YAHUDI: ASAL USUL, DIASPORA, MITOS TANAH YANG DIJANJIKAN DAN PERAMPOKAN ZIONISME ATAS NEGERI PALESTINA (BAGIAN 2)

Jurnal Suficademic | Artikel No.99 | Oktober 2023

YAHUDI: ASAL USUL, DIASPORA, MITOS TANAH YANG DIJANJIKAN DAN PERAMPOKAN ZIONISME ATAS NEGERI PALESTINA (BAGIAN 2)
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM. Pada Bagian 1 telah kita bahas asal usul Yahudi (Bani Israil), sejarah politik mereka di era kuno dan berbagai pembangkangan terhadap Taurat. Termasuk usaha persekusi dan pembunuhan terhadap para nabi (termasuk Yesus/Isa as). Juga azab, kejatuhan serta diaspora yang mereka alami sebanyak dua kali. Pertama, ketika diserang Nebukadnezar II dari Babilonia (586 SM). Kedua, ketika dieksekusi oleh Romawi (70 dan 135 M); sehingga mereka menyebar kemana-mana, ke berbagai wilayah dan benua.

Di Eropa, mulai abad pertengahan sampai ke era moderen, mereka kembali mengalami masalah. Yang menurut banyak ahli juga diakibatkan oleh sifat mereka. Seperti ekslusif dan sombong, dianggap sebagai sumber banyak masalah, menjalankan bisnis riba yang memiskinkan masyarakat, dan sebagainya. Judaisme juga menjadi saingan, bahkan musuh bagi kekristenan. Karena mereka menolak Yesus. Bahkan menuduhnya sebagai anak haram dan ibunya sebagai pelacur. Hal-hal seperti ini sering menyulut kemarahan kaum kristiani, khususnya sebelum Eropa mengalami “era pencerahan” (1700an); juga paska itu.

Karena itu Yahudi terusir di Eropa Barat dan Timur. Sebanyak 3000 yahudi dipersekusi oleh Edward I dari Inggris (1290). Juga oleh Charles VI dari Perancis (1394). Serta dari Swiss (1348). Mereka juga diusir oleh Isabella dari Spanyol (1492 M). Serta oleh Manuel I dari Portugal (1497 M); dan terakhir oleh Hitler dari Eropa Timur (1933-1945).

BACA BAGIAN PERTAMA: YAHUDI: ASAL USUL, DIASPORA, MITOS TANAH YANG DIJANJIKAN DAN PERAMPOKAN ZIONISME ATAS NEGERI PALESTINA(BAGIAN 1)

Lalu pertanyaannya: Kenapa setelah diusir dan dibunuh di Eropa; Yahudi masuk ke Palestina dengan gaya imperialisme, memerangi dan membunuh warga setempat? Kenapa tidak datang secara baik-baik, sebagaimana setiap suku bangsa dan agama bebas masuk, hidup dan beribadah disana? Kenapa harus menguasai wilayah, merampok tanah dan mengusir masyarakat setempat? Kenapa harus membentuk “nation state” di tanah yang sudah dimiliki orang? Kenapa harus dengan membasmi penduduk Arab Palestina yang sudah ribuan tahun hidup di sana? Itu beberapa pertanyaan yang akan kita jawab.

“Zionisme”, Akar dari Semua Kekacauan

Pertama, kita harus paham. Bahwa, semua kekacauan itu bukan dilakukan oleh Yahudi sebagai bangsa dan agama (judaism), yang sebelumnya telah hidup toleran dan berdampingan dengan kaum muslim dan kristen di Palestina. Negeri Kan’an (Palestina) adalah tanah yang disediakan Tuhan sejak era kuno untuk didiami semua orang. Tanah itu dijanjikan untuk semua suku bangsa. Untuk semua hamba Tuhan. Untuk semua penganut agama samawi. Tentunya untuk ditinggali dengan cara yang baik dan benar. Bukan untuk dikuasai secara serakah. Apalagi dengan menghabisi orang-orang yang sudah berabad-abad tinggal disitu.

