BINTANG ‘ARASY DI LUBUK LINGGAU

image: Bersama Walikota Lubuk Linggau, SN Prana Putra Sohe (kaos putih/tengah)

Bintang ‘Arasy di Lubuk Linggau
Oleh Said Muniruddin

Kamis 23 Maret 2017, saya diagendakan mengisi materi di forum Latihan Kader (LK-II) HMI Cabang Lubuk Linggau. Kota yang terletak di bagian barat Sumatera Selatan ini berbatasan langsung dengan Bengkulu, Sumatera Barat dan Jambi. Dari Palembang, waktu tempuhnya mencapai 8 jam menggunakan bus atau kereta api.

Via udara, kota berpenduduk sekitar 200 ribu jiwa ini hanya bisa diakses langsung dari Jakarta dengan NAM Air yang hanya punya rute satu kali penerbangan setiap paginya. Sementara saya menempuh jalur dari Bengkulu dan masih membutuhkan tambahan waktu 4-5 jam dengan mobil jemputan dari panitia.

Dari sejumlah penelitian dengan data-data sekunder terkait governance, Bengkulu saya ketahui sebagai provinsi paling terpuruk pembangunannya di Sumatera. Ini terkonfirmasi, salah satunya dari infrastruktur jalan yang saya lewati masih banyak lubangnya.

Saya mendarat di bandara Fatmawati Bengkulu sekitar pukul 20.00 wib, dengan rute sebelumnya via Banda Aceh – Batam. Lalu tiba di Lubuk Linggau sudah tengah malam.

Alhamdulillah, perjalanan yang sebenarnya cukup melelahkan, diberi kemudahan oleh Allah. Surah Al-Isra (Bani Israil) ayat 1 senantiasa saya baca ketika menempuh perjalanan jauh. Kali ini, jarak Bengkulu – Lubuk Linggau juga dibuat terasa sangat dekat. Padahal kondisi jalan tidak semuanya baik serta mobil panitia juga tidak hidup air conditioner-nya.

Kebaikan Allah yang ‘mempersingkat’ waktu tempuh ini membuat saya kehilangan rasa lelah. Setiba disana saya masih segar bugar untuk berdiskusi sampai pukul 02.00 wib dini hari. Senang bisa berbagi ilmu kepada sahabat-sahabat disana.

***

Pelaksanaan LK-II HMI Cabang Lubuk Linggau berjalan cukup baik. Salah satu faktor suksesnya adalah dukungan pemerintah. Meskipun bukan alumni HMI, walikota sangat peduli dengan pengembangan kapasitas generasi muda.

Walikota menyediakan Badan Diklat secara gratis untuk digunakan sebagai tempat acara. Tidak hanya itu, ia juga memerintahkan Kabag Umum kantor walikota untuk menyediakan konsumsi bagi peserta selama training. Tidak berhenti disitu, Kabag Humas juga dia perintahkan membantu penyediaan tiket pesawat bagi setiap pemateri yang diundang.

Walikota yang bernama SN Prana Putra Sohe ini juga berjanji akan menyediakan wisata tour bagi peserta dimana dia sendiri langsung sebagai guide-nya. Untuk masing peserta juga dia berikan baju kaos kenang-kenangan Kota Lubuk Linggau.

Dengan antusiasnya walikota terlibat dalam kegiatan LK-II, semua porsi besar pendanaan sudah selesai. Sang walikota begitu tertarik dengan banyaknya peserta dari luar daerah yang hadir ke Lubuk Linggau. Pak Nana, demikian pak wali akrab dipanggil, dulunya pernah menjadi Ketua umum KNPI Kota Lubuk Linggau selama dua periode. Mungkin ini juga menjadi penyebab ia punya concern yang tinggi terhadap kegiatan kepemudaan dan keislaman tingkat nasional seperti yang dilakukan HMI.

Karena pendanaan sudah banyak dibantu walikota, alumni HMI (KAHMI) kebagian porsi kecil lainnya. Ketua KAHMI Lubuk Linggau merupakan Ketua DPRK setempat dan juga peduli dengan kegiatan-kegiatan perkaderan. Disisi lain, kader juga sangat menjaga silaturahmi serta santun dengan alumni-alumninya (KAHMI). Ini penyebab mereka begitu diperhatikan.

***

Kepedulian walikota terhadap HMI tidak hanya pada kegiatan LK-II ini saja. Pada tahun 2016, pak wali juga menganggarkan dana 1 milyar untuk pembangunan kantor HMI yang saat ini hampir rampung.

