TAK ADA ORANG SHOLEH, JIN IFRIT PUN BOLEH!

Jurnal Suficademic | Artikel No.70 | Juni 2023

TAK ADA ORANG SHOLEH, JIN IFRIT PUN BOLEH!
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

SUATU ketika, nun jauh disebuah kampus disana, diadakan sayembara pemilihan pimpinan. Tim seleksi bertanya, “Siapa yang mampu memindahkan semua kualitas universitas terbaik di luar negeri, ke tempat kita?”.

Jin Ifrit yang hadir disitu menjawab, “Saya bisa memindahkan semua kualitas universitas terbaik di luar negeri, sebelum anda bangkit dari tempat duduk”. Tim seleksi terkagum-kagum.

Kebetulan ada orang sholeh yang juga hadir disitu. Dia juga menawarkan diri, “Saya atas izin Allah, bisa pindahkan kualitas sebuah universitas terbaik di dunia ke tempat kita, sebelum mata anda berkedip”. Tim seleksi terkejut.

***

Jangankan kepada orang sholeh, seandainya kepemimpinan diserahkan kepada Jin Ifrit, daerah kita mungkin sudah lama maju. Kenyataannya, lama sekali maju. Kita tidak tau siapa yang terpilih untuk memimpin kita. Yang jelas, bukan orang sholeh dan juga bukan jin ifrit.

Coba lihat negara-negara kafir, yang liberal dan sekuler. Banyak yang maju, dan cepat sekali maju. IPM-nya tinggi. Hidupnya sejahtera. Padahal, mereka bukan dipimpin oleh orang beriman/shaleh. Mungkin jin ifrit yang pimpin. Tidak masalah, sejauh bisa mempercepat kemajuan masyarakat, tidak ada orang shaleh, jin sekalipun boleh memegang tampuk kepemimpinan.

Pertanyaannya, siapa yang memimpin negara, provinsi dan kabupaten kita, sehingga angka kemiskinan begitu lambat menurun? Siapa yang mengelola institusi Anda, sehingga kalah dan tertinggal dengan institusi serupa lainnya? Siapa para wakil rakyat, birokrat, dosen dan abdi negara yang begitu lambat melayani rakyat dan mahasiswanya?

Kalau ada sebuah lembaga yang cepat sekali maju, yang bekerja fast and smart, pasti dipimpin oleh orang sholeh, atau mungkin jin ifrit. Kalau bukan, pasti itu jenis makhluk lain, yang kualitasnya lebih rendah dari kedua itu. Semoga kita menjadi orang-orang Sholeh. Minimal jadi Jin Ifrit.

***

Itulah kenapa ada kata-kata yang sering dikaitkan dengan Imam Ali bin Abi Thalib, “Pemimpin kafir yang adil, lebih baik daripada pemimpin muslim yang dhalim”. Dalam konteks kenegaraan, yang mengurus hajat hidup orang banyak, itu dibutuhkan para pemimpin yang adil, yang bekerja secara cepat dan objektif. Tidak jahat. Juga tidak lelet dalam menyelesaikan masalah umat. Siapapun dia, apapun agamanya, sejauh mampu menyelesaikan berbagai tantangan kebangsaan, itulah yang terbaik. Kita tidak perlu menjual agama untuk menjadi pemimpin, sementara kinerjanya buruk. Namun, kalau imannya bagus, kerjanya juga bagus; tentu itulah wujud sempurnanya seorang pemimpin.

Itulah kenapa, Jin Ifrit sekalipun dibolehkan oleh Nabi Sulaiman as untuk turun tangan menyelesaikan problem kebangsaan. Kalau Ifrit saja berani ambil bagian dalam urusan kenegaraan, tentu orang sholeh dan berilmu harus lebih proaktif:

قَالَ يٰٓاَيُّهَا الْمَلَؤُا اَيُّكُمْ يَأْتِيْنِيْ بِعَرْشِهَا قَبْلَ اَنْ يَّأْتُوْنِيْ مُسْلِمِيْنَ

Dia (Sulaiman) berkata, “Wahai para pembesar, siapakah di antara kamu yang sanggup membawakanku singgasananya sebelum mereka datang menyerahkan diri?” (QS. An-Naml [27]: 38)

قَالَ عِفْرِيْتٌ مِّنَ الْجِنِّ اَنَا۠ اٰتِيْكَ بِهٖ قَبْلَ اَنْ تَقُوْمَ مِنْ مَّقَامِكَۚ وَاِنِّيْ عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ اَمِيْنٌ

Ifrit dari golongan jin berkata, “Akulah yang akan membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari singgasanamu. Sesungguhnya aku benar-benar kuat lagi dapat dipercaya” (QS. An-Naml [27]: 39)

قَالَ الَّذِيْ عِنْدَهٗ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتٰبِ اَنَا۠ اٰتِيْكَ بِهٖ قَبْلَ اَنْ يَّرْتَدَّ اِلَيْكَ طَرْفُكَۗ فَلَمَّا رَاٰهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهٗ قَالَ هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْۗ لِيَبْلُوَنِيْٓ ءَاَشْكُرُ اَمْ اَكْفُرُۗ وَمَنْ شَكَرَ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ

Seorang yang mempunyai ilmu dari kitab suci berkata, “Aku akan mendatangimu dengan membawa (singgasana) itu sebelum matamu berkedip.” Ketika dia (Sulaiman) melihat (singgasana) itu ada di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau berbuat kufur. Siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Siapa yang berbuat kufur, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia” (QS. An-Naml [27]: 40)

Kesimpulan

Jangan mengaku berilmu, kalau tidak mampu memecahkan persoalan lebih cepat dari yang lain. Banyak ilmuan yang terkunci di “menara gading”. Padahal, ilmu itu punya dimensi amal (praktis/aksiologis). Kita boleh saja bergelar profesor, doktor, kiyai, ulama dan lainnya. Tapi, kalau belum mampu bekerja secara cepat untuk memecahkan sebuah persoalan, kita masih dalam kategori “lalai”.

Ciri orang beriman yang berilmu, mereka tidak hanya punya pengetahuan dan keyakinan kepada Tuhan, tapi juga punya kecepatan yang tinggi dalam menyelesaikan problematika keumatan. Nabi Muhammad SAW, itu pekerja cepat. Beberapa hal mampu ia selesaikan dalam sekali balik telapak tangan. Beberapa hal lainnya ia ubah dalam semalam. Lainnya dalam seminggu dan sebulan. Secara keseluruhan, hanya dalam 22 tahun, ia telah membangun sebuah peradaban. Sistem berfikir kaum jahil, dari hulu ke hilir, dalam waktu singkat bisa berubah total. Itulah ciri orang “berilmu” yang paripurna, mampu membangun gerakan dan perubahan. Secara cerdas dan cepat!

BACA JUGA: “Who are Intellectuals?”

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

#powered by SUFIMUDA
___________________
FOLLOW US
:
SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
saidmuniruddin.com
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
TikTok:
tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Twittertwitter.com/saidmuniruddin
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

Next Post

BERAGAMA, DARI MONOLOG KE DIALOG

Mon Jun 12 , 2023
Jurnal […]

Kajian Lainnya