Semua kekacauan ini hasil kerja gerakan “zionis” yang lahir di akhir abad ke-19, dan difasilitasi secara khusus oleh negara-negara imperialis. Kenapa Eropa bisa berkolaborasi dengan zionis? Padahal, Eropa yang notabenenya adalah Kristen, telah lama bermusuhan dengan Yahudi, bahkan di abad pertengahan telah mengeksekusi mereka di berbagai wilayah Eropa (Inggris, Perancis, Swiss, Spanyol, Portugal, dan lainnya).

Ceritanya begini. Paska renaisans dan sekularisasi (berlangsung sepanjang abad 14-17), Eropa perlahan meninggalkan memori bahwa Yahudi adalah musuh ideologis mereka. Eropa mulai meninggalkan dogma-dogma agama dan beralih ke agama baru: “kolonialisasi”. Kehidupan kaum Yahudi perlahan dipulihkan, walau masih terjadi diskriminasi disana-sini. Lalu, sejak era industrialisasi dan kolonialisasi (abad 18), bangsa Yahudi telah ikut serta dalam kapal-kapal perang Eropa untuk sama-sama mencari koloni baru; ke Afrika, Asia, Australia dan Amerika.

Karena itu, di Indonesia misalnya, ditemukan ada penguasa Hindia Belanda, pemimpin perang, pegawai dan juga tentara kolonial yang berbangsa Yahudi. Ada sejumlah sinagoge peninggalan mereka. Mereka bermukim di Batavia, Surabaya, dan lainnya. Pada tahap ini, Yahudi sudah satu visi dengan Eropa dalam tajuk imperialisasi: “Gold, Gospel and Glory”. Jadi, Yahudi dan Eropa telah bersatu dalam satu gerakan baru: penjajahan dunia. Karena itu, perkumpulan-perkumpulan zionis dan freemasonry sudah muncul di negeri-negeri jajahan. Walau tidak semua Yahudi ikut serta atau setuju dengan gerakan itu.

Hubungan mutual antara Eropa dan Yahudi ini berlanjut ke era moderen. Yahudi via zionismenya menjadi partner Barat dalam agenda penguatan pengaruh serta pembuatan peta baru ekonomi-politik jangka panjang di jazirah Arab yang kaya minyak itu. Netanyahu dalam pertemuan di Sidang Majelis Umum PBB pada 22 September 2023 memperlihatkan peta “The New Middle East”. Hanya ada negara Israel dan sekutu-sekutu Arabnya, tanpa ada lagi yang namanya negara Palestina. Sebelumnya, Mohammed bin Salman dalam penyampaian visi 2030-nya pada konferensi Future Investment Initiative (FII) pada Oktober 2018 juga menyatakan akan membuat Arab sebagai “The New Europe”.

Jadi, zionisme telah menjadi alat untuk kelanjutan imperialisme, yang dibumbui memori serta fanatisme judaisme (“The Promised Land”). Kata “zion” sendiri diambil dari nama bukit “Zion” di Jerusalem, yang dianggap suci oleh sejumlah Yahudi. Zionis adalah gerakan politik sekelompok Yahudi, yang digagas Theodore Herzl (jurnalis Yahudi berkebangsaan Austria-Hungaria) pada akhir tahun 1800an. Pada kongres pertama di Basel Swiss tahun 1897, mereka sepakat untuk membentuk “tanah air” (heimland) yang legal bagi Yahudi. Ada memori tentang kerjaan Yehuda kuno yang menjadi spirit gerakan ini.

Pendiri Zionis, Theodore Herzl (1860-1904 M)

Yahudi yang telah mengalami diaspora disemangati untuk kembali berkumpul dan merebut Palestina. Mereka harus hati-hati menjalankan misi ini. Sebab, sejarah telah lama berlalu. Palestina bukan lagi Kerajaan Judea. Yang berkuasa juga sudah silih berganti. Muslim, Kristen dan Yahudi sudah bercampur disana, dan sama-sama menjadikannya sebagai “tempat suci”. Maka perlu dibangun ideologi serta strategi yang jitu untuk merebut tanah itu. Karena itu, diangkat kembali isu Palestina sebagai “tanah yang dijanjikan” Tuhan bagi mereka. Isu agama dimana-mana efektif menjadi pembenaran ideologis untuk merampok dan membunuh.