Pembangunan kantor HMI ini sempat menimbulkan kecemburuan beberapa ormas lainnya seperti Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Namun  HMI mampu menyediakan tanah sendiri. HMI membangun gedung diatas tanah waqaf bapak Mulyadi (Ketua Umum pertama HMI Cabang Lubuk Linggau). Keberadaan orang-orang berjiwa mulia seperti akan membuat dakwah dan perkaderan berjalan lebih baik diorganisasi keislaman kepemudaan seperti HMI.

***

Ada pengalaman menarik dengan Walikota ini. Beberapa saat sebelum pulang, saya bersama dua pemateri lainnya yaitu Arief Maulana (Ketua BPL PB HMI) bersama Bendahara Umumnya saudara Ahong, diundang ke pendopo walikota.

Pak Nana menyampaikan terima kasih kasih atas kesediaan kami datang ke kota Lubuk Linggau untuk memberi pelatihan. Kemudian ia menguraikan visinya terkait pengembangan sumberdaya manusia, terutama pemuda, yang ia nilai lebih penting daripada pembangunan infrastruktur. Terlihat ia sangat memahami persoalan pembangunan terkait kepemudaan.

Kemudian kami diajak sholat Jum’at di sebuah masjid yang sedang dibangun di kelurahan Tanah Periuk. Disinilah saya melihat sosok walikota ini ternyata juga sangat piawai mengeksekusi kekuasaannya. Lima belas menit sebelum khutbah Jumat, ia naik ke atas mimbar (dengan terlebih dahulu diatur oleh protokol walikota dan kelurahan).

Dari atas mimbar mulailah beliau menguraikan berapa banyak dana yang sudah ia berikan untuk membangun masjid ini. Lalu ia menyebutkan berapa lagi yang dalam waktu dekat ini akan ia kucurkan agar dapat menyelesaikan sejumlah sisi masjid yang ia tunjuk satu persatu perlu segera pengerjaannya.

Pada saat bicara, suara microphone masjid terdengar tidak begitu terang. Lalu ia memanggil pengurus masjid dan menyampaikan bahwa segera ambil uang darinya untuk mengganti pengeras suara yang lebih baik. Ia juga menyerahkan langsung satu amplop uang lainnya yang ia sebut sebagai kas masjid Jumat ini.

Nah, sebelum turun dari masjid barulah ia menyampaikan poinnya. Ia meminta warga untuk memilihnya sekali lagi pada 2018 guna melanjutkan pembangunan di Lubuk Linggau. Tak terkecuali pembangunan masjid-masjid di kota itu. Cara ia berkampanye terlihat cukup strategis, oratif dan juga populis. Saya memprediksi ia akan terpilih lagi sebagai walikota.

****

Apresiasi peserta terhadap materi Spiritual Leadershipcukup tinggi. Tidak berhenti para peserta bertanya berbagai aspek ideologis perkaderan dan perjuangan yang tertuang dalam skema-skema buku Bintang Arasy. Sayangnya, stock buku yang tersisa saat itu hanya 4. Sehingga tidak bisa memuaskan 48 peserta dari 16 cabang se-Indonesia yang ingin memiliki kitab ini.

Saat ini, buku Bintang Arasy telah menyebar ke banyak daerah di Indonesia, dan sangat diminati karena isinya mempertajam sisi spiritualitas perkaderan. Karena sebaran buku inilah saya mulai sering mendapat undangan untuk menguraikan materi-materi terkait tujuan HMI, Mission, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP), serta Manajemen dan Leadership dalam perspektif filosofis-gnostis.

Saya mengucapkan terima kasih dan apresiasi untuk penyelenggaraan leadership kepemudaan di Lubuklinggau ini. Terkhusus kepada pengurus cabang (Rio Paku Prasetyo, Feri Johansyah dan lainnya) serta para instruktur pengelola training (Agus, Bastomi, dan lain-lain). Beberapa diantara mereka sebelumnya sudah pernah ke Banda Aceh mengikuti Latihan Kader (LK-II) dan Senior Course (SC).

Beberapa pejabat lokal lainnya juga saya lihat punya sense of belonging yang tinggi terhadap pengembangan sumberdaya pemuda. Sesaat sebelum take off di bandara, saya dipertemukan dengan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Musi Rawas Utara, Agus Maryanto. Ternyata beliau juga mengkoleksi Bintang ‘Arasy serta aktif mengawal perkaderan HMI di Sumatera Selatan.

Semoga semuanya selalu dalam Ridha Allah swt. *****

2 thoughts on “BINTANG ‘ARASY DI LUBUK LINGGAU

Comments are closed.

Next Post

I LOVE BOOKS

Mon Mar 27 , 2017
“I […]

Kajian Lainnya