

Mon May 22 , 2023
Jurnal […]

Kajian Lainnya