Tahun 1917, ide organisasi Zionis ini didukung menteri luar negeri Inggris, James Albert Balfour. Juga disetujui oleh para pemimpin komunitas Yahudi di Inggris, seperti Lord Rothschild. Sebab, daripada memigrasikan kaum Yahudi yang tertekan dan tersebar di Eropa Timur ke Inggris, lebih baik dicari tanah lain sebagai “national home” untuk mereka. Para yahudi kaya di Inggris tidak mau yahudi-yahudi miskin ini dibawa ke Inggris. Itu hanya akan menjadi beban mereka. Harus dicari tanah penampungan lainnya. Keluarga Rothschild sampai sekarang dicurigai menjadi pemain dibelakang banyak konspirasi global.

James Arthur Balfor (1948-1930 M) dan Surat Dukungan untuk Menjalankan Imperalisme Baru oleh Gerakan Zionis di Palestina

Salah satu tempat yang paling menarik adalah Palestina. Sebab, itu wilayah yang punya nilai sejarah dan relijius bagi mereka. Sesuai pula dengan imajinasi kelompok “zion”. Kebetulan, Turki Utsmani yang berpihak pada Jerman dan Austria-Hungaria, saat itu kalah dalam Perang Dunia I (1914-1918), sebelum kekhalifahan ini bubar pada 1924. Inggris, Perancis dan Rusia sebagai pemenang perang menguasai wilayah-wilayah bekas Turki Utsmani untuk kemudian dibagi-bagi.

Begitu selesai perang, Inggris dan Prancis mewujudkan “Sykes-Picot Agreement” yang telah dirancang menjelang berakhirnya PD I, dengan membagi wilayah Turki di Suriah, Lebanon, Palestina, Irak dan TransJordan ke dalam protektorat mereka. Salah satu yang didapat Inggris adalah Palestina. Maka, begitu Inggris memperoleh mandat di Palestina pada tahun 1923, berbondong-bondong jamaah Yahudi dipindahkan kesana. Jumlah eksodus bertambah saat terjadi pembersihan etnis Yahudi oleh Nazi Jerman di Eropa pada Perang Dunia II (1939-1945).

Mark Sykes, Inggris (1879-1919 M) and Francois-Georges Picot, Perancis (1870-1951 M)

Warga Arab Palestina menentang agenda licik Inggris ini (1936-1939). Yahudi yang masuk ke palestina telah dipersenjatai Inggris dan berhasil membantai ribuan orang Palestina. Pada saat itu, Palestina masih didiami oleh 90 persen warga Arab Palestina. Tahun 1947 membengkak jadi 33%, namun masih menguasai 6% lahan (di Haifa). Tahun 1948 terjadi peristiwa “Nakba” (artinya: catastrophe/bencana), yang menjadi titik awal depopulasi dan penghancuran identitas wilayah Palestina oleh zionis. Sebanyak 750,000 warga Palestina diperangi dan diusir, 500 desanya dimusnahkan. Peristiwa serupa terus berlanjut sampai sekarang. Kini, Israel sudah menguasai 85% wilayah Palestina, dengan populasi 9,6 juta. Sedangkan populasi Arab Palestina hanya 5.5 juta (Biro Pusat Statistik Palestina, 2021).

Perluasan Pencaplokan Tanah Palestina oleh Israel, tahun 1948 – sekarang

Bersamaan dengan pelepasan mandat Inggris atas Palestina, pada 14 Mei 1948, negara Israel langsung diproklamirkan. Dan itu menjadi babak awal untuk menganeksasi semuanya. PBB yang baru setahun berdiri, saat itu mengusulkan Resolusi agar Palestina dibagi dua. Ini mirip-mirip dengan kisah pencuri yang masuk ke rumah Anda. Si pencuri berusaha menguasai rumah Anda. Tentu Anda melawannya. Tiba-tiba datang pak polisi yang ikut mendukung ide si pencuri. Paling tidak, rumah Anda menurut pak polisi harus dibagi dua dengan si pencuri. Apalagi ketika si pencuri ini mulai membawa satu dua potong ayat, suatu ketika, 2000 ribu tahun lalu, kakeknya pernah tinggal di tanah itu. Anda tentu menolaknya.

Palestina menolaknya. Sebab, 56 persen wilayah harus diserahkan ke Israel. Padahal, Palestina masih menjadi pemilik 96 persen wilayah, dengan total warga Arab Palestina mencapai hampir 70 persen total populasi. Perang demi perang terus berlanjut. Israel terus menduduki wilayah-wilayah sisa dari Palestina. Pada periode ini lahir organisasi-organisasi perlawanan seperti PLO (1964), Fatah (1965) dan Hamas (1987).

Kepentingan Negara-Negara Imperialis

Lahirnya negara Israel sangat diinginkan oleh Inggris dan sekutunya; seperti AS, Australia, Perancis dan Kanada. Sebab, negara Israel akan menjadi proxy (agen) mereka di Timur Tengah. Negara-negara kapitalis ini tidak ingin terjun dan mengotori tangannya secara langsung. Kaum Yahudi dijadikan sebagai “tentara” mereka, untuk merebut tanah Arab. Israel dijadikan sebagai “kanker” untuk pelan-pelan menggerogoti Timur Tengah. Negara-negara maju ini hanya mensuplai senjata dan memberi dukungan politik atas apapun yang dilakukan binaan mereka itu.

Ada agenda bisnis besar jangka panjang yang akan dimainkan negara-negara maju ini di daerah kaya minyak tersebut. Ada jalur bisnis yang ingin dikembangkan disana. Wilayah “kerajaan Israel” yang baru ini diproyeksikan akan mencakup dan memberi pengaruh bagi seluruh Timur Tengah. Dengan demikian, Barat akan menjadi mentor politik dan bisnis di kawasan itu. Normalisasi hubungan dengan Israel yang sedang digenjot AS memperlihatkan bukti ke arah tersebut. Beberapa negara Arab sudah melakukannya. Termasuk Uni Emirat Arab dan Bahrain. Di luar wilayah Arab, ada Maroko dan Sudan yang telah melakukan hal itu.

Pada 2 September 2023, Netanyahu menunjukkan Peta “The New Middle East” (tanpa Palestina) kepada UN Assembly

Sudah dipastikan, ideologi “Islam” akan menjadi penghambat utama agenda zionis dan kawan-kawan imperialisnya. Dalam hal ini, untuk melemahkan dunia Islam, mereka memainkan isu “Sunni-Syiah” sebagai pemicu instabilitas. Termasuk dalam kasus ketika ingin menghancurkan Suriah. Sebab, Suriah masih menjadi penentang utama kehadiran Israel di kawasan itu. Suriah juga menjadi proxy Iran yang selalu mengancam keberadaan Israel. Jihadis dari seluruh dunia ditipu untuk hadir ke Suriah untuk memerangi musuh Israel yang sudah dilabeli “Syiah”. Sesama muslim berperang. Israel dan sekutunya tepuk tangan.

Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), itu mereka yang inisiasi dan persenjatai. Abubakar Al-Baghdadi, khalifah ISIS, adalah agen MOSSAD (intelijen Israel). Ini telah diakui para pejabat politik Amerika. Sengaja diciptakan ISIS untuk menciptakan kekacauan di luar pagar negara Israel. Timur tengah harus dibuat rusuh. Dengan melemahnya negara-negara Arab yang berseberangan, posisi Israel tetap kuat. Karena itu, ISIS hanya beroperasi di wilayah Arab yang menentang Israel, seperti Irak dan Suriah.

ISIS, ciptaan Israel

Para raja dan aristokrat Arab tidak bergeming dihadapan Israel cs. Mereka diancam secara diplomatis. Jika negara-negara Arab tidak menuruti kemauan US dan Israel, akan dibuat semua kerajaan di wilayah itu menjadi negara-negara demokratis. Akan dipaksakan Pemilu agar berganti sistem dan rakyat bisa bersuara bebas. Raja-raja monarkhi Arab tentu sangat ketakutan. Lalu mencari aman. Tidak mau mendukung Palestina. Sebab, bisa hilang kekuasaan.

Negara-negara Arab pada awalnya pernah berperang dengan Israel. Perang Arab-Israel I adalah gabungan Mesir, Suriah, Irak, Lebanon, Jordania, dan Arab Saudi (1948-1949). Perang terjadi sesaat setelah David Ben Gurion mengumumkan berdirinya negara Israel (14 mei 1948). Lalu Perang Arab-Israel II atau “Perang Enam Hari”; adalah gabungan Mesir, Yordania dan Suriah (1963). Negara-negara arab kalah di kedua perang tersebut. Kalah strategi. Juga kalah dukungan politik dari dunia luar. Israel di back-up Inggris, AS dan lainnya, yang saat itu masih mejadi jawara perang dunia. Sejak saat itu, Israel terus merajalela.

Belakangan, semua negara Arab juga diarahkan oleh AS dan sekutunya untuk melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Tujuannya untuk mengakui eksistensi serta membangun kerjasama penuh negara zionis. Sehingga, gerak Israel di dunia Arab menjadi bebas. Tidak lagi dianggap sebagai musuh. Dengan diakuinya Israel sebagai sebuah negara, maka pengakuan dan perjuangan negara-negara Arab terhadap kemerdekaan Palestina menjadi redup. Bahkan, negara-negara Arab menjadi sekutu bagi zionis dalam menghadapi lawan-lawannya, khususnya Iran.

Menentang adikuasa AS dinilai bukan langkah strategis oleh negara-negara kaya Arab. Sudah mereka lihat, bagaimana Saddam Husain yang gagah perkasa itu, setelah 9 bulan bersembunyi, berhasil ditangkap dan dihukum gantung. Alasan untuk menghancurkan Irak bisa dicari. Apakah untuk menegakkan demokrasi, menurunkan diktator, mencari senjata pemusnah masal, dan sebagainya. Pengalaman irak sudah lebih dari cukup bagi negara-negara Arab untuk dijadikan pelajaran. Kalau berseberangan dengan US dan sekutunya; dalam semalam, kehidupan mereka akan dikembalikan ke jaman batu.

Saddam Husein (1937-2006 M) sebelum dieksekusi

Karenanya, negara-negara Arab juga bersedia menjadi sapi perah bagi US dan sekutunya. Asal jangan diganggu. Raja-raja Arab yang sudah merasakan bagaimana hidup mewah, sangat takut akan mati dan kehilangan kekuasaan. Lebih bagus Palestina saja yang hancur. Daripada mereka ikutan hancur. Jadi, tidak ada yang namanya ikatan persaudaraan sesama bangsa Arab. Apalagi ikatan iman. Semuanya hanya ikatan “dunia” dan kepentingan.

Akrabnya Saudi dengan Israel, misalnya, karena selain kerajaan itu didirikan atas desain Inggris; Bani Su’ud juga dipercayai punya pertalian darah ke Bani Qainuqa (suku Yahudi Arab). Pun wahabisme, satu-satunya aliran keagamaan yang dikembangkan disana, serupa dengan “monoteisme ekstrim” dalam judaisme. Mazhab ini cenderung melihat dirinya sebagai ras terbaik, sebagai mazhab paling benar. Selebihnya adalah bid’ah atau kafir. Dari pola-pola keyakinan seperti inilah sebenarnya lahir zionisme, Al-Qaedah ataupun ISIS. Mereka menggunakan dalil ayat dan agama untuk melakukan genosida dalam proses purifikasi wilayah serta pendirian negara/kekhalifahan di “tanah yang dijanjikan”.

Cuma satu negara di dekat kawasan itu yang tidak bisa ditaklukkan. Malah semakin membuat AS dan Israel meradang. Yaitu, Iran. Sudah lebih dari 40 tahun di embargo, negara ini justru semakin kuat. Iran bukan negara Arab. Tapi berdampak besar bagi negara-negara di kawasan Arab. Sebab, disatu sisi, sistem relijius demokratisnya bisa mengganggu eksistensi sistem monarki yang ada di kawasan Arab. Karena itu, banyak negara monarki Arab berseberangan dengan Iran.

Sementara, bagi AS dan Israel, Iran masalah terbesar bagi pencapaian cita-cita mereka. Berbagai gerakan anti pendudukan AS di Irak dipastikan berafiliasi dengan Iran. Hizbullah di Lebanon, Hamas di Palestina, Houthi di Yaman dan Hashad Syakbi di Irak; semua gerakan resistensi ini juga diback-up Iran. Ini yang membuat zionis tidak bisa tidur nyenyak sampai sekarang. Gerakan perlawanan mereka semakin besar dan menguat. Merekalah yang secara terbuka membela Palestina.

Poros Iran dan Rusia, menghadang laju imperialisme blok US di Timteng

Selama 75 tahun, gerakan zionisme berjalan mulus. Selain karena sikap “tutup mata” negara-negara monarki Arab, juga karena mendapat dukungan penuh dari negara-negara barat yang cerdas dan maju (tapi tidak beradab). Inggris, Amerika, Perancis, Australia dan Canada misalnya; mereka tidak peduli dengan HAM, genosida, rasisme yang dilakukan Israel. Sebab, itu memang karakter dasar imperialisme dari negara-negara besar ini.

Inggris, Amerika dan Perancis misalnya. Itu adalah negara-negara yang menjalankan kebijakan bumi hangus dan pembantaian terhadap warga di setiap koloni baru. Karena itulah, suku Aborigin di Australia musnah, mungkin hanya tersisa 10 persen saja. Begitu pula di Amerika, suku Indian dibuat hampir lenyap. Di Afrika, mungkin seperempat sukunya dibantai saat Perancis menjajah wilayah itu. Bagi mereka, pembantaian itu biasa. Itu cara paling efektif membangun sebuah negara baru, di tanah orang. Itulah yang dijalankan Israel atas sepengetahuan negara-negara ini.

Karenanya; perumahan, rumah sakit, sekolah, masjid, gereja; semua dibombardir. Anak-anak, perempuan, semuanya dimatikan. Tidak ada “fikih” perang bagi zionisme dan imperialisme. Setiap HAMAS menyerang Israel, maka Israel akan membalas dengan mengarahkan bom dan semua senjata ke arah penduduk sipil. Sebab, target perang bukan sekedar menghabisi Hamas. Tapi juga untuk memusnahkan penduduknya. Hanya itu cara terbaik untuk terus memperluas wilayah pendudukan. Semua pembantaian ini direstui negara-negara maju seperti AS, Inggris, Canada, Australia, Perancis , Jerman dan beberapa lainnya.

Karena itulah, Ayatullah Khomeini (1902-1989) pernah menyebut negara-negara maju ini, khususnya US dan Inggris, sebagai “setan”. Negara-negara ini adalah perwujudan “iblis”, yang cerdas dan berilmu. Kenyataannya, banyak dari kita bersekolah ke negara-negara maju ini. Tapi politik kekuasaan negara ini sangat arogan dan keji. Mereka akan melakukan apapun untuk mencapai tujuan imperialismenya. Mereka menggunakan standar ganda. Dalam Islam juga sering muncul mazhab dan gerakan-gerakan politik serupa, yang rasis. Kalau berbeda akan dianggap kafir, bid’ah dan sesat. Sehingga layak diusir, dibunuh dan sebagainya. Karenanya, ISIS dan berbagai kelompok takfiris bentukan AS dan Israel menggunakan pola ideologis ini. Menggunakan jubah dan ideologi agama untuk melakukan kekerasan.

Yaser Arafat dan Khomeini (1979), salah satu dukungan Khomeini terhadap Palestina adalah menetapkan setiap hari Jumat terakhir di bulan Ramadhan sebagai “Yaumul Quds”

Penggunaan “standar ganda” sebenarnya sudah mengakar dalam tradisi imperialisme dan zionisme. Kaum Yahudi itu mengimani Taurat. Tapi mereka tidak begitu suka dengan Taurat. Sebab, syariat dalam Taurat sangat ketat. Tuhan seperti tau watak mereka. Sehingga tegas melarang mereka untuk berbuat kejahatan. Kalau kita baca isi “10 Perintah Tuhan” (The Ten Commandment), hampir semua berisi larangan berbuat maksiat.

Yang diikuti kaum Zionis itu sebenarnya bukan Taurat. Melainkan Talmud, sebuah kitab yang bernada “rasis”. Talmud adalah kitab kompilasi tradisi oral para rabbi Yahudi. Talmud itu kitab tafsir dan perdebatan hukum. Kitab yang terdiri dari dua bagian ini (Misnah dan Gemara), yang lahir dimasa sulit. Yaitu, setelah Yahudi dikalahkan dan terusir oleh bangsa Romawi tahun 70 M. Maka tidak heran, isinya mirip-mirip penuh dengan doktrin perlawanan, pembunuhan dan kekerasan. Serta membangkitkan kembali ego mereka sebagai bangsa terpilih, tapi bernada sombong. Karenanya suka melihat yang lain sebagai rendah. Merekalah bangsa surga, pewaris bumi. Yang lain bukan. “Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: “Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani”. Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar” (QS. Al-Baqarah: 111).

Itulah kenapa Quran mengecam para rabbi atau ahli kitab Yahudi sebagai orang-orang yang suka mengubah isi Taurat. Selain juga sering membunuh nabinya sendiri. Nabi Isa as juga mereka yang eksekusi. Selain menuduh Isa as sebagai anak haram dan ibunya Bunda Maria sebagai pelacur. Anehnya, ada dari kaum Kristiani yang menjadi pembela zionisme ini. Di Indonesia ada namanya “Hadassah of Indonesia”. Kerjanya menutupi bau busuk zionisme dan mempropagandakan seolah-olah Israel adalah entitas yang cinta damai dan baik.

Pendiri Hadassah of Indonesia (Monique Rijkers) bersama salah satu Penjahat Terbesar Kemanusiaan (Benjamin Netanyahu)

Jadi, menurut ideologi rasis ini, dibolehkan mengkasari kaum lain. Karena itu, perusahaan-perusahaan Anglo-Saxon misalnya, itu menguasai sumberdaya alam di luar negara mereka (di Afrika dan lainnya) dengan cara korup dan membunuh. Untuk orang lain, dan di negara lain, itu boleh. Yang jangan untuk diri sendiri atau sesama kaum sendiri. Isu HAM juga begitu, hanya digunakan untuk mengadili musuh-musuh mereka. HAM tidak berlaku untuk mereka. Kalau Israel menyerang warga Palestina, itu disebut oleh media sebagai “membela diri”. Ketika pejuang Palestina yang menyerang Israel untuk membela diri atas perampokan panjang terhadap tanah mereka, itu dilabeli “terorisme”.

Kesadaran warga dunia pada awalnya sulit dibangun. Sebab, penguasaan media oleh zionis (CNN, BBC, Fox News serta jaringannya diseluruh dunia), digunakan untuk menutupi dan memutar balikkan fakta kejahatan Israel. Bahkan sebaliknya, media cetak dan TV milik Rupert Murdoch cs menjadi alat propaganda zionisme. Belakangan, fleksibilitas medsos telah memungkinkan warga dunia untuk mengetahui keburukan-keburukan mereka yang sebenarnya.

Penentangan Yahudi terhadap Zionisme

Ide dan tindakan zionisme untuk membangun negara dengan cara merampok tanah dan membunuh orang, tidak disetujui oleh semua Yahudi. Termasuk Yahudi Heredi dan Naturei Karta. Mereka malah sangat menentang zionisme. Mereka dengan tegas mengatakan, bahwa zionisme itu kelompok yang telah mengangkangi Taurat.

Zionisme, menurut mereka, bukanlah gerakan agama yang dibawa Yakub, Musa, Daud, Sulaiman dan sebagainya. Melainkan gerakan iblis yang manipulasi semangat Judaisme. Mereka menipu Yahudi diseluruh dunia untuk merampok tanah-tanah yang sudah dimiliki warga Palestina.

Judasime menolak Zionisme dan Negara Israel

Oleh sebab itu, harus dibedakan antara Yahudi, Zionis dan Israel. Yahudi adalah bangsa Yahudi, yang juga banyak kelompok baiknya. Sedangkan zionis adalah gerakan politik imperialisme yang digagas sekelompok Yahudi. Sementara Israel (diambil dari nama lain Yakub) adalah “negara teroris” yang lahir dari ide dan gerakan zionis. Nama “Israel” (Yakub) sengaja diambil sebagai nama negara, untuk menarik simpati semua anak turunan Yakub (Bani Israil) untuk mendukung ide-ide zionisme.

Karenanya, ketika ayat Quran berbicara Yahudi, itu tidak semua dalam nada negatif (QS. Al-Baqarah: 120; Al-Maidah: 51). Terkadang juga dipuji dengan berbagai kemuliaannya (QS. Al-Baqarah: 47). Sebab, sebagaimana perilaku baik, perilaku buruk juga ada pada semua penganut agama (QS. Al-Baqarah: 113, Al-Maidah: 82). Yang harus dilawan dan dibenci, itulah Israel dengan ideologi rasis zionismenya.

Bagi para Yahudi penentang zionisme, Judaisme dipercaya hanya sebagai sebuah entitas bangsa dan agama. Bukan entitas negara. Bisa saja Palestina menjadi “The Promised Land” bagi mereka. Terserah Tuhan bagaimana caranya untuk membuat mereka bisa tinggal disana. Tapi tidak dengan gerakan yang disusun oleh otak-otak yang licik. Bukan dengan cara menjajah dan merampok. “The Promised Land” adalah tanah dimana mereka dapat masuk melalui bimbingan Tuhan dengan cara-cara baik. Bahkan di sana bisa hidup bersama komunitas lain secara baik.

Kelompok Yahudi ini percaya, Palestina akan menjadi “Tanah Yang Dijanjikan”, jika kaum Yahudi kembali menjadi shalih dan tidak meninggalkan Taurat. Mereka percaya, banyak Yahudi sudah keluar dari jalur Taurat yang sebenarnya. Sebab, pada akhirnya, sebagaimana juga dikatakan dalam Quran; bumi akan diwarisi kepada hamba-hamba yang shalih (QS. Al-Anbiya: 105). Tidak hanya orang shalih dari satu kalangan. Bisa dari semua kalangan. “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabi’in, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari Kemudian serta beramal shalih, maka untuk mereka adalah ganjaran dari sisi Tuhan mereka, tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati” (QS. Al Baqarah: 62). Bayangkan, betapa tidak rasisnya ayat Quran ini.

Jerussalem, Kota 3 Agama

Jerussalem dan Baitul Maqdis diklaim sebagai “tanah suci” oleh 3 agama: Islam, Kristen dan Yahudi. Sudah benar itu. Inilah kota yang seharusnya menjadi “titik temu” semua agama anak turunan Ibrahim as. Bukan sebaliknya, menjadi titik konflik antar sesama abrahamic religion. Karenanya, yang akan “mewarisi tanah suci” ini tentu mereka-mereka yang mempunyai kesucian jiwa. Apakah itu dari Muslim, Kristen ataupun Yahudi. Sudah pasti itu. Tidak mungkin para zionis yang jahat dan kotor, atau dari bangsa rasis manapun, menjadi pewaris “kota suci”.

Iya, Palestina bersama Jerussalem-nya tetap akan menjadi “tanah yang dijanjikan” bagi zionisme. Namun bukan dijanjikan keselamatan dan keberkahan untuk hidup di dalamnya. Melainkan janji Tuhan untuk mengusir kembali mereka dari sana akibat kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan. Akan tiba waktunya, Allah datangkan hamba-hambanya yang punya kekuatan besar (kelompok-kelompok resistance atau muqawama), untuk menghancurkan berbagai bentuk kefasikan zionisme dan sekutunya. Semua yang berperilaku keji pasti akan dimusnahkan Tuhan. Sebagaimana diperingatkan Nabi SAW:

عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: لا تقوم الساعة حتى تقاتلوا اليهود حتى يقول الحجر وراءه اليهودي تعال يا مسلم هذا يهوديّ ورائي فاقتله

Dari Abi Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidak akan terjadi hari kiamat hingga kalian memerangi (zionis) Yahudi, kemudian batu berkata di belakang Yahudi,” Wahai Muslim, inilah Yahudi di belakangku, bunuhlah!” (HR. Bukhari dan Muslim).

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

#powered by SUFIMUDA
___________________
SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
saidmuniruddin.com
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
TikTok:
 tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Twittertwitter.com/saidmuniruddin
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

2 thoughts on “YAHUDI: ASAL USUL, DIASPORA, MITOS TANAH YANG DIJANJIKAN DAN PERAMPOKAN ZIONISME ATAS NEGERI PALESTINA (BAGIAN 2)

Comments are closed.

Next Post

DIKEJAR-KEJAR DI EROPA, MEMBUNUH DI PALESTINA

Tue Oct 24 , 2023
___________________SAID […]

Kajian Lainnya